Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Berbagi Informasi Juga Bagian dari Bersedekah

8 Mei 2020   16:21 Diperbarui: 8 Mei 2020   16:38 1447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu contoh artikel Kner lain yang saya bagikan. Biasanya ada yang merespon status saya lalu jika memang sangat penasaran, saya bagikan link-nya. | Gambar: Dokpri/DeddyHS

Menjadi manusia cerdas, memang dasarnya harus bisa saling membantu. Meski semakin ke sini kebudayaan gotong-royong semakin menipis.

Namun, sebenarnya orang penganut liberalisme hingga sekularisme pun masih mau kok diminta sumbangan jika itu berkaitan dengan kemanusiaan. Bukan karena agama atau kepercayaan saja.

Toh, ketika di bumi, hidup kita lebih banyak berdasarkan kasat mata, bukan yang serba mitos. Buktinya, ketika banyak tempat disebut angker, justru semakin banyak orang menjadikannya sebagai konten vlog. Bukankah itu artinya kita butuh yang kasat mata (baca: pembuktian).

Itulah kenapa, ketika melakukan sesuatu termasuk berbagi juga harus realistis. Tidak perlu mengharapkan hal-hal yang belum mampu dijangkau mata, apalagi akal.

Dari situ, saya selalu mengedepankan bisa dan tidak bisa. Sebenarnya mau dan tidak mau juga ada. Namun biasanya selama itu untuk orang lain saya secara tak sadar berteriak mau dalam pikiran.

Meski demikian, saya akan segera mengkalkulasikannya dengan keterbisaan saya. Jika memang bisa, maka kata mau tadi akan terealisasi. Jika tidak, kata mau tadi tak akan terealisasi. Mungkin di lain waktu, dan di lain pihak.

Membantu ataupun berbagi tentu harus dibedakan dengan membalas kebaikan. Kita membantu orang lain tidak harus karena beban moral terkait balas budi. Tetapi karena bisa.

Jika memang bisa, saya lakukan, meski biasanya tidak saya wujudkan ke orang yang sebelumnya membantu saya. Toh, saya pikir juga orang yang sudah terbiasa bederma, hidupnya pasti akan lebih berkecukupan dibandingkan orang lain.

Sekaligus saya ingin menguji keikhlasan orang-orang yang telah menolong saya. Apakah tanpa saya balas, mereka tetap ikhlas melakukan kebaikan kepada orang lain seperti saat menolong saya?

Prinsip ini juga terus berlaku dalam segala tindak-tanduk saya. Pro-kontra selalu mengiringi. Ada yang bilang saya pelit. Ada yang bilang saya terlalu perhitungan, padahal laki-laki. Loh, apa salahnya?

Lalu, ada juga yang tetap di sisi saya mendukung ataupun menutupi pola pikir saya tersebut yang mungkin kurang baik secara sosial. Wah, kok gitu ya? Seolah, saya ini telah melakukan penyimpangan sosial. Duh!

Namun, saya tetap teguh dalam menjalankan prinsip berbagi. Itulah kenapa jika saya tidak berbagi di saat orang lain sedang gencar-gencarnya berbagi, saya tak anggap pusing.

Lha wong saya saja masih butuh, kok malah mau saya bagi. Ibaratnya, sebelum connecting happiness, yang saya lakukan adalah searching happiness. Jika masih mencari dan belum cukup, ya tidak harus segera menyambungkannya ke orang lain.

Sesederhana itu. Cara ini juga membuat saya tak banyak terbebani untuk berbuat kebaikan. Hidup harus sebisa mungkin dinikmati saja. Baik-buruk urusan orang lain yang menilai.

Asal inti rasa terhadap berbagi tetap ada. Itulah yang masih saya pegang. Syukur-syukur jika bisa diwujudkan dan bermanfaat bagi orang lain, meski itu saya akui tak bernominal.

Contoh sederhana dari berbagi adalah seperti yang saya lakukan nyaris setiap hari. Yaitu, membagikan hasil tulisan saya maupun tulisan orang lain yang menurut saya penting juga untuk diketahui orang lain.

Isi status saya di WA sebagian besar adalah tentang Kompasiana. Mungkin banyak teman saya yang bosan melihatnya. Hehe. | Gambar: Dokpri/DeddyHS
Isi status saya di WA sebagian besar adalah tentang Kompasiana. Mungkin banyak teman saya yang bosan melihatnya. Hehe. | Gambar: Dokpri/DeddyHS
Salah satu contoh artikel Kner lain yang saya bagikan. Biasanya ada yang merespon status saya lalu jika memang sangat penasaran, saya bagikan link-nya. | Gambar: Dokpri/DeddyHS
Salah satu contoh artikel Kner lain yang saya bagikan. Biasanya ada yang merespon status saya lalu jika memang sangat penasaran, saya bagikan link-nya. | Gambar: Dokpri/DeddyHS
Saya tahu ini adalah hal biasa. Apalagi kebanyakan yang membaca tulisan di sini adalah Kners, bukan sepenuhnya orang "awam". Kners pun juga pasti melakukannya, sehingga menganggap ini hal biasa.

Namun, bagi saya proses berbagi tulisan dari K entah milik saya sendiri maupun orang lain adalah upaya untuk mencari sesuatu. Saya ternyata butuh orang "awam" (saya juga masih awam kok) untuk mengenali K.

Karena, seiring berjalannya waktu, saya membuktikan sendiri bahwa tulisan-tulisan di sini semakin bagus. Bahkan, bisa menyaingi (seharusnya melebihi) platform media sosial.

Berbagi informasi lewat platform media sosial juga bagus. Namun, saya jarang melakukannya, dan biasanya hanya karena mengikuti event. | Gambar: Dokpri/DeddyHS
Berbagi informasi lewat platform media sosial juga bagus. Namun, saya jarang melakukannya, dan biasanya hanya karena mengikuti event. | Gambar: Dokpri/DeddyHS
Namun, sebagai orang yang sudah tak adiktif dengan media sosial, saya lebih menyarankan orang lain untuk menengok K. Tidak harus mempunyai akun, tidak harus menulis juga. Asalkan hampir setiap hari membuka dan membaca tulisan-tulisan di K, saya jamin itu lebih menarik daripada hanya melihat berita sekilas di media sosial.

Soal layanan visual? K juga sudah mampu memberikannya. Orang awam butuh referensi channel Youtube bermanfaat, ada. Orang awam butuh referensi film, ada. Orang awam butuh ulasan-ulasan pundit-pundit bola grassroot yang lebih variatif, juga ada.

Baca nih: Ulasan Film "Extraction" (Yonathan)

Minta apa lagi? Opini?

Mana ada caption yang panjang, detil, dan komplit di media sosial? Pasti terpotong-potong. Namun, ini memang selera pasar.

Masyarakat masih suka yang simpel-simpel. Nah, di situlah yang harus sedikit dibongkar.

Kebiasaan melihat yang sepotong-sepotong dan segera membagikannya di akun masing-masing, lalu sudah berasumsi macam-macam hanya dengan satu-dua potongan tersebut harus dimodifikasi.

Caranya masih sama, namun sumbernya bukan dari media sosial. Mengapa? Karena ulasan-ulasan di K lebih memuaskan.

Baca juga nih: Tentang Eks Milisi Timor Timur (Tuan Martinuz)

Bahkan, ulasan-ulasan berkualitas pasti menyertakan sumber-sumber terkait. Ibaratnya, kita mau minta hati dari penampakan kulitnya, kita malah diberikan isi kepalanya sekalian. Kurang baik apa?

Dari contoh kebiasaan ini, saya kira kebaikan tak harus berupa uang. Juga tak harus dengan berpeluh. Memanfaatkan sisa-sisa paketan dari berinternet juga bisa.

Tidak harus pula membuka platform media sosial yang biasanya menyedot data lumayan. Melalui platform chatting yang dewasa ini telah menyaru sebagai media sosial juga bisa.

Memang jangkauannya tidak akan besar, tapi dimulai dari yang terdekat itu sudah cukup. Toh, jika orang terdekat sudah tertarik dan mereka menyebarkannya pula ke orang lain dengan caranya sendiri, itu sudah sangat bagus.

Jika orang lain mampu menolong kantong perut Anda, hingga kantong saku Anda. Maka, izinkan saya untuk mencoba menolong kantong kepala Anda, meski tak selamanya benar dan baik apa yang saya berikan. Begitu pula tentang cocok dan tidak cocok, seringkali saya abaikan.

Paling penting, Anda sudah mengenal media yang menampung banyak pola pikir yang mana kebanyakan adalah pola pikir yang detil dan terpercaya. Memang, sekali-dua kali, Anda sulit menemukan atau membedakan mana yang menjadi kelebihannya.

Tetapi seiring berjalannya waktu, pasti bisa membedakan kelebihan yang saya tawarkan. Karena, saya juga mengalaminya. Itulah mengapa, saya coba bagikan ke Anda. Siapa tahu, cocok.

Selamat menikmati momen Ramadan untuk berbagi apa saja. Yang penting bahagia, yang penting tetap tersambung. Itulah yang harus terjadi pada Ramadan yang masih di rumah saja.

Malang, 8 Mei 2020
Deddy Husein S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun