Nyaris diragukan untuk juara liga, namun kini Juventus hanya butuh 2 kemenangan lagi untuk merengkuh juara Serie A musim 2019/20. Begitulah keseruan Serie A di musim ini.
Meski Serie A akan kembali menjadi liganya Juve, tetapi di musim ini terlihat bahwa setiap klub Serie A sudah berupaya maksimal untuk menjegal laju Juventus dalam mengukuhkan hegemoninya di Italia.
Praktis, Juventus hanya kecolongan di Coppa Italia. Namun di liga, mereka masih lebih baik dibandingkan kompetitornya.
Inter Milan memang sudah berupaya keras untuk menggagalkan parade juara Juventus di Serie A. Tetapi mereka juga perlu sadar, bahwa untuk menjadi juara tidak bisa hanya mengandalkan perubahan satu musim.
Inter Milan butuh waktu untuk mengembalikan kekuatan seperti era 2000-an akhir. Seperti Juventus yang juga butuh waktu untuk menjadi raksasa Italia kembali setelah sempat terpuruk.
Mungkin ada anggapan jika Juventus bisa menjadi juara karena pemainnya atau manajemennya. Padahal La Vecchia Signora bisa seperti ini juga berangkat dari perpaduan antara pemain, manajemen, dan pelatih.
Sebelum Massimilliano Allegri menyambung rentetan juara Juventus di Serie A, dia juga merupakan pelatih juara bersama AC Milan. Tanpa pengalaman itu, jelas akan sulit baginya untuk menaklukkan ego para pemain bintang Juventus.
Begitu pula dengan adanya Maurizio Sarri. Pelatih yang pernah membuat Napoli menjadi klub yang disegani di Italia juga menandai karier kepelatihannya dengan juara di Liga Eropa bersama Chelsea.
Meski hanya semusim melatih Chelsea, setidaknya Sarri bisa membuktikan dirinya juga bisa berprestasi di bawah tekanan yang besar. Ini yang membuat keputusan Juventus merekrutnya bukanlah keajaiban.
Lalu, bagaimana dengan Inter yang kini dilatih oleh pemberi kunci pertama juara Serie A untuk Juventus?
Menaruh harapan bahwa Inter akan juara bersama Antonio Conte, memang bukanlah keanehan. Justru ada presentase yang besar bagi Inter untuk kembali juara di Serie A. Itu fakta.