Lalu, mengapa saya malah memaklumi adanya anak-anak yang bercita-cita ingin menjadi mahasiswa dan melakukan demonstrasi?
Pertama, karena di usia anak-anak, tingkat keberaniannya masih sangat tinggi. Memacu adrenalin akan terlihat mengasyikkan bagi mereka.
Saya pun berpikir jika menjadi anggota Power Rangers itu menarik, karena akan menghadapi banyak monster. Tetapi seiring berjalannya waktu, saya akhirnya memahami jika keberadaan monster itu berbahaya, dan belum tentu saya berani menghadapinya, apalagi sendirian.
Kedua, di mata anak-anak, mahasiswa yang melakukan demonstrasi itu keren. Sama seperti ketika melakukan aksi pamer kelulusan dengan mencoret-coret seragamnya.
Di sini saya melihat bahwa berani berunjuk rasa itu berarti merdeka. Bukankah kita selalu ingin merdeka? Tetapi, benarkah kita akan merdeka yang semerdeka-merdekanya?
Jawabannya pasti tidak. Eh, ini spoiler untuk anak-anak.
Alasan ketiga atau yang terakhir, anak-anak pasti butuh memandang orang lain sebagai cerminan dirinya. Sama seperti ketika seorang anak berharap menjadi dokter, karena dokter itu keren, bisa menyembuhkan penyakit banyak orang.
Padahal ketika menjadi dokter dan sedang sakit, seorang dokter pasti butuh dokter lainnya. Ini juga spoiler buat anak-anak yang ingin jadi dokter. Hehe.
Artinya ketika menjadi anak-anak, mereka memang dimaklumi untuk terinspirasi oleh siapa saja. Karena pada prosesnya mereka akan belajar menjadi diri sendiri, meski seolah mereka terinspirasi oleh orang lain.
Sama halnya seperti yang saya rasakan ketika menjadi mahasiswa. Ternyata saya juga bisa menentukan sendiri akan menjadi mahasiswa yang melakukan apa.
Karena menurut saya, yang akhirnya memutuskan tindakan dan penguatan diri sebagai mahasiswa adalah si mahasiswanya. Lingkungan sosial boleh mempengaruhi, namun diri sendiri juga harus ingat tentang karakternya.