Hal ini juga terjadi saat menjamu West Ham yang mana mereka dikalahkan karena serangan West Ham yang mampu memanfaatkan kelengahan pertahanan Chelsea di awal-awal babak kedua. Di laga itu pula Chelsea sangat dominan, namun gagal mengalahkan lawannya.
Torehan itu bahkan masih lebih banyak dari Arsenal yang menghuni posisi ke-9 dan menjadikan tim asal London Barat itu sebagai tim penghuni 4 besar yang sudah mengalami kekalahan paling banyak.
Ini membuat penikmat sepak bola manapun juga masih geleng-geleng, karena bingung menentukan performa Chelsea. Karena, mereka hampir jarang bermain buruk, namun dalam segi hasil, mereka masih sulit untuk dikatakan maksimal.
Selain faktor pertahanan, mereka juga disebut-sebut masih minim dalam hal mentality dan leadership. Di lini belakang, hanya tersisa sang kapten, Azpilicueta dalam mengkoordinasi pertahanan dan memiliki rekam pengalaman tinggi di Chelsea. Namun ketika full back Spanyol itu over lap, Chelsea tidak memiliki pemain bertahan lainnya yang mampu mengkoordinasi pertahanan ketika harus menghadapi serangan balik.
Kelemahan ini akan mudah terlihat ketika Chelsea berhadapan dengan klub-klub di Liga Champions. Karena, di sana setiap klub akan berupaya tampil habis-habisan, sedangkan Chelsea masih cukup kesulitan untuk menjaga fokus, meski mereka sudah cukup mampu mengendalikan permainan di setiap pertandingan.
Maklum, sang manajer adalah mantan pemain tengah yang memiliki visi bermain bagus di masanya. Sehingga, tidak mengherankan jika permainan Chelsea (sebenarnya) dapat dikatakan bagus.
Lalu mengapa masih kalah?