Sebenarnya ini adalah bagian dari kenangan saya ketika pernah berkunjung ke Banyuwangi. Sekitar beberapa hari saya berada di daerah yang berdekatan dengan Pulau Bali itu, pasca momen Tahun Baru 2018.
Selain kenangan berkunjung di dua pantai yang ada di Banyuwangi, saya juga pernah ke Kawah Ijen. Namun salah satu ciri yang masih saya ingat di Banyuwangi adalah keberadaan penjual Buah Naga yang hampir mengisi setiap sisi jalan.
Pemandangan ini saya temukan ketika berkunjung ke Pantai Pulo Merah. Hampir selama perjalanan saya melihat banyak rumah yang dihiasi tanaman Buah Naga.
Tentu awalnya saya tidak menyangka jika Buah Naga menjadi salah satu tanaman yang populer di Banyuwangi. Hal ini kemudian dipertegas oleh cerita dari kerabat teman saya yang ada di Banyuwangi, bahwa di sini 10.000 saja bisa dapat Buah Naga sekardus hingga dua kardus.
Bahkan, ketika musim panen sangat tinggi bisa digratiskan untuk membawa pulang Buah Naga dari orang terdekat--mungkin maksudnya teman. Bukti sekitar dua kardus Buah Naga yang yang masih sangat segar itu sudah memuaskan keyakinan saya pada cerita tersebut.
Ditambah dengan pengalaman berkunjung ke Pantai Pulo Merah itu membuat saya merekam jelas kisah tersebut di kepala saya. Meski saya sudah mengetahui eksistensi Buah Naga sejak masih sekolah, namun saya belum pernah melihat begitu banyaknya orang menanam Buah Naga hingga menjualnya secara murah.
Selain itu, saya juga merasa buah ini awalnya hanya bagus secara tampilan, namun secara rasa tidak terlalu istimewa. Itulah mengapa ketika mengonsumsinya, saya lebih familiar dengan bentuk jus ataupun langsung saya sendok setelah terbelah.
Alasannya sederhana, melihat daging buahnya yang tidak terlalu keras, membuat saya berpikir tak akan ada cara lain untuk disajikan. Bahkan saya menganggap dagingnya lebih rapuh daripada Semangka.
Anggapan saya ternyata cukup meleset. Karena nyatanya Buah Naga dagingnya masih dapat disajikan seperti Semangka ataupun Melon yang dapat dipotong-potong. Atau, juga lebih pas jika dipotong-potong seperti Mangga--tidak dilepas dari kulitnya.
Penyajiannya dipotong dadu, dan ini sempat tidak saya percayai. Namun, dia menyatakan bahwa memilih Buah Naga sebelum disajikan juga penting, agar tahu bagaimana cara menyajikannya dengan tepat.
Memang secara tekstur dagingnya, Buah Naga cukup rapuh. Namun, jika mendapatkan kondisi yang tepat, teksturnya akan cukup solid dan tentunya dapat dipotong-potong sedemikian rupa.
Jadi, jika ingin mencari menu pencuci mulut kala berbuka puasa, boleh tuh mengonsumsi Buah Naga. Karena kandungan vitaminnya bagus untuk tubuh dan mudah untuk disajikan.
Jika mengingat kembali kenangan saat itu dan cerita dari teman saya kemarin, saya duga masyarakat Banyuwangi akan cukup sering mengonsumsi Buah Naga, karena buah itu adalah salah satu buah lokal yang populer dan cukup mudah ditemui di beberapa titik daerah tersebut.
Hm.., jadi ingin ke Banyuwangi lagi, nih! Hehe.
Malang, 11 Mei 2020
Deddy Husein S.
Ulasan terkait Buah Naga dan Banyuwangi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H