Tidak ada revenge bagi Inter Milan di Allianz Stadium, dini hari tadi (9/3). Mereka juga tidak mampu mencetak gol apalagi poin. La Beneamata kembali takluk dari Juventus di lanjutan Serie A musim ini. Artinya, Juventus sudah dapat dikatakan menyingkirkan langsung rivalnya dalam peta perebutan gelar scudetto.
Kecuali jika Juventus mengalami 2 kekalahan atau lebih dan Inter Milan berhasil menyapu bersih sisa laga dengan kemenangan, maka ceritanya bisa saja berubah di akhir musim. Namun jika melihat pertandingan ini, sulit bagi Inter untuk mengharap Juventus banyak tersandung.
Bahkan, jika Juventus tersandung pun Inter masih memiliki penghadang, yaitu Lazio. Tim biru dari Roma juga memiliki peluang untuk juara di musim ini. Mereka juga semakin difavoritkan ketika mampu menjungkalkan Internazionale.
Artinya, Inter Milan kembali menjadi pesakitan---seperti musim lalu---ketika mampu tampil hebat di paruh pertama musim namun gagal mempertahankannya di paruh kedua. Mengapa?
Pertama, karena fokus. Inter terlihat tidak memiliki fokus yang jelas. Apakah mereka langsung membidik Serie A, Coppa Italia, atau Eropa. Untuk Eropa, Inter memang terlihat cukup menjanjikan, karena lawan mereka rata2 variatif secara peta kekuatan.
Hal ini berbeda dengan Serie A dan Coppa Italia. Banyak tim yang sudah mempelajari Inter Milan, khususnya Antonio Conte. Juru taktik asli Italia itu memang sangat populer sejak berhasil mengantarkan Juventus meraih banyak gelar, khususnya Serie A.
Bahkan, sosok pelatih Juventus saat ini, Maurizio Sarri, tentu sudah sangat termotivasi untuk meruntuhkan magis Conte di Italia. Ini membuat Sarri secara khusus siap head to head dengan Conte, sekaligus berupaya menyelamatkan karirnya di Turin.
Alasan kedua, kedalaman skuad. Meski, Inter sudah melakukan banyak transfer pemain termasuk di musim dingin, namun apa yang mereka lakukan justru cenderung instan. Misalnya dengan memanfaatkan kualitas Christian Eriksen untuk mencoba mendongkel kekuatan Juventus, sedangkan Juventus sudah memiliki Aaron Ramsey sebagai penambah kekuatan di lini tengah sejak awal musim.
Masalah adaptasi pemain dengan model transfer yang berbeda ini menjadi salah satu faktor pembeda antara Juventus dengan Inter. Juventus masih pantas memiliki banyak target, karena mereka cukup unggul dibandingkan Inter Milan dalam hal masa persiapan terhadap taktik, pemain, dan target.
Alasan ketiga, Inter Milan sebenarnya tidak pernah benar-benar efektif dalam membangun serangan dan menciptakan peluang. Kita hanya merasa hal itu tak terjadi karena faktor statistik gol dari Romelu Lukaku dan Lautaro Martinez yang cukup tinggi.
Seolah Inter sangat produktif, memang. Namun mereka tidak efektif.