Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Persija Boleh Pecat Edson Tavares, tapi Siapa yang Siap Merapat?

4 Januari 2020   18:05 Diperbarui: 4 Januari 2020   21:50 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edson Tavares menjadi pelatih ketiga Persija di musim 2019. (Liputan6.com)

Sebagai salah seorang penikmat sepak bola yang cukup menggemari Persija, penulis merasa semakin sedih melihat pola kerja klub ini dalam satu-dua tahun terakhir -meski sudah terasa buruk sejak Bambang Pamungkas pernah hengkang dari Persija ke PBR.

Awalnya klub ibukota itu terlihat (mulai) baik-baik saja, meski aroma menyengat mulai terendus ketika mereka mampu juara Liga 1 2018. Namun, gelagat tak baik mulai terkuak lebih lebar ketika Stefano "Teco" Cugurra hengkang dari SUGBK ke Stadion Kapten I Wayan Dipta. Ada apa?

Itu adalah pertanyaan terpendam saat itu. Tidak berani terungkap, karena penggantinya toh pelatih berpengalaman, Ivan Venkov Kolev. Jadi, tidak masalah.

Meski Persija tersingkir dari Kualifikasi Liga Champions Asia, secara permainan, skuad Oranye -yang kini mulai disebut Merah- tampil tak gentar ketika berhadapan dengan klub asal Australia kala itu.

Namun, situasi menjadi runyam ketika pelatih asal Bulgaria itu juga tersingkir dari kursi kepelatihan dan digantikan oleh Julio Banuelos. Saat itulah, benih-benih ketidaknyamanan berkembang. Jika pelatih sekaliber Ivan Kolev saja tak mampu membuat Persija tampil apik di Liga 1, bagaimana dengan Julio yang masih belum kenal sepak bola Indonesia?

Jika karena pernah menjadi asisten Luis Milla di timnas Indonesia, bisa diterima. Namun, ini ranahnya klub. Prospeknya juga hanya jangka pendek. Sekali terpeleset, nasib bisa ditentukan dari situ. Sehingga, akan buruk bagi pelatih baru yang berharap dirinya diberikan kesempatan panjang. No!

Jika di Inggris sebulan-dua bulan saja nasib pelatih bisa digoyang. Apalagi di Indonesia yang pacuan targetnya adalah jangka pendek dan semuanya ingin juara. Ironis!

Inilah yang kemudian Persija kembali memecat Banuelos. Pelatih ketiga hadir. Edson Tavares.

Pelatih asal Brazil itu hadir dengan segudang pengalamannya di sepak bola Asia dan rupanya itu sangat membantu dirinya dapat segera menyatu dengan Persija dan Liga 1. Hanya sebentar, namun dirinya dapat mengatrol posisi Persija untuk finish ke-10 di klasemen akhir Liga 1 2019. Enough!

Jika melihat Aji Santoso (Persebaya) dan Paul Munster (Bhayangkara FC) yang dipertahankan oleh klubnya masing-masing pasca datang di paruh akhir musim 2019, maka prediksi Edson Tavares untuk bertahan di Persija juga normal.

Artinya, dengan pengalamannya, sikap tegasnya, dia pasti bisa mengelola para pemain Persija yang cukup bisa dikatakan dipenuhi pemain bintang lima. Belum lagi dengan pemain senior seperti Ismed Sofyan yang pastinya sangat perlu sosok di atasnya yang lebih garang dan jawabannya adalah Tavares. Siapa lagi?

Apakah perlu langsung berharap Bambang Pamungkas menjadi pelatih Persija? Belum! Maka dari itu, harapannya adalah Edson bertahan di Persija.

Apalagi di jendela transfer pemain untuk musim 2020, Persija berhasil mendatangkan pemain bintang seperti Otavio Dutra (dikontrak 2 tahun) dan Alfath Fathier (kurang lebih 3 tahun). Bahkan, Marko Simic juga diperpanjang kontraknya 3 tahun. Berarti, Persija sudah mulai melangkah pada prospek jangka panjang.

Tetapi, gambaran itu justru dipatahkan (lagi) oleh Persija, ketika kabar diputus-kontraknya Tavares beredar kemarin (3/1). Uniknya, perpisahan itu terjadi melalui fitur obrolan masa kini, WhatsApp (WA). Nasi sudah menjadi bubur, tidak bisa dikembalikan. Kecuali Anda ingin menjemurnya dan memasaknya lagi.

Kabar ini membuat kursi pelatih Persija kosong. Lalu, siapa yang akan mengisinya?

Menurut isu yang beredar, ada dua kandidat yang akan menjadi juru taktik Andritany dkk. Jacksen F. Tiago dan Simon McMenemy. Dua nama yang sangat bertolak-belakang, meski secara prestasi keduanya pernah mengantarkan klubnya juara di Liga Indonesia. Namun, siapa yang paling tepat untuk melatih Persija?

Secara subjektif, penulis berpikir bahwa kursi panas itu harus diduduki oleh sosok tegas seperti Jacksen. Namun, ada ganjalan besar yang dapat mencegahnya untuk duduk di sana. Yaitu, Persipura.

Secara subjektif pula, penulis berpikir bahwa Jacksen lebih baik tetap di Persipura. Karena di Persipura para pemain, tim manajemen, dan suporternya menaruh kepercayaan besar kepadanya. Itu penting dan itu salah satu pemulus taktik bagi seorang pelatih.

Siapapun pelatihnya jika tidak mendapatkan trust and support dari sekitarnya, dia juga akan gagal. Seperti Unai Emery yang tidak mendapatkannya di Arsenal, padahal di Sevilla dia dapat berkuasa di Liga Eropa tiga musim beruntun.

Seperti juga pada Antonio Conte yang didepak manajemen Chelsea pasca juara Premier League, padahal di Juventus dia adalah pembangkit si Nyonya Tua yang kini menjadi si Nyonya Besar.

Artinya, apakah Persija akan trust and keep support pada Simon McMenemy jika Jacksen gagal merapat?

Di sini tidak hanya tim manajemen dan pemain yang harus terlibat untuk menentukan nasib pelatih. Para suporter juga akan berperan dalam menaruh trust and support pada pelatih klub dukungannya. Apalagi, di timnas Indonesia Simon McMenemy dicap sebagai pesakitan. Sehingga untuk memulihkan kepercayaan publik pada kualitas pelatih asal Britania Raya itu cukup berliku.

Simon McMenemy jelas membutuhkan kesempatan untuk membangun kembali kepercayaan dirinya sebagai pelatih profesional. Namun, bukan Simon McMenemy yang perlu menjawab tantangan publik, melainkan Persija dengan khususnya pada tim manajemennya.

Jika sosok Edson Tavares saja dapat didepak, bagaimana dengan Simon? Apakah Simon akan semakin menjadi pesakitan karena sistem kerja Persija yang mudah menyingkirkan pelatih selayaknya Chelsea dengan "tangan dingin" Roman Abramovich-nya?

Tentu perihal ini diharapkan tidak terjadi. Karena, Indonesia adalah surganya pelatih-pelatih yang berniat ganda. Mempertahankan dan mengembangkan kualitas diri, serta membantu persepakbolaan Indonesia untuk maju.

Ferry Paulus pernah dikritik The Jakmania. (Jakarta.tribunnews.com)
Ferry Paulus pernah dikritik The Jakmania. (Jakarta.tribunnews.com)
Cita-cita ini hanya dapat terwujud jika tim manajemen seluruh klub di Indonesia berani berpikir tentang prospek jangka panjang dan itu harus dilakukan dengan bukti bahwa mereka tidak semuanya mengincar juara di waktu yang sama.

Mereka harus berani legowo ketika gagal juara; "hanya" runner-up; hingga hanya bertahan di Liga 1 meski berada satu strip di atas zona degradasi (dulu ada zona play-off).

Sepak bola adalah kompetisi. Butuh proses panjang untuk memenangkan kompetisi tersebut dan itu tidak hanya bisa direalisasikan dengan ambisi, melainkan proses yang berjangka. Jika ini dihadapkan pada pola kerja tim manajemen yang asal pecat, maka siapapun pelatihnya akan sulit untuk bekerja dengan tenang dan percaya diri.

Jadi, pertanyaannya bukan lagi tentang siapa yang pantas menjadi pelatih Persija di musim 2020. Melainkan, siapa yang bersedia melatih Andritany dkk di musim 2020 dengan target bersaing di papan atas Liga 1.

Jika mengandalkan CV juara Liga 1, Simon dapat maju. Namun jika harus mengandalkan CV pengalaman yang lebih luas ataupun tantangan baru, maka Persija harus mempertimbangkan nama-nama lain.

Dua nama yang perlu dipertimbangkan adalah Dejan Antonic dan Indra Sjafri. Itupun harus dengan catatan-catatan. Dejan Antonic mungkin paling realistis. Secara kualitas dan pengalaman dia cukup bagus, meski belum pernah juara di Indonesia, dan dia tidak begitu kaget untuk menghadapi situasi sulit di Liga 1 -harus dipecat atau mundur secara terhormat.

Sedangkan untuk Indra Sjafri, dia harus merelakan jatahnya untuk eksis di level timnas Indonesia. Padahal, figur sepertinya sangat diperlukan untuk membangun dan mengembangkan kualitas timnas Indonesia -apapun level timnasnya.

Sangat sulit untuk memprediksi siapa pelatih Persija jika berkaca pada ulasan ini. Namun, jika merujuk pada isu yang beredar di media massa (online), Anda tentu sudah dapat memprediksi siapa yang akan memimpin latihan para pemain ibukota.

Jadi, selamat bekerja untuk siapapun pelatih Persija. Semoga Anda tidak segera dipecat ketika Persija kalah tiga kali beruntun di Liga 1 2020.

Malang, 4 Januari 2019
Deddy Husein S.

Berita terkait:
Klaim Persija tentang Edson Tavares |  Sinyal Simon ke Persija |  Borok manajemen Persija versi Tavares | Dua calon pengganti Edson Tavares |  Persija aktif di bursa transfer 2020 |  Pelatih Persija 2020 tinggal finalisasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun