Namun, tim asuhan Steve Bruce ini seolah lupa, bahwa kunci kemenangan tidak hanya pada kepercayaan diri, melainkan juga pada konsistensi. Mereka kehilangan konsistensi, dan ini membuat Arsenal mengambil alih kepercayaan diri serta mengelolanya dengan lebih baik.
Kunci yang dipegang oleh Arsenal kemudian adalah untuk membuka pintu kebangkitan. Ada tiga lapis pintu yang harus dibuka, dan pertama telah dituntaskan oleh Santi Cazorla.
Pintu kedua akhirnya berhasil dibuka oleh Laurent Koscielny. Meski harus tak berselebrasi karena masih kesakitan, namun Arsenal sudah dibawa ke jalur yang tepat.
Babak kedua harus berakhir dengan skor kuat, 2-2. Pertandingan dilanjutkan ke babak tambahan waktu; 2x15 menit.
Arsenal segera tancap gas dan berupaya mendominasi. Mereka belajar dari awal babak pertama yang terlalu santuy dan membiarkan lawan menguasai keadaan. Kini, mereka sadar bahwa tinggal satu pintu lagi yang perlu dibuka.
Namun, mereka juga harus tahu bahwa lawan tidak boleh memberikan ancaman lagi. Dominasi di lini serang ditingkatkan agar lawan gagal menghindari tekanan.
Arsenal akhirnya berhasil mencetak gol ketiga dari kaki Aaron Ramsey, 3-2. Pertandingan pun berakhir dan Hull seolah dipermalukan setelah merasa akan menang.
Di sini kita bisa menemukan dua poin pemikiran yang tersisa, yaitu mengambil alih momentum dan menghindarkan diri dari risiko.
Ini mengarahkan mereka pada perihal terakhir, yaitu menghindari risiko. Semua tim yang bertanding akan lebih berisiko untuk kalah jika tidak berupaya menyerang dan menghindarkan tim dari tekanan lawan.
Arsenal dalam kurun satu dekade terakhir bermasalah dengan lini pertahanan dan di laga itu, kita bisa melihat buktinya. Namun, di satu sisi Arsenal tahu bahwa mereka punya cukup kualitas untuk menyerang dan menang.