Hal ini sama seperti Naby Keita yang direkrut Liverpool. Dirinya juga akhirnya perlu proses lama untuk meyakinkan Klopp agar memilihnya di starting line-up. Bahkan, ketika Keita cedera dan absen, Klopp terlihat kekurangan pemain kreatif di lini tengah. Itulah mengapa Klopp akhirnya berani merekrut Takumi Minamino.
Artinya, Erling Haaland jika bergabung dengan tim papan atas tidak hanya akan menemukan persaingan yang lebih sengit, juga soal proses yang lebih lama dibandingkan kala bermain dengan klub kelas menengah atas.
Selain itu ada alasan ketiga yang membuat Haaland dianggap lebih tepat bergabung dengan tim asuhan Lucien Favre dibandingkan Ole Gunnar Solskjaer. Yaitu rentang karirnya akan lebih panjang. Khususnya ketika dirinya belum benar-benar berada di klub seperti Man. United, Man. City, Liverpool, Bayern Munchen, Juventus, apalagi Barcelona dan Real Madrid.
Terlepas dari kondisi terkini klub-klub tersebut, dengan nama besarnya, para pemain yang dianggap gagal beradaptasi di sana akan mulai kehilangan taji hingga pamor. Sebut saja pemain seperti Carlos Vela yang pernah dianggap akan menjadi pemain masa depan Arsenal selepas generasi Thierry Henry dkk.
Namun, karirnya bersama klub besar asal Catalan itu tak panjang. Dia pun pernah membela Tottenham Hotspur, hingga akhirnya kini berada di Club America yang merupakan salah satu klub besar di tanah airnya, Meksiko.
Salah satu pemain yang dianggap fenomenal dalam rentang karirnya bisa saja hanyalah Lionel Messi bersama Barcelona. Namun, tidak banyak pemain yang dapat tumbuh dan besar bersama klub papan atas seperti yang dialami Messi. Sehingga, Haaland diharapkan lebih realistis terhadap karirnya jika dirinya ingin tidak cepat "habis".
Bersama tiga poin itulah Haaland memang diharapkan dapat berkembang bersama Dortmund dan membuat peta persaingan klub papan atas di Bundesliga Jerman semakin seru, alias tidak hanya didominasi oleh Bayern Munchen. Apalagi, kini penguasa puncak klasemen sementara adalah RB Leipzig, bukan Munchen.