Itulah mengapa ketika berada di momen Ramadan seperti saat ini saya tak menyarankan pembaca untuk berolahraga ala saya. Wong saya memang tidak sedang berolahraga.
Mumpung masih berusia 20-an tahun, saya tentu ingin terlihat berotot seperti Deddy Corbuzier. Namun, untuk menjadi seperti beliau ataupun orang lain, saya tentu harus punya lemak yang dibakar dan menjadi gumpalan-gumpalan otot.
Jika tidak, hasilnya seperti yang sudah saya miliki selama ini. Hanya memiliki sedikit otot dan banyak urat. Bagi saya pribadi itu belum menarik. Karena, semua orang yang melihat saya pasti berceletuk, "kurus!"
Itulah yang membuat saya memilih rebahan. Di saat orang lain ingin berolahraga agar kurus, walau dibungkus dengan misi sehat, saya lebih memilih rebahan. Karena bagi saya, itu yang saya butuhkan.
Baca juga: Mengenali Tubuh Sendiri untuk Mengobatinya
Seperti yang pernah saya tulis di artikel sebelumnya, bahwa untuk menjadi sehat, kenali kelemahan dan kelebihan pada tubuh. Artinya, dalam berolahraga juga harus mengenali kebutuhan tubuh.
Jangan mentang-mentang sedang booming pilates, kita ikutan pilates. Lagi booming zumba, kita ikutan kelas zumba. Bereksplorasi memang bagus, tapi jika tidak dibarengi dengan kebutuhan, percuma.
Karena jika tubuh kalian gemuk, level berolahraga kalian tak cukup dengan berjalan kaki. Angkat beban dan berpuasa itulah yang tepat. Begitu pula jika tubuh kalian kurus, tidak mungkin bisa menjadi besar atau berotot hanya dengan fitness, jika tidak dibarengi asupan makanan yang tepat dan istirahat yang cukup.
Nah, istirahat yang cukup inilah yang biasanya paling terabaikan. Apalagi bagi yang sudah dilanda jadwal padat. Berolahraga saja tak cukup, karena pola makan dan istirahat juga perlu dicukupi.
Saya pun demikian. Memanfaatkan momen rebahan sebagai quality time untuk istirahat. Meski jamnya tak begitu ideal. Tapi yang penting mata butuh istirahat. Tubuh butuh istirahat. Apalagi kepala, sangat butuh istirahat.