Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Imperfect" Bukanlah Tontonan Pertama tentang Konsep Tubuh Ideal

30 Desember 2019   13:04 Diperbarui: 30 Desember 2019   14:06 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kang Han-na sebelum dioperasi plastik. (The-artifice.com)

Faktor kedua ini hadir dikarenakan faktor pertama. Yaitu, perbedaan waktu peluncuran dapat memberikan perbedaan terhadap isu yang diangkat meski dengan konsep yang sama seperti yang diungkap sebelumnya. Di Imperfect, kita disajikan isu yang balance antara konflik internal (pribadi tokohnya) dengan konflik eksternal (keluarga, masyarakat, dan lingkup pekerjaan). Hal ini ditunjang dengan banyaknya tokoh yang terlibat dan masing-masing memiliki karakter solid nan khas. Sehingga memudahkan alurnya untuk berjalan meski dengan dua konflik besar tersebut, dan ini adalah film, loh!

Sedangkan di 200 Pounds Beauty, kita lebih diajak fokus pada konflik di ranah pekerjaan, khususnya bidang entertainment. Di Korsel untuk dapat memasuki industri hiburan tidak hanya mengandalkan kemampuan atau keterampilannya, melainkan juga ditentukan dengan bentuk fisik, dan isu ini sangat banyak diperbincangkan di tahun awal 2000-an.

Pengiklanan operasi plastik ke publik membuat masyarakat Korsel terobsesi untuk melakukan operasi plastik. (The-artifice.com)
Pengiklanan operasi plastik ke publik membuat masyarakat Korsel terobsesi untuk melakukan operasi plastik. (The-artifice.com)
Isu tersebut adalah maraknya praktik operasi plastik yang dilakukan oleh para entertainer. Hal ini tidak hanya untuk membuat fisiknya (khususnya wajah) menjadi lebih baik, namun juga disebut sebagai bagian dari upaya membuat fisiknya lebih "normal" dibandingkan sebelumnya -alasan faktor kesehatan.

Poster film 200 Pounds Beauty dapat menggambarkan before after sosok Kang Han-na. (The-artifice.com)
Poster film 200 Pounds Beauty dapat menggambarkan before after sosok Kang Han-na. (The-artifice.com)
Namun, seiring berjalannya waktu kebutuhan untuk operasi plastik seolah menjadi keharusan. Apalagi jika orang-orang itu ingin memasuki dunia hiburan. Termasuk ketika mereka harus bertahan di industri tersebut. Biasanya mereka juga akan berupaya untuk terlihat awet muda dengan cara operasi plastik. Hal ini yang sepertinya ingin diungkap dari 200 Pounds Beauty.

Demi karir dan cinta, Kang Han-na merubah fisiknya dengan operasi plastik. Inilah first impression-nya. (The-artifice.com)
Demi karir dan cinta, Kang Han-na merubah fisiknya dengan operasi plastik. Inilah first impression-nya. (The-artifice.com)
Tentu, ada pro-kontra terhadap film tersebut. Namun penulis menganggap bahwa film itu hadir untuk memperkenalkan dan sekaligus mengkritisi keputusan-keputusan yang diambil oleh individu dan pihak agensi entertainment di Korsel yang sangat berkaitan erat dengan plastic surgery dan konsep tubuh ideal.

Interaksi Kang Joo-eun semakin intens dengan Kim Young-ho pasca proses diet. (Subtitledreams.com)
Interaksi Kang Joo-eun semakin intens dengan Kim Young-ho pasca proses diet. (Subtitledreams.com)
Sedangkan untuk serial drama Oh My Venus, mereka sedikit unggul dari 200 Pounds Beauty, karena dapat membuat kisah tentang konsep tubuh ideal secara lebih natural. Artinya, konsep cerita lebih dekat dengan kehidupan nyata. Karena salah satu tokoh utamanya (Kang Joo-eun) tidak berkaitan dengan industri hiburan. Kalaupun Kim Young-ho berada di sekitar dunia hiburan, dirinya juga cenderung misterius. Sedangkan Kang Joo-eun "hanyalah" seorang lawyer.

Dikarenakan bentuk tontonannya adalah serial, maka tak mengherankan jika banyak tokoh yang terlibat dibandingkan film 200 Pounds Beauty. Meski, jika dilihat secara intensitas hanya beberapa tokoh saja yang sering nongol, dan secara cerita masih hanya berputar pada dua tokoh utama yang masing-masing sudah membawa konflik tersendiri dan harus bersatu -memecahkan konflik yang lebih besar.

Bagi pecinta serial drama, tentu Oh My Venus dapat digolongkan sebagai salah satu serial yang memiliki kisah menarik dan boleh diberi rating cukup tinggi. Selain karena adanya isu penguatan mental dari kasus body shaming, Oh My Venus juga sangat banyak menghadirkan adegan tentang cinta. Sehingga, tidak mengherankan pula jika yang mengenal judul serial ini kebanyakan adalah para lady.

Wajah Jessica Mila terlihat cukup natural ketika memerankan Rara di Imperfect. (Kincir.com)
Wajah Jessica Mila terlihat cukup natural ketika memerankan Rara di Imperfect. (Kincir.com)
Perbedaan ketiga dari tiga judul tersebut adalah teknik visualnya masing-masing. Meski ketiga tokoh perempuannya dikabarkan harus gemuk, namun untuk 200 Pounds Beauty terlihat lebih ekstrim dibandingkan Oh My Venus dan Imperfect. Dua judul terakhir terlihat lebih (sedikit) natural dan itu membuat penonton tidak terlalu "terganggu" dengan penampilan Rara maupun Kang Joo-eun.

Sebuah adegan Jessica Mila dan Clara Bernadeth di Imperfect yang sudah menggambarkan situasi sosial terkini. (Thejakartapost.com)
Sebuah adegan Jessica Mila dan Clara Bernadeth di Imperfect yang sudah menggambarkan situasi sosial terkini. (Thejakartapost.com)
Perbedaan keempat yang paling mendasar adalah aktualitas dan faktualitas yang berbeda antara ketiga judul tersebut. Aktualitas ini menyasar pada waktu. Berhubung rilisnya Imperfect tahun 2019, maka isu yang diungkap akan sangat related dengan kejadian masa kini dan masa depan -kasus body shaming akan selalu ada.

Geng indekos yang tampil mencuri perhatian di film Imperfect. (Trendsmap.com)
Geng indekos yang tampil mencuri perhatian di film Imperfect. (Trendsmap.com)
Begitu pula dengan segi faktualitas, yang mana Imperfect adalah dari dan untuk masyarakat Indonesia yang otomatis masyarakat penontonnya juga sangat mengetahui bagaimana situasi aslinya di lingkungan yang sama. Apalagi melihat potret kehidupan remaja perantauan dan berindekos di kota besar, pasti di realitas hal ini juga terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun