Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Inter Milan Limbung, Karena Barcelona?

9 Maret 2020   07:34 Diperbarui: 9 Maret 2020   13:15 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duet Lukaku dan Martinez sempat membawa Inter berjaya di paruh pertama Serie A 2019/20. | Gambar: Panditfootball.com

Padahal dengan taktik penguasaan bola yang baik dari taktik Conte---sejujurnya lebih baik dari Sarri, seharusnya membuat Marcelo Brozovic cs. dapat melakukan apa yang bisa dilakukan Lazio dan Atalanta. Jika mereka yang tidak selalu tampil dominan atas lawannya dapat mengkonversikan banyak peluang menjadi gol, mengapa Inter tidak?

Kita bisa terlena dengan gelontoran 4 gol ke gawang Milan, namun Inter butuh banyak kesempatan untuk membuat hal itu terjadi. Mereka sering terburu-buru dalam mengeksekusi peluang, juga sering ragu untuk mengeksekusi peluang karena dilema antara ingin membagi bola atau menendangnya.

Baca juga: Dua Babak, Dua Cerita di Derby Della Madonnina

Pemandangan ini tentu tidak bagus untuk klub yang sedang kembali membangun reputasi sebagai pencari gelar, khususnya scudetto. Hal ini juga terjadi di laga melawan Juventus maupun saat kalah dari Napoli (Coppa Italia) serta Lazio (Serie A).

Jika Inter menang, kita akan mengabaikan fakta tersebut. Namun ketika kalah, itulah yang sebenarnya menjadi permasalahan Inter Milan. Mereka sebenarnya tidak sangat efektif.

Alasan keempat adalah yang paling krusial dari Samir Handanovic dkk., yaitu ketergantungan pada chemistry Lautaro Martinez dan Lukaku. Ketika keduanya klop, hal itu akan menjadi senjata mematikan bagi lawan-lawannya. Namun bagaimana jika tidak?

Itu yang kemudian menjadi salah satu faktor yang sangat terlihat nyata di laga melawan La Vecchia Signora. Alih-alih mereka dapat bekerjasama untuk mengobrak-abrik duet De Ligt dan Bonucci di lini pertahanan Juventus, keduanya justru terlihat tak ingin saling berbagi bola.

Entah karena faktor pertimbangan timing tepat untuk mengoper bola, ataupun lainnya. Namun, seperhitungannya seorang pemain dalam urusan mengoper atau tidak itu pasti terlihat dari upayanya yang sekali-dua kali sudah berupaya mengoper bola ke rekan.

Situasi inilah yang nyaris tidak terjadi. Setiap bola dikuasai salah satu dari duet penyerang tersebut, mereka pasti akan menahan bola itu terlebih dahulu dan tidak ada gestur bahwa bola tersebut nantinya akan ditujukan pada rekannya.

Mudahnya, kita bandingkan dengan situasi penguasaan bola antara Cristiano Ronaldo dengan Aaron Ramsey. Meski keduanya sama-sama sedang berada di situasi sulit, selalu ada gestur untuk ingin saling membagi bola.

Pemandangan ini bisa saja dianggap sepele, namun sebenarnya poin ini yang sangat krusial. Jika Inter memiliki target-man "yang dikorbankan" seperti Higuain di Juventus, maka peran pemain lain akan terlihat dikembangkan, seperti antara Ramsey dengan Ronaldo, atau Ronaldo dengan Matuidi, dan kerja sama pemain lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun