Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Asesmen Kompetensi Minimum, Solusi Jitu untuk Pendidikan Indonesia di Masa Depan?

12 Desember 2019   07:15 Diperbarui: 12 Desember 2019   07:21 5997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena, kompetensi setiap individu pasti berbeda dalam menjawab setiap soal yang disediakan, dan inilah yang diyakini penulis akan terimplementasikan juga di AKM. Hal ini dapat diselaraskan oleh perhitungan Nadiem terhadap AKM yang dijalankan di tengah masa pendidikan siswa. Ketika pelaksanaannya berada di tengah, maka akan ada waktu bagi para guru untuk memperbaiki kompetensi peserta didiknya dengan mengacu hasil AKM.

Sehingga, AKM akan membuat para peserta didik memiliki evaluasi selama satu tahun ke depan dan itu akan memberikan pencerahan juga bagi mereka untuk menentukan masa depannya sendiri -dengan bimbingan guru dan sepengetahuan orangtuanya.

Hal ini akan seperti tes IQ tadi yang membuat guru maupun orangtua dari peserta tes tersebut mulai memahami kompetensi si anak. Mereka juga pasti akan mulai menerka-nerka masa depan anak-anak itu sesuai dengan hasil tersebut, termasuk dari laporan khusus pihak penyelenggara tes kepada guru dan orangtua/wali siswa.

Jadi, penulis memprediksi bahwa dengan AKM ini para siswa yang menjalaninya akan memiliki masa untuk introspeksi diri dibandingkan mengejar hasil seperti UN yang biasanya diembel-embeli istilah "yang penting lulus". Sedangkan dengan AKM ini para siswa akan berpikir bahwa mereka mengetahui di mana letak kemampuannya dan bagaimana caranya supaya mereka dapat mencapai standar minimum yang disepakati dan itulah yang akan menggiring mereka untuk lebih percaya diri dalam menyongsong masa depan -karena mendapatkan dukungan juga dari guru dan orangtuanya.

Inilah yang sebenarnya penulis dapatkan dari terobosan Nadiem Makarim tersebut. Penulis juga berpikir bahwa dengan keberadaan AKM ini, para pendidik dan peserta didik dapat terhindar dari pola kerja pragmatis seperti ketika UN masih berlaku. Apalagi, di tahun 2020 Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) yang berlaku akan diganti dengan pola yang lebih holistik alias membuat ujian yang berbasis kurikulum, namun ketentuan teknisnya dibebaskan ke setiap sekolah.

Ilustrasi UN. (Detik.com)
Ilustrasi UN. (Detik.com)
Artinya, setiap sekolah dapat menentukan bentuk ujiannya apakah berupa portofolio dan penugasan atau tes tertulis. Melalui cara ini, setidaknya guru mulai memiliki waktu untuk bertransisi dari pola yang masih ada UN dengan pola yang tidak lagi ada UN di tahun 2020 nanti.

Semoga para guru dapat cepat beradaptasi. Sehingga, memudahkan pula proses adaptasi para siswanya. Jika para guru berhasil beradaptasi dengan perubahan ini, maka para siswa yang akan menjadi generasi masa depan bangsa juga akan mampu beradaptasi dan keluar sebagai hasil dari perubahan sistem didik di Indonesia yang digagas oleh mendikbud baru, Nadiem Makarim.

Semoga sukses Mas Nadiem!
Selamat bekerja para guru yang terhormat!
Selamat belajar juga adik-adik calon pengisi meja tes USBN 2020 dan AKM 2021. Kalian pasti bisa!
#IndonesiaTanpaUN2021

Malang, 11 dan 12-12-2019
Deddy Husein S.

Kabar dan sumber terkait:

Kompas.com, Liputan6.com 1, Liputan6.com 2, Detik.com, Republika.co.id.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun