Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Menonton Kembali "Haider" dan Duka Berpulangnya Irrfan Khan

30 April 2020   14:13 Diperbarui: 1 Mei 2020   04:13 1893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Haider memang mengadaptasi kisah Hamlet. Gambar: Daily.social

Sejak era Shah Rukh Khan muda atau malah belum eksis, penulis memprediksi bahwa film bertema perselisihan antara Pakistan dan India sudah ada. Bahkan, jika dihitung sampai sekarang, pasti sudah banyak.

Film seperti Veer Zaara, Ek Tha Tiger, Bajrangi Bhaijaan, hingga Neerja terdapat unsur polemik antara India dengan sang tetangga, Pakistan. Kisahnya pun dikemas dengan cara yang beragam.

Uniknya, akibat sejarah kelam antara India dan Pakistan, industri film Bollywood seperti memiliki kekuatan besar dalam menumbuhkan film dengan genre action. Namun, dari sekian banyak film action dan yang berkaitan dengan sengketa antar agama, wilayah ataupun leluhur tersebut, film Haider patut dikedepankan.

Selain karena film ini mengangkat peristiwa sosial dan setting yang benar-benar ada. Film ini juga mengadaptasi cerita dari William Shakespeare yang terkenal, Hamlet.

Haider mengisahkan perjuangan seorang pria--bernama Haider--yang kembali dari masa studinya ke daerah yang sedang berkonflik, Kashmir. Kashmir adalah salah satu daerah di India yang dekat dengan perbatasan antara India dan Pakistan.

Penduduknya pun diprediksi memiliki keterkaitan dengan Pakistan, entah karena leluhurnya ataupun bisa juga karena kurangnya perhatian pemerintah India terhadap daerah tersebut. Daerah itu kemudian berada pada masa pengawasan ketat.

Ketika sudah berada di kampung halamannya, Haider menemukan adanya ketidakberesan. Khususnya ketika dia melihat kedekatan antara ibunya dengan pamannya.

Kecurigaan muncul, ditambah dengan upayanya untuk mencari sang ayah yang dinyatakan hilang pasca terjadi insiden di rumah ayah Haider beberapa waktu sebelumnya. Dari sanalah perkembangan konflik menjadi besar.

Haider kian marah ketika mengetahui rahasia di balik hilangnya sang ayah. Keinginan untuk membalas dendam muncul. Namun, seperti yang dikatakan ibu Haider, bahwa pembalasan dendam hanya akan melahirkan pembalasan-pembalasan dendam yang baru.

Gejolak terus membesar dan korban pun terus berjatuhan. Hingga puncaknya tentu bisa diketahui bahwa Haider menemukan kesedihan yang tiada tara.

Jika merunut pada gambaran sederhana itu, apa yang menarik dari Haider?

Haider memang mengadaptasi kisah Hamlet. Gambar: Daily.social
Haider memang mengadaptasi kisah Hamlet. Gambar: Daily.social

Pertama, kisah di film ini adalah pembauran antara realita dan adaptasi dari kisah fiksi. Tentu ada ekspektasi bahwa film ini akan menghadirkan genre action yang berbeda, meski secara umum bisa ditebak permukaannya.

Kedua, kisah ini menghadirkan teladan dari sebuah profesi, dokter. Ini mengingatkan pada situasi yang sama bagi dokter di seluruh dunia ketika berada di masa pandemi seperti sekarang.

Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap dokter pasti memiliki gejolak dilematis, karena pasti ada kekhawatiran atas keselamatan dirinya dari pihak keluarga. Namun, sebagai dokter, mereka pasti tahu apa yang seharusnya dilakukan.

Ketika ada orang sakit, pasti ada naluri untuk menolongnya tanpa peduli latar belakang orang sakit tersebut. Karena, saat orang itu sakit, latar belakangnya sudah jelas mengarah pada suatu rumusan masalah yang konkrit; sakit dan risiko kehilangan nyawa.

Itulah yang membuat seorang dokter punya panggilan untuk bekerja sesuai profesinya. Meski dengan berbagai rintangan hingga yang paling meresahkan adalah adanya kecemasan dari orang terdekat.

Orang terdekat seharusnya mendukung tindakan yang sudah diyakini secara sungguh-sungguh. Apalagi dasarnya adalah rasa kemanusiaan, tentu ini adalah jaminan besar bahwa tindakannya tetaplah benar.

Perihal ketiga dari film ini adalah pemunculan masalah. Memang, bagi yang jarang atau malah kurang suka menonton film action akan menganggap film ini sangat sadis. Namun, emosionalitas yang terbangun memiliki dasar yang cukup kuat.

Ditambah dengan adanya konflik keluarga, maka penonton akan merasakan kedekatan dengan kisahnya. Orang terdekat memang biasanya sangat merepotkan jika sudah terjadi ketidakcocokan tentang prinsip hidup.

Satu-satunya yang mendekatkan keluarga adalah kehilangan dan kematian. Tentu, ini adalah penilaian yang satire, namun sangat apa adanya. Film ini nyatanya juga mampu menghadirkan realitas seperti itu dengan baik.

Ayah Haider yang diwujudkan seolah sebagai hantu. Gambar: Daily.social
Ayah Haider yang diwujudkan seolah sebagai hantu. Gambar: Daily.social

Keempat, film ini juga memberikan kedekatan yang seharusnya antara orangtua dan anak. Ketika anak masih kecil, orangtua pasti merasa sangat memiliki dan berhak atas hidup anaknya.

Namun, ketika anak tersebut telah tumbuh dewasa, giliran anak yang sangat memiliki dan berhak atas hidup orangtuanya. Sebisa mungkin orangtua tetap ada di jangkauan anaknya, baik dalam suka maupun duka.

Masing-masing memang saling memiliki ego, namun tujuannya sebenarnya bagus, untuk masa depan dan keutuhan keluarga. Siapa pula yang ingin keluarganya runtuh, apalagi keluarga kecil?

Inilah yang membuat film ini terasa menarik untuk ditonton. Memang bagi yang jarang menonton film Bollywood perlu beradaptasi. Tetapi, bagi yang ingin menambah referensi tentang film action dan berani mencoba yang bukan gaya western, film ini direkomendasikan.

Selain itu, ada satu hal yang membuat film ini menjadi salah satu film yang patut ditonton kembali. Yaitu, keberadaan aktor Irrfan Khan yang menjadi tokoh bernama Roohdaar.

Irrfan Khan. Gambar: TAYLOR JEWELL/Invision/AP/Shutterstock via Kompas.com
Irrfan Khan. Gambar: TAYLOR JEWELL/Invision/AP/Shutterstock via Kompas.com

Memang, dirinya bukan tokoh utama, namun kehadirannya dapat menjadi inti ataupun titik balik antara ketidaktahuan menjadi cukup tahu. Selain itu, kehadiran Roohdaar juga selalu diiringi musik instrumental yang membuat penonton menjadi tidak terlalu hanyut (mellow) dengan suasana jiwa Haider yang mulai terombang-ambing.

Sosok Irrfan Khan juga dikenal selalu mampu tampil mengesankan atau mencuri perhatian--termasuk di film ini--dan itulah mengapa dirinya dapat mengepakkan sayap hingga ke film internasional. Bahkan, bisa saja Irrfan adalah sosok yang masih menjadi satu-satunya yang eksis tak hanya di film Bollywood juga Hollywood.

Suatu hal yang kurang terlihat di aktor-aktor besar seperti Shah Rukh Khan, Salman Khan, dan Hrithik Roshan. Penyebabnya memang belum pasti.

Antara nama mereka sudah terlalu besar, sehingga menyulitkan sutradara-sutradara internasional untuk mengajaknya di film berbasis Hollywood. Atau, faktor zona nyaman. Sudah terkenal dan mapan, mengapa harus mencoba hal baru?

Hal ini yang tidak terjadi pada Irrfan Khan. Memang, kiprahnya sebagai pemeran utama tidak sebanyak aktor-aktor lain.

Namun, semangatnya untuk terlibat di film-film besar yang memang besar karena filmnya, itulah yang patut diapresiasi. Tentu ini bukan perbandingan berdasarkan suka atau tidak suka, melainkan ada dan belum ada.

Seandainya Irrfan Khan tetap sehat, tentu harapan untuk melihat sepak terjangnya di perfilman baik Bollywood dan Hollywood tetap terjaga. Hanya, Irrfan Khan juga manusia biasa. Ada batas akhir yang dimiliki.

Tentu sangat disayangkan, bahwa sosok sepertinya harus berpulang cepat, meski kariernya belum bisa dikatakan tamat. Tepat pada 29 April 2020 (kemarin), sosok yang juga hadir di Slumdog Millionaire, Jurassic Park, dan Life of Pi tersebut dikabarkan meninggal dunia.

Penyebabnya adalah penyakit neuroendokrin. Penyakit langka yang bisa menyerang kepala (otak) dan bagian dalam dada (paru-paru) serta perut (usus) bagi penderitanya.

Penyakit ini sudah diidap Irrfan sejak 2018. Itulah yang membuatnya menjadi lebih fokus terhadap kesehatan dibandingkan kariernya.

Namun, harapan untuk bangkit sepertinya menipis, karena bisa saja penyakitnya sudah semakin parah. Jalan terbaik adalah pulang, melepaskan raga yang sudah tak mampu untuk berjuang.

Kini, Irrfan sudah tenang, dan kita yang ditinggalkan hanya bisa berharap bahwa rekam jejak karirnya yang menarik itu dapat dilanjutkan oleh aktor-aktor Bollywood lain yang bisa saja dapat lebih baik dari torehan Irrfan Khan.

Selamat jalan Irrfan! Terima kasih telah meninggalkan jejak di film-film hebat itu.

Malang, 30 April 2020

Deddy Husein S.

Berita terkait: Hollywoodreporter.com, Kompas dan  CNNIndonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun