Di sinilah yang menjadi pertanyaan yang sulit dijawab, kecuali oleh pihak Kominfo sendiri---toh sudah ditanggapi. Karena, kita tentu perlu mengetahui langsung apa pertimbangannya dan bagaimana penyampaiannya terlebih dahulu.
Dua hal ini penting untuk menilai seberapa kadar kapasitas mereka dalam berpikir sebelum menilai apa yang diunggah oleh Tara Basro. Jangan sampai mereka terjebak hanya pada gambar yang diunggah (gestur dan lainnya), bukan pada caption.
Padahal, fungsi dari caption biasanya untuk memperjelas apa yang diunggah dalam gambar tersebut. Perlu diingat pula, bahwa proses membaca pasti akan melibatkan kepala untuk memikirkan hingga mengingat tentang apa yang dibaca. Bahkan, dalam proses membaca itu kita juga akan menggali informasi sebelumnya yang terkoneksi pada apa yang sedang kita baca.
Namun, jika (pesan dalam) caption itu ternyata masih tidak dapat tersampaikan ke kepala kita, berarti mata kita sudah lebih kuat dalam mempengaruhi proses menilai kita dibandingkan kepala kita terhadap feed tersebut.
Atau, bisa saja caption yang ditulis tidak mudah dipahami karena kita kurang update terhadap situasi terkini, akibat fokus dengan penjualan masker dan hand sanitizer? Jika hal itu yang terjadi, maka pemandangannya sangat menyedihkan. Karena, hari ini apa fungsi Google yang selalu buka 24 jam---meski ada virus corona, jika tidak digunakan untuk cross-check terkait unggahan Tara Basro---di IG dan di Twitter yang telah dihapus, bukan?
Malang, 6-7 Maret 2020
Deddy Husein S.
Tambahan:
Secara pribadi penulis lebih mendukung apa yang diunggah Tara Basro di Instagram dibandingkan di Twitter. Namun, itu bukan karena terkait pornografinya (versi Kominfo: ketelanjangan), melainkan terkait mindset masyarakat dan pihak-pihak tertentu dalam hal menyikapi sebuah unggahan tanpa memahami apa yang sedang terjadi, alias sulit berpikir jernih.
Meski demikian, menurut penulis jika tidak ada kehebohan ini---sebenarnya karena unggahan di Twitter, tidak akan ada "studi nasional" terhadap bagaimana cara menilai sesuatu yang ditangkap oleh mata, khususnya dalam hal melihat gambar yang diunggah di akun medsos.
Tetap semangat untuk cerdas, Indonesia! Salam.
Berita terkait: