Inilah yang membuat masyarakat penonton dan penggemar langsung terarahkan untuk memilih sosok yang dapat diidolakan, meski para idola itu masih sedang mencari identitas di ranah hiburan. Keadaan ini membuat masyarakat tidak lagi harus repot untuk melihat performa yang terintegrasi antara satu sosok dengan sosok lain.
Ini yang membedakan penonton acara komedi yang dibawakan Cagur dan Bajaj di tahun 2000-an akhir/2010-an awal dengan acara talkshow masa kini yang sudah mulai melibatkan alumni stand up comedy-an atau para komedian soloist. Ambil contoh Dustin Tiffany dan Marshel Widianto.
Khusus untuk Dustin, kita perlu tahu bahwa dirinya tidak berangkat dari stand up comedy. Namun karena dia berada di lingkaran para komedian seperti Choki Pardede dan Tretan Muslim di Majelis Lucu Indonesia (MLI), maka tak mengherankan jika dirinya sudah terbangun image sebagai komedian.
Hanya, satu hal yang pasti terjadi adalah adaptasi. Tidak hanya Dustin yang harus adaptasi dengan konsep di media hiburannya baik Youtube atau tv, namun juga masyarakat penonton. Masyarakat juga perlu beradaptasi dengan cara Dustin dalam menghibur pemirsanya.
Tentu kita tidak bisa mengharapkan Dustin harus seperti Sule, Cak Lontong, atau Tukul Arwana. Dustin harus menghadirkan warna baru, warna yang sesuai dengan zaman sekarang.
Mengingat zaman sekarang sudah sangat familiar dengan hardskill, maka tak akan mengejutkan jika seorang Dustin juga menampilkan kelebihannya selain mengeluarkan kata-kata absurd-nya. Inilah yang membuat kita seolah diberikan petunjuk, bahwa untuk menjadi sosok yang ada di layar kaca maupun layar digital sangat diperlukan bekal yang istimewa dan sesuai kebutuhan zaman.
Hal ini juga berlaku dalam melihat sosok bernama Marshel. Memang, kehadirannya cukup klise jika kita pernah melihat sebuah acara talkshow yang diisi oleh sebagian besar alumni stand up comedy-an.
Namun, yang menjadi keistimewaan dari Marshel adalah keberaniannya untuk masuk ke lingkaran yang berbeda. Tentu kita tahu bahwa Marshel harus bekerja sama dengan Vincent Rompies, Deddy Mahendra Desta, Hesti Purwadinata, dan Enzy Storia.
Di situ tidak ada satu pun alumni stand up comedy--dulu sempat ada Chandra. Bahkan, era pertumbuhan dan perkembangan karier Vincent dan Desta adalah eranya presenter musik yang (nyaris) selalu menjadi jembatan untuk menembus dunia hiburan Indonesia.