Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mengapa Zlatan Ibrahimovic Tidak Memilih Kembali ke Inter atau Juventus?

13 Januari 2020   18:55 Diperbarui: 13 Januari 2020   19:03 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Statistik Ibrahimovic bersama Man. United. | Tangkapan layar/Google/Zlatan Ibrahimovic

Bagi penggemar bola yang pernah melihat kiprah penyerang asal Swedia, Zlatan Ibrahimovic sebelum pindah ke Barcelona, tentu tahu jika striker jangkung itu pernah membela dua klub asal Italia, Juventus dan Inter Milan. Uniknya, hanya Zlatan yang dapat dianggap tepat membela kedua klub tersebut dibandingkan pemain-pemain lain yang biasanya akan dicerca oleh suporter tim lama yang menganggap si pemain adalah pengkhianat.

Bisa jadi ada yang melakukannya, namun toh publik juga dapat memaklumi keputusan Ibra untuk tetap bertahan di Serie A dibandingkan ikut Juventus terdegradasi ke Serie B karena kasus calciopoli. (Tirto.id) Zlatan pun pada akhirnya menjadi pemain andalan La Beneamata, Inter Milan (2007).

Bahkan, Ibrahimovic lebih identik dengan Inter Milan dibandingkan Juventus. Selain karena Ibrakadabra bermain di Juve saat masih muda -belum terlalu konsisten, penyerang bertinggi 190-an cm itu juga lebih terlihat banyak kontribusinya untuk Inter Milan dan meraih banyak penghargaan individu juga bersama Inter.

Inter Milan pernah bergantung pada produktivitas Ibrahimovic. | Thelocal.se
Inter Milan pernah bergantung pada produktivitas Ibrahimovic. | Thelocal.se
Dia juga dianggap menjadi kartu As bagi Inter, meski Inter saat itu memiliki banyak pemain berpengaruh, seperti Julio Cesar, Marco Materazzi, Dejan Stankovic, dan Javier Zanetti. Namun, soal kontribusi gol, jelas sebuah klub akan terlihat membutuhkan pemain predator seperti Ibra.

Sebelum dirinya hengkang ke Barcelona, raihan topskor Serie A alias capocannoniere berhasil diraihnya bersama Inter dengan torehan 25 gol. Angka ini jelas lebih banyak dibandingkan jumlah gol di musim sebelumnya yang "hanya" 17 gol.

Produktivitasnya itulah yang membuat Barcelona yang kala itu masih dilatih Josep "Pep" Guardiola kepincut. Perpindahannya ke Barcelona membuat Inter harus mendatangkan pemain yang sama-sama produktif, dan itu adalah Diego Milito.

Diego Milito pernah mencapai puncak karirnya bersama Internazionale Milano. | Sempreinter.com
Diego Milito pernah mencapai puncak karirnya bersama Internazionale Milano. | Sempreinter.com
Menariknya, Diego adalah pesaing terdekat Ibra kala dirinya meraih topskor di musim 2008/09. Saat itu, Diego masih membela Genoa dan kemudian berhasil menjadi suksesor Ibra ketika Ibra hengkang ke La Liga. Terbukti, penyerang asal Argentina itu sukses memberikan gelar Serie A dan menyumbang 22 gol meski gagal meraih topskor, karena Antonio Di Natale mampu mencetak 29 gol bersama Udinese.

Diego Milito, Samuel Eto'o, dan Wesley Sneijder pernah menjadi tumpuan sukses Inter Milan. | Elartedf.com
Diego Milito, Samuel Eto'o, dan Wesley Sneijder pernah menjadi tumpuan sukses Inter Milan. | Elartedf.com
Pindahnya Ibra ke Barcelona, membuat Serie A menjadi panggung banyak pemain, termasuk duet striker Inter, Diego Milito dan Samuel Eto'o. Bahkan, ini terlihat lebih baik daripada di musim-musim sebelumnya yang terlalu bergantung pada Zlatan Ibrahimovic.

Terbukti, di tiga musim kepergian Zlatan, nama dua pemain Inter itu secara bergantian menjadi tumpuan gol Inter. Meski, secara gelar kolektif Inter harus menurun, karena pasca treble winners di 2010, mereka gagal menjadi juara di Serie A secara beruntun sampai tahun 2019 kemarin.

Ibra juga pernah juara Supercopa Italia 2016. | Dailymail.co.uk
Ibra juga pernah juara Supercopa Italia 2016. | Dailymail.co.uk
Berbeda dengan Zlatan yang justru mampu meraih gelar Serie A lagi pasca kembali ke Italia dengan jersey yang berbeda, AC Milan (2010/11). Tidak hanya dengan gelar kolektif, dirinya juga mampu membuktikan ketajamannya dengan meraih topskor dengan 28 gol pada musim selanjutnya (2011/12).

Menariknya di tahun yang sama (2012), Diego Milito kembali produktif dengan mencetak 24 gol. Padahal di musim sebelumnya, dia gagal menampakkan diri di daftar teratas pencetak gol terbanyak Serie A. Selain karena, terbekap cedera, faktor menaiknya performa Eto'o juga menjadi pengaruh tersendiri bagi Diego.

Namun, sayangnya persaingan antara Ibrahimovic dengan penyerang-penyerang Inter Milan tidak berlangsung lama. Karena si pemain memilih hengkang ke Paris St. Germain dan cukup lama (2014-2016) menjadi tumpuan klub kaya asal Prancis tersebut.

Statistik Ibrahimovic bersama Man. United. | Tangkapan layar/Google/Zlatan Ibrahimovic
Statistik Ibrahimovic bersama Man. United. | Tangkapan layar/Google/Zlatan Ibrahimovic
Karirnya pun kemudian berlanjut ke Premier League dengan membela Manchester United (2016-2018). Sayang, dirinya gagal merasakan gelar juara liga meski mampu menyumbang sekitar 17 gol untuk di musim perdananya. Artinya, secara kualitas, Ibra masih dapat membuat tim tersebut sedikit membaik meski secara kolektif masih kesulitan dalam membangun pondasi sejak pensiunnya manajer The Red Devils, Sir Alex Ferguson (2013).

Ibra masih tajam! | Tangkapan layar/Google/Zlatan Ibrahimovic
Ibra masih tajam! | Tangkapan layar/Google/Zlatan Ibrahimovic
Faktor usia dan kebugaran, membuat Ibra akhirnya memutuskan untuk pindah ke Major League Soccer (MLS) pada 2018 sampai 2019. MLS adalah kompetisi tertinggi di Amerika Serikat (AS). Di sana dia menjadi penghasil gol utama klubnya dengan total 53 gol dari 58 kali pertandingan, dan kemudian diberikan kepercayaan mengemban ban kapten.

Faktor pengalaman dan kualitas memang membuat Zlatan selalu dibutuhkan oleh setiap tim yang dibela. Termasuk oleh bekas klubnya, AC Milan. Di musim 2019/20 ini adalah momentum kembalinya Ibrahimovic ke panggung Serie A dan bersama AC Milan. Mengapa harus AC Milan?

Pertama, karena AC Milan saat ini sedang kehilangan figur sentral, khususnya di atas lapangan. AC Milan di masa kini sudah tidak memiliki sosok seperti Andrea Pirlo, Ricardo Kaka, apalagi Alessandro Nesta dan Paolo Maldini.

Bahkan, pemain yang dikenal memiliki leadership seperti Leonardo Bonucci juga enggan bertahan di Milan dan membuat Milan semakin kurang mampu untuk mengelola mentalitas dalam bertanding. Termasuk dari segi pelatih yang sejak kepergian Massimiliano Allegri, mereka tidak mampu lagi mendaratkan pelatih yang mampu menggaransi kemenangan.

Sosok yang dikenal tegas seperti Gennaro Gattuso saja juga gagal mengangkat bekas timnya menjadi klub papan atas. Sehingga, klub ini sangat butuh sosok yang bermental pemenang dan tentunya dapat disegani oleh pihak internal klub tersebut, khususnya para pemain. Sosok itulah yang kemudian tepat diperankan oleh Zlatan Ibrahimovic.

Alasan kedua adalah tidak ada lagi klub yang sangat membutuhkan Zlatan Ibrahimovic, khususnya dua bekas klubnya, Juve dan Internazionale. Kalaupun ada, mereka adalah klub yang belum pernah menerima kontribusi Zlatan seperti Bologna yang dikabarkan tertarik untuk merekrut eks Ajax Amsterdam tersebut. (Goal.com)

Mengapa bisa demikian?

Karena, dua klub yang pernah dibela Zlatan kini sudah memiliki figur-figur kuat yang dapat membawa timnya masing-masing mencapai target tinggi. Juventus sejak dilatih Antonio Conte pada 2011, dapat menjelma sebagai klub juara, termasuk kini yang sudah berada di tangan pemenang Liga Eropa 2019, Maurizio Sarri.

Begitu pula dengan Inter Milan yang kini dilatih Antonio Conte dan mulai menunjukkan tanda-tanda kembalinya sinar kubu biru Milan sebagai klub papan atas Serie A. Saat ini, Inter dapat disebut sebagai pesaing sengit Juventus dalam berburu scudetto.

Begitu pula dalam segi pemain, Juventus kini sudah memiliki sosok-sosok berkualitas seperti Paolo Dybala, Gonzalo Higuain, hingga Cristiano Ronaldo. Sedangkan Inter Milan sejak kepergian Zlatan sudah mampu menikmati kontribusi-kontribusi dari setiap penyerangnya.

Tabel pencetak gol terbanyak Serie A hingga pekan 19. | Tangkapan layar/Google/Serie A
Tabel pencetak gol terbanyak Serie A hingga pekan 19. | Tangkapan layar/Google/Serie A
Dari Diego Milito, Samuel Eto'o, Rodrigo Palacio, hingga Mauro Icardi. Kini, Il Biscionne sudah memiliki duet maut di lini depan, yaitu Romelu Lukaku dan Lautaro Martinez. Keduanya sudah menyumbang 24 gol dan membuat Inter menjadi salah satu klub produktif di Serie A, bersaing dengan Atalanta dan Lazio yang mana kedua klub itu melengkapi posisi 4 besar teratas bersama Inter dan Juventus tentunya.

Klasemen sementara paruh musim 2019/20. | Tangkapan layar/Google/Serie A
Klasemen sementara paruh musim 2019/20. | Tangkapan layar/Google/Serie A
Kebangkitan Inter bersama pemain-pemain baru dan pelatih yang sarat pengalaman dengan Serie A jelas membuat Inter dapat melupakan Zlatan. Apalagi Juventus yang sejak musim kemarin sudah merasakan kontribusi besar Cristiano Ronaldo. Duetnya bersama Paolo Dybala terbilang menakutkan dan ini membuat mereka juga sudah tidak membutuhkan peran Zlatan.

Faktor inilah yang membuat Zlatan harus memprioritaskan Milan. Merekalah yang sangat butuh kontribusi Zlatan. Apalagi Zlatan juga merasa dibangunkan semangatnya pasca periode tak bahagianya di Camp Nou saat itu (2010). Sehingga, tidak mengherankan jika Zlatan harus kembali ke Milan. (Goal.com)

Milan kalah produktif dibandingkan Inter dan Juventus. | Tangkapan layar/Google/Serie A
Milan kalah produktif dibandingkan Inter dan Juventus. | Tangkapan layar/Google/Serie A
Alasan ketiga yang paling penting adalah kehadiran Zlatan dapat memberikan teladan kepada pemain muda. Salah satunya adalah Rafael Leao. Pemain asal Portugal ini bahkan sudah menjadi rekan duetnya di lini depan sejak debut di periode keduanya di Il Diavolo Rosso. (Goal.com)

Ibra merasa cocok duet dengan Leao. | Onesports.id
Ibra merasa cocok duet dengan Leao. | Onesports.id
Namun, kehadiran Zlatan juga tidak hanya memberikan dampak positif bagi para pemain Milan, namun juga memberikan ketidaknyamanan bagi pemain-pemain yang awalnya menjadi tumpuan klub asuhan Stefano Pioli tersebut. Salah satunya adalah Krzysztof Piatek.

Selebrasi khas Piatek. | Solopos.com
Selebrasi khas Piatek. | Solopos.com
Padahal pemain tersebut sempat membuat Milan kembali tajam khususnya di musim lalu. Namun, cedera dan tidak kunjung produktif membuat dirinya mulai tersingkir dari skuad utama dan kehadiran Zlatan semakin menambah kesulitannya untuk bertahan di Milan.

Kini si pemain asal Polandia itu dikabarkan kian dekat dengan Tottenham Hotspur. Apalagi Spurs terlihat sangat membutuhkan penyerang baru pasca cederanya Harry Kane. (Kompas.com) Namun, kalaupun gagal merapat ke London Utara, karir Piatek diprediksi akan sulit di separuh musim ini jika tetap di Milan.

Karena, kehadiran Ibrahimovic dipastikan akan menyegel satu tempat di lini depan AC Milan. Apalagi si pemain berhasil mencetak gol perdananya di laga kedua kontra Cagliari. Sehingga, ada tanda-tanda bahwa Stefano Pioli akan lebih memprioritaskan Ibra dengan Leao daripada Piatek. (iNews.id)

Memperhitungkan kontrak jangka pendek dan nilainya yang tinggi, tentu keputusan ini dapat diterima. Selain itu, kehadiran Ibra setidaknya akan cukup membantu Milan untuk tidak terlalu buruk di musim ini. Meski diprediksi rentang karirnya tidak akan lama seperti Piatek apalagi Leao yang baru berusia 20 tahun. Namun, kehadirannya akan membuat Milan lebih efektif dalam penyerangan.

Jadi, keputusan Ibra untuk merapat ke Milan dapat dikatakan tepat dan inilah yang membuat Ibra lebih baik berada di Milan daripada ke Juventus ataupun Inter.

Welcome back to Serie A, Zlatan! Selamat berjuang bersama AC Milan!

IZ BACK! | ACMilan.com
IZ BACK! | ACMilan.com

Malang, 13 Januari 2020
Deddy Husein S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun