Tanpa kepercayaan diri, tentu apa yang dilakukan Hersus bisa saja tak terjadi. Ditambah dengan fakta di lapangan bahwa di sisi kanan pertahanan Geylang terdapat Simic yang cukup bebas, karena hanya tinggal satu pemain lawan yang ragu apakah dia harus menutup ruang pergerakan Simic atau ruang tembak Hersus.
Ternyata keputusan Hersus tepat, karena dia melihat ruang tembak yang cukup terbuka lebar akibat kegalauan pemain bertahan Geylang untuk menentukan siapa yang harus diantisipasi. Dari sini kita dapat melihat bahwa Hersus juga merupakan pemain yang paham tentang cara mencetak gol.
Dia tak hanya memiliki kepercayaan diri untuk terus bersaing dengan rekan-rekannya. Dia juga percaya diri saat dipercaya membawa bola, begitu pula ketika dirinya memiliki peluang untuk mencetak gol.
Satu poin itulah yang terkadang sulit dilihat dari permainan penyerang Indonesia ketika mereka cenderung melihat penyerang lain, khususnya pemain asing, lebih efektif dan produktif. Apalagi jika harus berada di lini yang sama dengan penyerang haus gol seperti Marko Simic.
Melalui catatannya di Piala Gubernur Jatim 2020 dan di awal babak kedua laga persahabatan itu, jelas dapat dimaklumi jika setiap peluang diharapkan Simic yang mengeksekusinya menjadi gol. Hal ini juga terlihat dari peluang yang dimiliki Osvaldo yang akhirnya disodorkan ke Simic dan Simic sukses menceploskan bola ke gawang lawan untuk menjadi gol kedua Persija.
Uniknya situasi peluang yang dimiliki Hersus juga nyaris seperti itu. Namun, kali ini Hersus mengurungkan opsi untuk membagi bola dan mencoba mengambil peluangnya. Dia berhasil.
Memang, situasi semacam ini sebenarnya sering terlihat 50-50. Bahkan, seorang Marko Simic juga belum tentu mampu mengeksekusi semua peluangnya menjadi gol. Namun, apa yang dilakukan Hersus adalah keharusan.
Itulah yang juga sering dilakukan oleh para penyerang asing di Indonesia. Mereka juga perlu banyak menerima peluang, membuat peluang, dan mencoba mengeksekusinya dengan berbagai cara hingga menjadi gol. Tanpa itu, bahkan penyerang asing yang berlabel apapun juga tak akan pernah mencetak gol, apalagi penyerang Indonesia yang seringkali menurunkan egonya.
Jika peluang itu tak menjadi gol bisa saja Hersus akan dikritik atau juga akan membuat Geylang masih percaya diri untuk meneror pertahanan Persija. Namun, jikalau peluang itu gagal, keputusan Hersus seharusnya tetap patut diapresiasi.
Karena itulah yang sebenarnya dibutuhkan penyerang Indonesia. Berani mengambil risiko, berani disalahkan, berani pula bermimpi buruk karena bisa saja pemain yang gagal mencetak gol akan dibayangi kegagalan itu sampai saat tidur.
Sepak bola memang penuh cerita, terkadang gagal, kalah, dan kecewa. Terkadang juga berhasil, menang, dan gembira. Karena, sepak bola juga berbicara soal keberuntungan ketika rasa percaya diri sudah dimiliki seorang (dan para) pemain, dan kali ini Hersus memilikinya.