Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Korelasi Antara Kebangkitan Nasional dan Lebaran yang Mendekat

20 Mei 2020   23:06 Diperbarui: 20 Mei 2020   23:11 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Statistik final tersebut. Arsenal sangat unggul di lini serang. Gambar: BBC.co.uk

Sebenarnya saya tidak ingin membuat tulisan terkait hari kebangkitan nasional. Alasannya sederhana, karena yang menulis tentang momen Harkitnas ini pasti lebih dari dua tangan.

Namun, nyatanya momen Harkitnas ini menjadi tema di event Samber THR 2020, yang menariknya juga bertepatan dengan momen penyambutan Hari Raya Idul Fitri. Seolah negeri ini tak hanya dihadapkan pada perayaan secara agama, namun juga secara kebangsaan.

Kalian merasakannya?

Seharusnya begitu. Karena, bangkit itu adalah sebagian dari pondasi untuk meraih kemenangan. Ibaratnya jika saya kalah keunggulan di babak pertama, maka di babak kedua saya harus mencetak gol.

Namun, tentunya ada misi harus ada visi. Visi akan mengarahkan pandangan terkait apa yang akan dilakukan. Lalu, misi juga akan membutuhkan cara. Bagaimana cara untuk bangkit?

Jika merujuk pada sebuah pertandingan sepak bola, maka cara untuk dapat bangkit adalah jangan rapuh saat bertahan, dan berani totalitas saat menyerang. Kita ambil contoh sebuah pertandingan yang mencerminkan kebangkitan dan comeback dari pertandingan Final Piala FA 2013/14.


Di video yang berisi cuplikan pertandingan itu setidaknya kita bisa memikirkan tiga hal.

Diawali dengan pembuktian bahwa tim yang berambisi menang pasti akan percaya diri untuk menekan lawan. Situasi ini juga dimiliki Hull City sebagai tim yang tak diunggulkan. Berhubung ini adalah final, maka siapa pun punya peluang sama untuk menang asalkan memiliki modal awal tersebut.

Berbeda jika kedua klub ini berhadapan di Premier League. Pasti, hitung-hitungannya tidak akan 50-50, karena yang dipikirkan oleh kedua tim ini adalah situasi di tabel klasemen dan riwayat pertandingan--tren mentalitas.

Hull City saat itu bukanlah tim yang seperti Everton atau Southampton yang suka merepotkan tim besar di liga. Namun, kali ini mereka setara dengan Arsenal, karena sama-sama menjadi finalis di Piala FA.

Di sini siapa pun punya peluang sama besarnya untuk menjadi juara. Bahkan, di laga ini Hull City bisa dikatakan telah juara di babak pertama. Mereka unggul 1-2 atas Arsenal setelah 45 menit pertama berakhir.

Namun, tim asuhan Steve Bruce ini seolah lupa, bahwa kunci kemenangan tidak hanya pada kepercayaan diri, melainkan juga pada konsistensi. Mereka kehilangan konsistensi, dan ini membuat Arsenal mengambil alih kepercayaan diri serta mengelolanya dengan lebih baik.

Kunci yang dipegang oleh Arsenal kemudian adalah untuk membuka pintu kebangkitan. Ada tiga lapis pintu yang harus dibuka, dan pertama telah dituntaskan oleh Santi Cazorla.

Pintu kedua akhirnya berhasil dibuka oleh Laurent Koscielny. Meski harus tak berselebrasi karena masih kesakitan, namun Arsenal sudah dibawa ke jalur yang tepat.

Babak kedua harus berakhir dengan skor kuat, 2-2. Pertandingan dilanjutkan ke babak tambahan waktu; 2x15 menit.

Arsenal segera tancap gas dan berupaya mendominasi. Mereka belajar dari awal babak pertama yang terlalu santuy dan membiarkan lawan menguasai keadaan. Kini, mereka sadar bahwa tinggal satu pintu lagi yang perlu dibuka.

Namun, mereka juga harus tahu bahwa lawan tidak boleh memberikan ancaman lagi. Dominasi di lini serang ditingkatkan agar lawan gagal menghindari tekanan.

Arsenal akhirnya berhasil mencetak gol ketiga dari kaki Aaron Ramsey, 3-2. Pertandingan pun berakhir dan Hull seolah dipermalukan setelah merasa akan menang.

Di sini kita bisa menemukan dua poin pemikiran yang tersisa, yaitu mengambil alih momentum dan menghindarkan diri dari risiko.

Statistik final tersebut. Arsenal sangat unggul di lini serang. Gambar: BBC.co.uk
Statistik final tersebut. Arsenal sangat unggul di lini serang. Gambar: BBC.co.uk
Mengambil alih momentum bisa dilihat dari statistik laga tersebut. Pasca tertinggal, Arsenal langsung berupaya menguasai keadaan, dan karena secara kualitas tim di atas Hull, maka mereka bisa melakukannya.

Ini mengarahkan mereka pada perihal terakhir, yaitu menghindari risiko. Semua tim yang bertanding akan lebih berisiko untuk kalah jika tidak berupaya menyerang dan menghindarkan tim dari tekanan lawan.

Arsenal dalam kurun satu dekade terakhir bermasalah dengan lini pertahanan dan di laga itu, kita bisa melihat buktinya. Namun, di satu sisi Arsenal tahu bahwa mereka punya cukup kualitas untuk menyerang dan menang.

Ini akhirnya terbukti dengan bagaimana mereka bisa mencetak gol, meski dengan dua skema bola mati dan satu skema open play. Namun, perlu diketahui bahwa mencetak gol dengan skema bola mati juga bukanlah hal mudah.

Selain itu, skema bola mati juga tak lepas dari keberhasilan mereka untuk terus bermain di area pertahanan lawan agar peluang untuk mencetak gol semakin besar. Gol kedua Arsenal menggambarkan itu.

Kita bisa melihat para pemain Arsenal mengepung segala penjuru pertahanan Hull untuk membuat situasi pertahanan lawan kacau. Bola pun akhirnya mengarah ke Koscielny dan bek asal Prancis itu sudah siap dengan kemungkinan tersebut.

Sedangkan, gol ketiga adalah unsur dukungan lain agar sebuah tim dapat bangkit dan menang, yaitu keberuntungan. Setelah banyak usaha dilakukan, maka kejadian terakhir yang harus terjadi adalah keberuntungan.

Memang, proses gol itu tak lepas dari dua hal, kerja sama dan keberanian mengambil keputusan. Jika Giroud tidak yakin dengan pergerakan Ramsey, jelas keputusan untuk mencungkil bola ke belakang bisa sia-sia.

Ramsey rayakan gol kemenangan Arsenal di final tersebut. Gambar: thefa.com
Ramsey rayakan gol kemenangan Arsenal di final tersebut. Gambar: thefa.com
Begitu pula dengan Ramsey yang tahu bahwa keputusan paling bagusnya hanya langsung menembakkan bola ke gawang, bukan dengan mengontrol bola terlebih dahulu. Beruntung first touch-nya akurat, sehingga bola meluncur ke dalam gawang Hull.

Pemandangan ini menurut saya sama dengan kita yang berupaya bangkit dari keterpurukan ataupun ingin meraih keberhasilan, baik secara individu maupun tim.

Kita butuh keberanian, butuh kepercayaan diri, butuh pula keputusan yang cepat nan tepat. Ini bisa diterapkan pada saat berada di situasi sekarang yang masih diselimuti awan pandemi dan berupaya untuk bangkit dari degradasi kesehatan serta ekonomi.

Saat berada di momen kebangkitan nasional ini pula yang harus dilakukan adalah seperti pertandingan tersebut. Kita harus seperti Arsenal yang tidak pantang menyerah, meski caranya bukan dengan menantang virus corona.

Cara yang tepat adalah menghindari risiko. Kita tahu bahwa tubuh kita rentan terkena virus corona, maka kita harus menghindarkan diri dari virus tersebut dengan cara yang tidak bisa dilakukan corona. Misalnya beralih ke pola hidup serba online.

Baca juga: Berbagi dengan cara ini (Anis Hidayatie)

Baca juga: Tips-tips belanja online (Widi Kurniawan)

Baca juga: Seandainya mudik online di era 90-an (Langit Muda)

Berbelanja online, berbagi online, hingga bersilaturahmi secara online. Itulah kelebihan yang kita miliki dan itulah yang seharusnya dilakukan.

Jika kita bisa merayakan hari kebangkitan nasional ini dengan cara seperti itu, maka hari kemenangan pun dapat kita songsong dengan sukacita walau tak harus berpelukan. Eh, berpelukan online juga bisa kok.

Jadi, saya berharap bahwa dalam momen Harkitnas ini, kita sama-sama melangkah pada pintu kecerdasan, pintu kebangkitan, dan pintu menuju Hari Kemenangan. Lebaran sebentar lagi tiba di depan pintu kita, apakah kita tak ingin membukanya dengan senyum dan ucapan syukur?

Arsene Wenger akhirnya kembali angkat trofi bersama Arsenal di era baru. Gambar: BBC.co.uk
Arsene Wenger akhirnya kembali angkat trofi bersama Arsenal di era baru. Gambar: BBC.co.uk
Malang, 20 Mei 2020

Deddy Husein S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun