Tentu, tulisan ini tak bermaksud menakut-nakuti. Ini hanya sebagai kemawasdirian saja terkait apa yang masih terjadi di Indonesia.
Pada kenyataannya Indonesia masih terkungkung pandemi corona, dan per 6 Mei 2020, jumlah kasus mencapai 14.238. Memang, peningkatan kasus ini juga disertai peningkatan jumlah pasien yang sembuh.
Ini tak lepas dari proses penyembuhan di rumah sakit dan karantina mandiri yang berhasil memulihkan kondisi para pengidap yang tentunya telah tercatat di waktu-waktu sebelumnya. Gambaran ini adalah fakta yang harus diketahui oleh masyarakat secara luas, karena nyatanya telah mempengaruhi sendi-sendi kehidupan.
Salah satunya tentu adalah sendi keagamaan. Semua umat beragama merasakan dampaknya. Ramadan menjadi cukup berbeda. Perayaan Bulan Maria juga berbeda, dan kini kita melihat perayaan Waisak yang tentunya berbeda dari sebelumnya.
Baca juga: Bulan Maria dan Batalnya "Ngaji Giliran" (Reba Lomeh)
Bahkan, jangan lupakan Hari Raya Nyepi yang juga telah terasa berbeda. Jika Nyepi di Bali memang dirayakan dengan sangat hening, maka ketika terjadi pandemi dan munculnya kebijakan PSBB membuat Bali semakin sepi.
Baca juga: Nyepi Di Tengah Badai Covid-19 (I Wayan Rudiarta)
Gambaran ini juga terasa saat Waisak 2020. Biasanya momen Waisak ini dimanfaatkan untuk memperkenalkan situs sejarah berupa candi-candi peninggalan Buddha di Indonesia, seperti Candi Borobudur dan Candi Mendut.
Namun, kini perayaan Waisak tak bisa dilakukan dengan beribadah langsung di dua candi tersebut. Sebagai gantinya, meski terasa belum afdhal, momen perayaan Waisak ini dimeriahkan di jejaring media sosial dengan kartu-kartu ucapan.
Melihat situasi semacam ini, muncul pemikiran bahwa bisa saja perayaan Idul Fitri juga akan seperti ini. Jika melihat imbauan beribadah di Hari Waisak saja hanya untuk kurang lebih 5 orang di masing-masing vihara*, bagaimana dengan perayaan Idul Fitri yang selalu dilaksanakan dengan Sholat Eid di masjid hingga lapangan terbuka?
Jika kaum Buddha mau tidak mau harus mematuhi imbauan resmi dari Kementerian Agama dan Bagian Keagamaan Buddha di Indonesia, apakah kaum Muslim juga akan melakukannya?