Jika Newcastle mampu konsisten di atas dan klub mapan sebelumnya gagal konsisten di zona perebutan juara, maka Newcastle bisa menggeser klub tersebut.
Bekas klub Harry Maguire itu sebenarnya sudah patut menjadi bagian dari "Big Seven", karena mereka sudah merengkuh trofi Premier League. Bahkan, jika perhitungannya adalah trofi Premier League--bukan hanya konsistensi di papan klasemen per musim--untuk menjadi bagian dari "Big Six", maka Jamie Vardy dkk. dapat menggeser posisi Spurs sebagai "anggota" enam besar Premier League.
Hal ini yang kemudian patut diperhatikan oleh Newcastle sebagai klub kaya baru yang tentunya ingin mencicipi gelar di Premier League. Apakah mereka dapat konsisten di zona Eropa lalu menjadi juara Premier League? Atau, malah mereka kesulitan mendongkel kemapanan klub-klub klasik tersebut?
Kemungkinan Newcastle untuk meniru langkah Leicester City sepertinya tidak sebesar cara yang dapat mereka tiru dari Manchester City untuk menjadi bagian "The Big Six".Â
Karena, David Silva dkk. kala itu haruslah memiliki pondasi berupa pemain dan pelatih mumpuni, serta pernah berada di zona Eropa dalam waktu yang tak sebentar.
Newcastle tak hanya harus menjadi klub kaya, tapi menjadi klub cerdas nan konsisten.
Metode yang dimiliki Man. City untuk menjadi tim papan atas Premier League terlihat lebih realistis. Bahkan, cara ini juga terjadi pada Tottenham Hotspur. Hanya, proyek mereka bersama Andre Villas-Boaz ataupun Mauricio Pochettino sebagai manajernya tak didukung dengan konsistensi terhadap pembangunan skuad.
Tanpa skuad mumpuni, tentu langkah semua klub untuk berprestasi akan tersendat-sendat. Begitu pula dengan pilihan pelatih. Manchester City lagi-lagi memberikan contoh yang ideal, karena mereka terlihat lebih berhati-hati dibandingkan klub lain.
Bahkan, sosok pengganti Roberto Mancini haruslah pelatih yang pernah berada di Real Madrid, Manuel Pellegrini. Artinya, pelatih/manajer untuk klub berambisi besar haruslah sosok yang pernah berada dalam tekanan yang tinggi.