Padahal dengan taktik penguasaan bola yang baik dari taktik Conte---sejujurnya lebih baik dari Sarri, seharusnya membuat Marcelo Brozovic cs. dapat melakukan apa yang bisa dilakukan Lazio dan Atalanta. Jika mereka yang tidak selalu tampil dominan atas lawannya dapat mengkonversikan banyak peluang menjadi gol, mengapa Inter tidak?
Kita bisa terlena dengan gelontoran 4 gol ke gawang Milan, namun Inter butuh banyak kesempatan untuk membuat hal itu terjadi. Mereka sering terburu-buru dalam mengeksekusi peluang, juga sering ragu untuk mengeksekusi peluang karena dilema antara ingin membagi bola atau menendangnya.
Pemandangan ini tentu tidak bagus untuk klub yang sedang kembali membangun reputasi sebagai pencari gelar, khususnya scudetto. Hal ini juga terjadi di laga melawan Juventus maupun saat kalah dari Napoli (Coppa Italia) serta Lazio (Serie A).
Jika Inter menang, kita akan mengabaikan fakta tersebut. Namun ketika kalah, itulah yang sebenarnya menjadi permasalahan Inter Milan. Mereka sebenarnya tidak sangat efektif.
Alasan keempat adalah yang paling krusial dari Samir Handanovic dkk., yaitu ketergantungan pada chemistry Lautaro Martinez dan Lukaku. Ketika keduanya klop, hal itu akan menjadi senjata mematikan bagi lawan-lawannya. Namun bagaimana jika tidak?
Itu yang kemudian menjadi salah satu faktor yang sangat terlihat nyata di laga melawan La Vecchia Signora. Alih-alih mereka dapat bekerjasama untuk mengobrak-abrik duet De Ligt dan Bonucci di lini pertahanan Juventus, keduanya justru terlihat tak ingin saling berbagi bola.
Entah karena faktor pertimbangan timing tepat untuk mengoper bola, ataupun lainnya. Namun, seperhitungannya seorang pemain dalam urusan mengoper atau tidak itu pasti terlihat dari upayanya yang sekali-dua kali sudah berupaya mengoper bola ke rekan.
Situasi inilah yang nyaris tidak terjadi. Setiap bola dikuasai salah satu dari duet penyerang tersebut, mereka pasti akan menahan bola itu terlebih dahulu dan tidak ada gestur bahwa bola tersebut nantinya akan ditujukan pada rekannya.
Mudahnya, kita bandingkan dengan situasi penguasaan bola antara Cristiano Ronaldo dengan Aaron Ramsey. Meski keduanya sama-sama sedang berada di situasi sulit, selalu ada gestur untuk ingin saling membagi bola.
Pemandangan ini bisa saja dianggap sepele, namun sebenarnya poin ini yang sangat krusial. Jika Inter memiliki target-man "yang dikorbankan" seperti Higuain di Juventus, maka peran pemain lain akan terlihat dikembangkan, seperti antara Ramsey dengan Ronaldo, atau Ronaldo dengan Matuidi, dan kerja sama pemain lainnya.