Ketiga, karena sosok yang selalu ingin mendominasi kompetisi adalah Pep Guardiola. Hal ini tak hanya divisualisasikan dengan filosofi permainan, namun juga pemilihan pemain yang diinginkan. Pep pasti menginginkan perannya sebagai pelatih yang dapat memilah dan memilih pemain di dalam skuadnya, tidak hanya menerima pemain yang sudah ada.
Bahkan, di Manchester City, dirinya pernah membiarkan Sergio Aguero membuktikan diri sebagai penyerang terbaik The Citizens dengan menghadirkan penyerang lain yang dapat mengusik kemapanan posisinya di starting line-up. Inilah yang akan membuat Juventus tidak hanya memanfaatkan skill individu para pemainnya, namun juga kemampuan para pemain dalam menjalankan taktik dari pelatih.
Meski banyak sisi positif bagi Juventus, kehadiran Pep Guardiola juga akan membuat adanya gejolak, khususnya di dalam skuad I Bianconeri. Siapa saja yang akan tidak tenang dan hengkang dari Turin?
Pertama adalah Giorgio Chiellini. Meski, dirinya adalah salah satu pemain senior dan mengemban ban kapten selain Leonardo Bonucci. Namun, dirinya dipastikan akan tersingkirkan karena faktor usia dan keinginan Pep untuk bermain dengan bek-bek yang lebih kalem dan fokus dengan permainan.
Artinya pemain utama di lini belakang dipastikan akan diisi oleh Leonardo Bonucci dan Mathijs De Ligt. Juve pun pasti akan mendatangkan bek baru yang diinginkan Guardiola.
Kedua adalah Cristiano Ronaldo. Memang ini terlihat mengejutkan dan bukan semata-mata karena sentimentil jejak mereka di El Clasico, melainkan karena karakter dan bagaimana pemain dan pelatih berbagi peran.
Di musim pertama, Pep pasti akan menerima CR7. Dikarenakan Ronaldo adalah pemain bintang. Dia pasti akan memberikan sebongkah harapan kepada Pep untuk dapat meraih trofi Liga Champions lagi.
Namun, di sisi lain, Pep diprediksi akan merasa terusik jika Ronaldo tidak mampu menahan egonya sebagai pemain senior dan pemain bintang untuk berbicara keras di ruang ganti. Pep tipikal pelatih yang menyukai pemain-pemain yang tak banyak bicara seperti Messi, Iniesta, Xavi, Puyol, dan David Silva.
Ini akan berbeda jika harus bertemu dengan Ronaldo yang lebih vokal dan penuh percaya diri dan dapat menenggelamkan kharisma Pep. Situasi yang nyaris serupa dengan Real Madrid saat dilatih Zinedine Zidane.
Meski kolaborasi legenda dan pemain bintang tersebut membawa keberhasilan, namun ada semacam ketergantungan maupun kesulitan bagi sosok yang keras seperti Zidane saat memiliki pemain yang juga tak kalah kerasnya dalam bermain dan menyita perhatian publik seperti sang kapten Portugal itu.