Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Siapa yang Bisa Mengalahkan Atalanta?

9 Juli 2020   07:04 Diperbarui: 9 Juli 2020   21:02 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi-lagi pertandingan yang dilakoni AC Milan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap catatan statistik di klasemen sementara Serie A musim ini. Meski tidak semua klub berhasil memanfaatkannya, tapi setidaknya ada dua klub yang terlihat merasakan dampaknya. AC Milan dan Atalanta.

Kekalahan Lazio dari Milan (5/7), sebenarnya memberi asa bagi Inter Milan menempel atau juga berpeluang untuk menyalip Lazio. Namun, justru Inter yang kerepotan kala meladeni permainan Bologna (5/7). Mereka malah terkapar di kandang.

Ketika Inter kesulitan memangkas jarak dengan Lazio, justru ada klub lain yang secara perlahan mendekati Inter, yakni Atalanta. Kini mereka hanya tertinggal satu poin saja untuk dapat sementara menggeser Inter dari posisi ketiga.

Situasi ini menjadi kenyataan, kala Atalanta menang atas Sampdoria (2-0) pada lanjutan pekan 31 Serie A. La Dea pun akhirnya dapat merasakan sementara duduk di posisi tiga besar. Mereka mengantongi 66 poin, yang artinya hanya terpaut 2 poin saja dari Lazio.

Serunya situasi ini juga tak lepas dari hasil buruk yang dialami Lazio setelah kembali tumbang dari klub semenjana, Lecce (7/7). Hasil minor ini seharusnya dirayakan oleh Inter, namun justru Atalanta yang terlihat bahagia.

Jika menilik hasil pertandingan yang Atalanta lakoni pasca restart-- 6 kemenangan beruntun, maka peluang anak asuh Gian Piero Gasperini untuk finis di posisi kedua bukan suatu hal yang mustahil. Bahkan, mereka yang terus menyabet kemenangan juga akan dijagokan untuk memperpanjang rekor tersebut.

Alasannya adalah hasil pertandingan antara Milan vs Juventus (8/7) yang mengeluarkan Rossonerri sebagai pemenangnya. Kemenangan Milan dapat menjadi tolok ukur bagi Atalanta untuk melakukan hal yang sama. Artinya, Juve tidak mustahil untuk dikalahkan nanti (12/7).

Jika hal itu terjadi, maka cukup sulit untuk memprediksi tim mana yang dapat menghentikan laju impresif klub asal Bergamo itu. Bahkan sekelas Juventus dengan berkaca pada kekalahan mereka dari Milan. Peluang Atalanta untuk meneruskan penambangan poin juga dapat berlanjut meski harus bersua dengan Si Nyonya Besar.

Apakah kemudian langkah Luis Muriel dkk. justru dihentikan oleh Inter Milan?

Tiga laga terakhir Inter di Serie A musim 2019/20. Gambar: Google/Serie A
Tiga laga terakhir Inter di Serie A musim 2019/20. Gambar: Google/Serie A
Prediksi ini muncul karena di laga terakhir Serie A, akan ada derbi biru-hitam di kota Bergamo (3/8). Laga itu diprediksi akan seperti final, meski tidak berbuah gelar. Namun, demi prestise, sepertinya Inter akan berupaya keras untuk mengalahkan Atalanta.

Baca juga: Atalanta Jilid 2-nya Ajax?

Ditambah dengan pengalaman Inter yang pernah memperebutkan tiket--dengan Lazio--ke Liga Champions musim lalu, maka situasi yang nyaris serupa bisa saja terjadi dan dapat diatasi oleh Inter. Tantangannya justru mengarah pada Atalanta, yang sebenarnya merekalah kuda hitamnya.

Namun, di derbi biru-hitam nanti justru Inter yang lebih cocok dianggap sebagai yang tidak diunggulkan. Karena, secara statistik dalam menyerang, mereka tidak begitu bagus. Sedangkan Atalanta sangat superior dalam menyerang.

Memang, Samir Handanovic dkk. boleh sedikit berbangga dengan kemampuan bertahan--baru kebobolan 31 gol. Namun, hal itu bisa saja ditembus, mengingat Atalanta masih mampu menjebol gawang lawan yang bermain cukup alot seperti Cagliari (menang 1-0).

Statistik di klasemen sementara Serie A (sebelum Atalanta melakoni laga melawan Sampdoria). Gambar: Google/Serie A
Statistik di klasemen sementara Serie A (sebelum Atalanta melakoni laga melawan Sampdoria). Gambar: Google/Serie A
Situasinya bisa sedikit berbeda jika ternyata Juventus mampu mengalahkan Atalanta sekaligus mengakhiri rentetan hasil fantastis Robin Gosens dan kawan-kawan. Inilah yang nantinya akan memberikan input bagi Inter tentang bagaimana cara mengalahkan Atalanta.

Meski terlihat berbeda, namun antara Juventus dan Inter Milan sebenarnya memiliki gaya bermain nyaris sama. Mereka mengandalkan ball possesion, dan memanfaatkan kualitas pemain depan untuk membombardir pertahanan lawan.

Pembedanya hanya tentang cara bertransisi dari bertahan ke menyerang. Juventus lebih kalem, sedangkan Inter lebih cepat. Bahkan, di sisi lain terkadang memberi kesan cara menyerang Inter cenderung grusa-grusu.

Hal ini bisa saja karena di lini depan ada Lautaro Martinez dan Antonio Candreva yang memiliki akselerasi dan kecepatan tinggi. Namun Inter seharusnya menyadari adanya kapasitas mereka di lini tengah--ada Christian Eriksen--untuk dapat mengontrol permainan dan penyerangan secara efektif.

Jika demikian, maka Inter bisa mendikte permainan Atalanta. Sedangkan Atalanta diprediksi akan lebih pragmatis dalam memanfaatkan peluang untuk menyerang.

Situasi ini sebenarnya juga akan membuat lini depan Atalanta berbahaya, karena banyak gol yang mereka ciptakan melalui serangan balik cepat. Ini yang sebenarnya juga menjadi permasalahan utama bagi Inter.

Mereka yang keasyikan membangun serangan juga bisa dipukul mundur dengan serangan balik. Tentu kita mengingat laga yang mereka mainkan di Coppa Italia saat bertemu Napoli. Milan Skriniar dkk. akhirnya harus tersingkir karena adanya gol Napoli yang tercipta dari serangan balik.

Pemandangan itu akan membuat kita sulit mencari cara bermain Inter yang tepat. Namun, jika boleh mengingat pertandingan mana yang ideal bagi Inter, maka jawabannya adalah ketika mereka mampu mengalahkan AC Milan dengan skor 4-2 (10/2).

Baca juga: Dua Babak, Dua Cerita di Derby Della Madoninna

Saat itu Inter mampu menjadi tim yang lebih cerdas dari Milan. Milan dengan adanya Zlatan Ibrahimovic sekaligus dengan bumbu derbi tentu tak bisa diremehkan. Terbukti, mereka bisa merepotkan pertahanan Inter--unggul terlebih dahulu--dan sebenarnya membuat Antonio Conte sangat tidak tenang.

Namun, pada akhirnya La Beneamata mampu keluar sebagai pemenang. Bukan hanya karena skuad mereka lebih merata, namun karena armada Conte mampu memainkan ritme permainan secara keseluruhan--termasuk mendikte lawan.

Mereka sebenarnya tidak sangat dominan, tapi justru itulah kuncinya. Ketika lawan dipancing untuk berani keluar, maka lini pertahanan lawan akan lebih longgar dan ada kemungkinan besar untuk lengah.

Begitu pun ketika lawan masih memiliki asa untuk mengejar gol, maka konsentrasi untuk bertahan pasti tidak akan maksimal. Itulah yang membuat di menit-menit tertentu, Inter sangat keras untuk membombardir pertahanan Milan, seolah Milan tidak boleh mencari kesempatan untuk menyerang.

Situasi ini yang kemudian membuat Inter memperoleh satu hal yang selalu diinginkan oleh pelatih dan penggemar, yaitu terciptanya gol "pembunuh" perlawanan. Ketika terjadi gol yang (seolah) mengunci pertandingan, maka di situ lawan akan kesulitan untuk comeback.

AC Milan bisa comeback karena gol pembangkit asa dari penalti Ibrahimovic. Gambar: AFP/GETTY IMAGES/MARCO LUZZANI via Kompas
AC Milan bisa comeback karena gol pembangkit asa dari penalti Ibrahimovic. Gambar: AFP/GETTY IMAGES/MARCO LUZZANI via Kompas
Apakah hal itu terjadi pada laga Milan vs Juventus? Jelas tidak terjadi, karena dua gol Juventus semuanya di babak pertama. Artinya, ada waktu bagi Milan untuk memulihkan mental.

Berbeda jika gol kedua Juventus tercipta di babak kedua. Maka, rasanya akan sedikit sulit. Atau malah yang paling bagus adalah Juve mencetak gol ketiga. Itulah yang akan menjadi gol "pembunuh" perlawanan.

Pola permainan di derbi Milan itulah yang sebenarnya perlu diperagakan kembali oleh Inter Milan saat mereka nanti bertemu dengan Atalanta. Secara permainan tim, Atalanta tidak bisa diremehkan. Itulah yang harus membuat Inter sebaiknya mencoba cara yang sama ketika mereka menghadapi Milan--yang saat itu sedang sangat pede dengan kembalinya Zlatan.

Jadi, apakah Inter akan menjadi penghenti rentetan kemenangan Atalanta atau justru tim lain yang akan mengembalikan Atalanta ke bumi?

Malang, 8-9 Juli 2020
Deddy Husein S.

Berita terkait:
Detik dan Football5star

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun