Tidak hanya Premier League yang semakin seru, Serie A pun demikian. Meski situasi di papan atas klasemen terlihat melegakan bagi Juventini, namun persaingan tetap sengit.
Masih ada 24 poin yang dapat diperebutkan, secara matematis Inter yang tertinggal 11 poin dari Juventus masih bisa berpeluang untuk juara. Bahkan, Atalanta yang tertinggal 15 poin juga masih bisa menaruh mission impossible itu.
Namun, sepak bola juga tetap perlu realistis. Tentu terlihat tidak logis jika Juventus membiarkan 11-15 poin hilang hanya untuk membuat lawan dapat menggagalkan peluang mereka menambah gelar juara Serie A.
Terbukti, dalam beberapa laga terakhir, Juventus terlihat sangat superior. Terlepas dari banyaknya gol yang tercipta melalui bola mati, mereka memang berada di performa yang lebih baik dibandingkan lawan-lawannya.
Hasil paling baru bagi Buffon dkk. adalah ketika Juventus menang di derbi Turin melawan Torino. Skor 4-1 menegaskan jarak yang masih jauh antara Juventus dengan si tetangga.
Tidak hanya laga itu yang membuat Juventus semakin nyaman di puncak, laga lain yang dilakoni para rival juga mempengaruhi. Khususnya ketika Lazio kalah dari AC Milan (5/7).
Sebenarnya Lazio adalah klub yang paling dekat dengan Juventus. Namun, karena performa mereka yang tidak sekonsisten Juventus, akhirnya torehan poinnya justru terus menyusut.
Kekalahan dari AC Milan juga membuat Lazio semakin didekati Inter Milan. Jika Inter mampu mengalahkan tamunya, Bologna (5/7) pada lanjutan pekan 30, maka jarak kedua tim hanya 1 poin.
Kemenangan AC Milan atas Lazio rupanya memberikan pergolakan di papan atas Serie A. Di sisi lain, skuad asuhan Stefano Pioli juga mulai membuka asa untuk berebut tempat di zona Eropa;
Sejauh ini posisi Eropa masih diperebutkan oleh Atalanta, AS Roma, Milan, dan Napoli. Namun, Atalanta lebih berpeluang menjadi penyemen batas Liga Champions, karena mereka memiliki keunggulan 12 poin atas Roma.
AS Roma yang memiliki 48 poin masih sangat memungkinkan untuk digusur oleh AC Milan dan Napoli. Hal ini dikarenakan performa Edin Dzeko dkk. yang sangat tidak stabil. Mereka kadang menang, kadang kalah, membuat publik sulit untuk memprediksi tempat Giallorossi di akhir musim.
Ditambah dengan performa Milan yang mulai kembali percaya diri, tentu peluang mereka untuk berkompetisi di Eropa lebih terbuka dibandingkan Si Serigala Roma. Begitu pula dengan peluang Napoli untuk masuk ke zona Eropa.
Setelah pergantian pelatih dari Ancelotti ke Gattuso, Napoli secara perlahan menunjukkan progres. Mereka kini sudah berada di zona pacuan untuk ke Eropa musim depan.
Bahkan, dengan torehan gelar Coppa Italia di musim ini, tentu ada kepercayaan diri yang bagus, meski mereka sempat mengalami kekalahan dari Atalanta di pekan 29 Serie A. Setidaknya Insigne dkk. tidak akan meragukan kapasitas taktik pelatihnya untuk finis di zona Eropa.
Situasi ini juga dapat dimulai dari big match antara Napoli vs AS Roma pada Senin dini hari (6/7). Siapa pun yang menang, merekalah yang lebih berpeluang berada di zona Eropa.
Jika Roma yang menang, maka mereka akan lebih mapan di posisi kelima sementara. Sedangkan jika Napoli yang menang, mereka tak hanya menggusur Milan tetapi juga berpeluang menggusur Roma jika terjadi penyalipan surplus gol--meski peluang ini masih kecil.
Jadi, laga pasca kemenangan Milan atas Lazio telah membuat publik penikmat Serie A mulai terbangun, dan fokus untuk berhitung tentang siapa yang akan berpeluang finis di zona papan atas dan zona Eropa.
Bahkan, tak sedikit pula yang mulai melihat siapa yang akan menemani Brescia untuk turun ke Serie B musim depan. Buona visione, tifosi!
Malang, 5 Juli 2020
Deddy Husein S.
Berita terkait:
Kompas 1, Kompas 2, Okezone, Bolanet, Indosport.