Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Antara "Players Together" dan Potong Gaji, Pilih Mana?

10 April 2020   16:10 Diperbarui: 10 April 2020   17:21 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, jika Anda adalah pesepak bola dan berada di Premier League, manakah yang akan Anda pilih? Potong gaji 30% atau ikut Players Together?

Oya, sebenarnya ada satu opsi lagi yang dapat dilakukan oleh para pemain di Premier League jika tidak ingin dipotong gajinya, yaitu putus kontrak. Hal ini dikatakan oleh agen salah seorang pemain Tottenham Hotspur, Tobi Alderweireld saat menanggapi adanya protes dari para pemain terhadap kebijakan potong gaji (Viva.co.id).

Namun, apakah hal ini positif atau malah negatif bagi klub dan para pemainnya?

Jika dinilai dari segi positif, klub dan pemain akan sama-sama sepakat tidak ada pengeluaran dan pemasukan. Artinya, klub tidak akan melakukan pembayaran kepada para pemainnya, tanpa ada pemasukan (kontribusi) dari pemain. Begitu pula bagi pemain.

Mereka tidak akan terbebani dengan label makan gaji buta, dan mereka dapat melakukan aksi individual tanpa terikat klubnya. Contohnya, jika mereka akan melakukan coaching clinic secara online, maka mereka tidak perlu menggunakan kit dari klubnya, melainkan dapat sepenuhnya dengan kit brand yang mengikatnya.

Bukankah para pemain biasanya ada yang memiliki apparel sendiri yang terkadang berbeda dengan apparel yang mendukung klubnya?

Ketika seorang pemain berkegiatan tanpa ada kaitannya dengan klubnya, dia dapat mengenakan aksesoris dari sponsor pribadinya. | Gambar: Twitter.com/LacazetteAlex
Ketika seorang pemain berkegiatan tanpa ada kaitannya dengan klubnya, dia dapat mengenakan aksesoris dari sponsor pribadinya. | Gambar: Twitter.com/LacazetteAlex

Misalnya saja Alexandre Lacazette yang disponsori oleh apparel Nike, namun klubnya adalah Arsenal yang kini bekerjasama dengan Adidas. Maka, ketika dia ingin melakukan sesi interview online dengan para penggemarnya, dia tidak perlu menggunakan jersey Arsenal dan menunjukkan aksesoris Nike. Dia bisa hanya mengenakan pakaian dan aksesoris Nike secara penuh.

Namun, pilihan untuk putus kontrak bisa saja memberikan kerugian jika tidak dilakukan dengan sistem yang tepat. Misalnya, jika pihak klub dan pemain murni putus kontrak tanpa ada kesepakatan kembali bekerjasama pasca pandemi berakhir, maka klub akan kehilangan pemainnya.

Begitu pula bagi pemainnya, akan kehilangan kesempatan kembali membela klubnya, apalagi jika si pemain sedang berada di ujung karir. Seperti John Obi Mikel yang putus kontrak dengan Trabzonspor. Jika Obi Mikel adalah pemain yang masih berusia muda dan berprospek jangka panjang bagi klubnya, seperti Neymar dan Bruno Fernandes, maka dirinya tidak akan pusing memikirkan calon klub barunya.

Baca juga: Obi Mikel Pilih Keluarga Daripada Profesi (Deddy Husein S.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun