Ini menjadi nilai kelebihan Imperfect dibandingkan dua tontonan asal Korsel tersebut. Ketika menonton film 200 Pounds Beauty, kita hanya akan sekadar cukup tahu terhadap potret yang dibingkaikan. Sedangkan untuk serial Oh My Venus, kebanyakan hanya penonton perempuan yang tergerak untuk menghayati jalan ceritanya dibandingkan laki-laki.
Sedangkan di film Imperfect, perbedaan impresi dari penonton berdasarkan jenis kelaminnya tidak akan terjadi. Karena, siapa saja dapat merasa senasib ataupun sepemikiran, atau bahasa kerennya adalah terinspirasi dari kisah tersebut. Artinya, tidak harus berpatok pada sosok Rara, namun juga pada Dika, dan tokoh-tokoh lainnya.
Jika tidak demikian, tidak mungkin tagline "ubah insekyur menjadi bersyukur" dapat diramaikan dan divisualisasikan dengan salah satu contohnya adalah dari Anji Manji. Penulis yakin, bahwa akan banyak orang mengaku senasib dengan Rara (dkk) dan itu tidak harus perempuan.
Namun di bagian akhir, penulis memiliki pemikiran terhadap persamaan dari kisah Imperfect, Oh My Venus, dan 200 Pounds Beauty. Yaitu, pada akhirnya, kita hampir dipastikan akan berupaya untuk meladeni konsep tubuh ideal dengan merubah penampilan dari yang awalnya tidak ideal menjadi ideal.
Malang, 29-30 Desember 2019
Deddy Husein S.
Video Anji:
Cerita Anji tentang Kebotakannya. (Youtube.com)
Bacaan terkait:
The-artifice.com, Ultimagz.com, Subtitledreams.com, Kompas.com 1, Mojok.co, Kompas.com 2.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H