Jika dihitung atau dibandingkan dengan orang lain, penulis bisa saja tergolong orang yang sangat jarang minum obat. Bahkan ketika sakit cukup lama, sebisa mungkin mencari alternatif selain obat.
Seperti minum minuman hangat atau minum susu yang kabarnya bisa menyeterilkan situasi dalam perut, hingga yang paling viral saat ini adalah minum jahe dan minuman bervitamin C.
Sebelum situasi seperti saat ini, meminum suplemen vitamin C sudah menjadi salah satu perhitungan bagi penulis ketika merasa tubuh sedikit kurang enerjik. Tentu tidak rutin, karena harganya juga tak begitu murah untuk ukuran hanya sebotol minuman yang sekecil itu.
Begitu pula dengan suplemen vitamin C tablet hisap yang juga masih jarang dikonsumsi, karena biasanya dibeli ketika sekali-sekali masuk minimarket. Padahal, sebelum seperti saat ini, stoknya selalu melimpah, loh!
![Mengonsumsi suplemen vitamin C jika terdesak dan tak ada pilihan yang alami nan sehat. | Gambar: Dokpri/DeddyHS_15](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/28/img-20200320-174654-2-5ea78c96097f36658f1a9f82.jpg?t=o&v=770)
Maklum, setiap minum jahe, biasanya tenggorokan terasa lebih seret dibandingkan sebelumnya. Rasa panasnya juga malah membuat tidak nyaman ketika berbicara dan bernapas.
Itulah mengapa ketika waktu itu pernah bergabung di organisasi teater kampus, setiap latihan dan menu konsumsinya terdapat minuman jahe hangat pasti tidak diminum. Penulis lebih memilih menu teh atau jeruk nipis untuk minuman hangatnya, walau keduanya juga memberikan dampak tersendiri. Hm.., rumit memang tubuh ini.
![Setiap akan latihan maupun akan pentas, pasti ada menu konsumsi hangat seperti ini. | Gambar: Dokpri/DeddyHS_15](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/28/img-20180318-201128-5ea78b67097f3625f37f7092.jpg?t=o&v=770)
Penulis kebetulan memiliki "rutinitas" hidung "banjir" ketika pagi hari. Bencana rutin ini semakin diperparah dengan keadaan suhu di daerah tempat tinggal yang tergolong lebih dingin daripada kampung asal penulis yang jam 7 pagi saja sinar mataharinya sudah cukup terik.
Itulah yang membuat penulis menyadari, mengapa ibu setiap pagi selalu berupaya menyediakan sarapan dengan hal-hal yang bersuhu hangat. Entah itu teh, susu, sereal ataupun mentok-mentok mie instan.
Mie instan? Ya, abaikan menu tak sehat ini. Penulis sedang tidak ingin membahasnya. Hehe.
Penulis akhirnya menyadari bahwa mengonsumsi hal-hal yang bersuhu hangat membuat hidung menjadi lebih lega. Itulah yang juga dapat dilakukan ketika Ramadan tiba.
Memang idealnya bisa mengonsumsi jahe setiap hari atau tepatnya untuk salah satu menu bersahur. Namun, minuman lain yang intinya bersuhu hangat juga akan membuat hidung terasa nyaman di pagi hari.
Menjadi seorang yang hidup sendiri juga perlu menyiapkan menu yang praktis. Itulah mengapa pilihan untuk minum jahe juga dapat diperhitungkan, apalagi jika itu dapat dipenuhi secara praktis dan sudah teruji cocok dengan tenggorokan.
![Mengonsumsi jahe hangat cukup tepat untuk membuat tubuh tetap hangat meski hari menjelang pagi. | Gambar: Dokpri/DeddyHS_15](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/04/28/img-20200321-195802-2-5ea78a65d541df2d7311b852.jpg?t=o&v=770)
Karena, kapasitas tubuh kita berbeda. Penulis juga tidak merasa lebih kuat dibandingkan orang lain hanya dikarenakan hampir sangat jarang minum obat sejak lulus sekolah, meski pernah juga sakit cukup keras hingga mengkhawatirkan orang-orang di sekitar penulis.
Betul, mereka kebanyakan selalu panik melihat situasi penulis ketika sakit. Karena memang ternyata tidak terlihat "selucu" orang kebanyakan ketika sakit.
Penulis tentu memaklumi itu, bahkan sebenarnya juga tertawa dalam pikiran, karena merasa melihat banyak orang menjadi lebay dan memang ada efek bagusnya, sih. Yaitu, mereka menjadi semakin perhatian dengan kondisi tubuh penulis.
Namun, untuk dapat tetap seperti saat ini, penulis justru berupaya tak bergantung dengan obat-obatan--tanpa mendiskreditkan apoteker, farmasi, dan kedokteran. Penulis tentu sangat menghargai keberadaan mereka.
Hanya, caranya yang berbeda. Penulis tidak menjadi konsumen setianya, dan berupaya mencari jalan lain yang tetap aman dan tentunya tetap logis.
Hal ini bisa terjadi, karena penulis berupaya mengenali tubuh sendiri. Seharusnya, kita lebih kenal diri kita daripada orang lain, bukan?
Itulah mengapa, penulis berupaya keras mengenali tubuh sendiri. Apa kekuatannya, dan apa kelemahannya.
Memang, terasa sangat sulit. Karena, siapa sih yang tidak ingin cepat sembuh ketika sakit? Apalagi kalau sakitnya terasa mengganggu, meski kadarnya sangat ringan.
Namun, apapun yang tidak begitu normal sebisa mungkin harus dihilangkan atau dicegah untuk tak selalu dapat muncul setiap hari. Apalagi jika aktivitas yang positif biasanya harus dimulai dari pagi.
Tentu, ini yang membuat penulis harus mencari cara yang tepat agar tubuh sudah dapat diajak produktif sedari pagi tanpa adanya hal-hal yang mengganggu. Rasanya memiliki hidung seperti awan mendung itu menjengkelkan.
Karena setiap orang yang melihat pasti akan menganggap tubuh ini sakit, padahal tak sepenuhnya demikian. Ditambah dengan situasi saat ini yang diidentikan dengan gejala permasalahan pada hidung dan tenggorokan.
Tentunya ini bukan penampakan yang positif bagi orang lain, dan penulis harus tanggap untuk menanggulanginya. Maka dari itu, penulis mengonsumsi minuman hangat termasuk jahe untuk dapat memperlancar aktivitas sedari pagi, termasuk untuk memperhalus ibadah dan membuang pandangan curiga terhadap performa penulis.
Semoga, tulisan yang berbau curhat 99,999% ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Selamat beraktivitas, dan semoga lancar ibadahnya! Jaga tubuh kita tetap sehat, meski #diRumahAja!
Malang, 28 April 2020
Deddy Husein S.