Duh, semoga tidak, ya!
Kemudian dari situ, ada satu prediksi jika masyarakat Muslim di Indonesia yang masih ingin melaksanakan ibadah Sholat Eid di masjid, akan banyak yang mengenakan masker dan sarung tangan. Entah, sarung tangan yang seperti apa.
Imbauan beribadah selama Ramadan kala pandemi covid-19. | Gambar: Detik.com
Jika tidak menggunakan sarung tangan, maka secara reflek, tubuh juga harus mampu menahan diri untuk tidak menyentuh area wajah atau bagian kepala setelah bersalaman--biasanya untuk saling mengucapkan Takbir. Kebiasaan berwudhu di masjid juga akan dikurangi. Atau, justru lebih dianjurkan, agar kebersihan semakin terjamin.
Selain itu, kebiasaan membawa ponsel juga harus ditinggalkan, karena itu juga memancing adanya perantara bagi virus untuk singgah sebelum sampai ke tubuh kita. Begitu juga dengan membawa uang sedekah atau infaq.
Ilustrasi uang yang dimasukkan ke kantong plastik. | Gambar: Dokpri/DeddyHS
Akan lebih baik jika uang tersebut sudah dibungkus dengan plastik yang sebelumnya dipastikan telah disemprot disinfektan. Entah, bagaimana fungsi dan akurasinya, yang pasti ini bisa memberikan sedikit sugesti bahwa kita tidak saling menularkan virus.
Terakhir, ada satu peran penting yang harus dijalankan oleh pengurus tempat pelaksanaan Sholat Eid, yaitu mengarahkan para jamaah untuk langsung memilih tempat terdepan jika datang lebih dahulu.
Prosedur bersedekah atau berzakat. | Gambar: Detik.com
Para jamaah tidak diperkenankan pindah-pindah tempat, kecuali saat mengalami batal dan harus bersuci kembali. Namun, idealnya lokasi sholatnya tetap sama, meski harus kembali dari belakang atau harus pula disediakan jalur untuk berlalu-lalang dari belakang ke barisan semula.
Memang terasa ribet, namun itulah konsekuensi yang setimpal bagi kita yang memang sangat ingin beribadah di hari raya, dan tetap ngeyel atas dalih mencari pahala. Toh, ini demi keselamatan bersama, bukan?
Memang beberapa poin di atas masih sebatas konsep berpikir. Tentu penulis tak bermaksud menggurui, melainkan hanya menyumbangkan pemikiran yang bisa saja sebenarnya sudah terpraktikkan.
Selain itu, penulis juga belum berani memperkirakan apakah Sholat Eid ditiadakan atau hanya dibatasi jamaahnya serta dibuatkan jarak per shof. Artinya, barisan sholat tetap normal, hanya, jarak antara baris depan dengan belakang tidak lagi hanya berjarak beberapa senti antara kaki jamaah di depan dengan kepala jamaah di belakangnya.
Ilustrasi salam tanpa berjabat tangan. | Gambar: Shutterstock via Kompas.com
Selain itu, untuk salam Takbir dan salam pasca sholat berjamaah, bisa menggunakan salam ala orang bukan
mukhrim--beda jenis kelamin. Yaitu, menangkupkan kedua tangan*** (
namaste) lalu mengarahkan tubuh kita ke masing-masing jamaah, baik secara simbolis arah maupun benar-benar jamaah yang dimaksud.
Lihat Kurma Selengkapnya