Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pak Ciputra Mengajak Kita untuk "Talk Less Do More"

28 November 2019   12:09 Diperbarui: 28 November 2019   12:18 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Testimoni Kompas atas kinerja Ciputra yang mampu mendirikan perusahaan besar. (Kompas.com/JB Suratno)

Meski secara pribadi saya tidak mengenal beliau. Namun, saya menjadi salah satu orang Indonesia yang angkat topi dengan kemampuannya dan rekam jejaknya yang luar biasa. Bahkan, namanya terabadikan sebagai nama perusahaannya.

Begitu pula dalam hal pengembangan negara. Beliau dapat disebut sebagai salah satu pihak yang turut andil mengembangkan daerah-daerah di Indonesia. Seperti Jonggol di Bogor yang pernah diisukan menjadi ibukota namun tidak terealisasi.

Begitu pula dengan wilayah Banjarmasin yang dikabarkan juga dikembangkan oleh perusahaan Ciputra beserta anak-anak perusahaannya. Artinya, beliau bersama perusahaannya dapat dikatakan sangat peduli dengan perkembangan negeri ini, meski tak dipungkiri bahwa ini berkaitan juga dengan sistem bisnis yang dijalankan.

Melihat rekam jejaknya yang sedemikian rupa, maka bukanlah hal yang lebay jika saya menyatakan bahwa negeri ini selalu membutuhkan orang-orang cerdas sepertinya. Namun, apalah daya, bahwa umur tidak bisa terus-menerus diulur. Sehingga, pada akhirnya kita harus ikhlas dengan kepergiannya.

Saya berharap bahwa kepergiannya bukan akhir dari kemampuan Indonesia untuk melahirkan generasi cerdas dan terus melangkah maju. Karena, (sebenarnya) dengan kepergiannya kita juga diberikan ruang dan kesempatan untuk memacu diri agar menyerupainya.

Kita memang tidak bisa sepenuhnya menggantikan sosoknya. Namun kita harus dapat melanjutkan pergerakannya dalam membangun dan memajukan negara ini.

Indonesia sebenarnya sudah cukup mapan. Namun, sayangnya seringkali digoyang dengan banyak isu yang meresahkan masyarakat dan pemerintahnya. Sedang di sisi lain, kita mulai kekurangan orang-orang yang mampu berbuat banyak tanpa berbicara banyak.

Infografik Ciputra semasa hidupnya menurut Kompas. (Kompas.com)
Infografik Ciputra semasa hidupnya menurut Kompas. (Kompas.com)
Sosok yang seperti Ciputra, membangun diri, keluarga, hingga perusahaan-perusahaan yang terus mengular sampai besar seperti yang banyak kita ketahui itu semakin langka. Padahal apa yang dilakukan beliau adalah yang seharusnya kita lakukan. Namun, kebanyakan dari kita justru melakukan hal yang sebaliknya.

Kita semakin banyak berbicara, namun tak kunjung melakukan apa-apa. Menulis saja terkadang enggan, kecuali update status dan mengerjakan tugas. Bahkan, mengerjakan tugas masih banyak yang copy-paste. Lalu, dimana kemampuan kita?

Inilah yang patut kita benahi bersama. Bahkan sebagai penulis pun saya juga perlu melakukan hal-hal lain yang perlu diwujudkan. Meski menulis juga merupakan perwujudan. Namun, terkadang masyarakat salah paham.

Masyarakat terkadang berat sebelah dalam memahami keberadaan penulis. Seolah penulis harus disejajarkan dengan tukang bangunan yang setiap hari menyusun pondasi, mendirikan tembok, hingga memasang atap. Waduh!

Padahal penulis juga melakukan hal yang sama. Mereka juga perlu membaca, mempelajari yang dibaca, dan mewujudkan apa yang dipelajari. Penulis juga melakukan proses yang tak sebentar dan tak selamanya menyenangkan.

Lalu, bagaimana dengan pembicara (bukan motivator)?

Pembicara yang mana dulu? Apakah yang hanya beredar di warung kopi atau yang menyampaikan aspirasi positif hingga menyampaikan pesan dari pemerintah ke masyarakat?

Sebenarnya peran pembicara juga penting. Itulah mengapa presiden juga perlu juru bicara (jubir) termasuk staf khusus Angkie Yudistia yang menjadi jubir presiden bidang sosial. Perannya tentu penting.

Namun, keberadaannya akan sangat sering berbentrokan dengan pihak-pihak yang lebih banyak muncul di media massa namun tidak terlihat apa yang dia lakukan selain berbicara di media massa. Padahal orang-orang tersebut tidak bekerja secara profesional sebagai pembicara.

Inilah yang membuat masyarakat terkadang dapat terbelok-belokkan dan tentu saja ini menyedihkan. Apalagi jika masyarakat masih sering gagap informasi. Maka, akan sering terjadi hal-hal yang tak seharusnya terjadi.

Seperti kebingungan masyarakat antara menilai Rizieq Shihab perlu untuk dipulangkan atau tidak. Termasuk menilai pernyataan Agnez Mo yang dihebohkan, padahal apa yang dilakukan Agnez Mo terhadap negeri ini juga tidak sedikit meski ranahnya adalah seni kreatif.

Inilah yang menjadi kedilemaan dan permasalahan laten masyarakat saat ini. Kita terlalu banyak orang-orang yang pandai berbicara namun tidak terlihat apa yang sudah dilakukan. Jadi, apakah kita tidak bisa menghasilkan lagi orang-orang yang seperti Ciputra?

Seharusnya bisa. Hanya, kita perlu banyak introspeksi diri. Apakah kita lebih banyak bicara atau melakukan sesuatu? Kalaupun melakukan sesuatu mungkin kita perlu memperkenalkannya juga.

Misalnya, sebagai penulis (gadungan) maka saya perlu memperkenalkan hasil tulisan saya kepada banyak orang. Agar mereka tahu apa yang saya lakukan selain berbicara dengan teman dan orang-orang yang bersedia mendengar.

Ini langkah yang penting meski terlihat sederhana. Namun, semakin kesini kita berada di suatu lingkaran yang tak pernah memudar. Yaitu, perdebatan antara orang-orang yang hanya berbicara namun tidak melakukan apa-apa. Sedang yang terus-menerus bekerja, mereka memilih diam.

Jadi, apakah kita akan memilih menjadi pembicara atau pekerja yang lebih banyak diam namun mampu menghasilkan banyak hal?

Pendiri Ciputra Group meninggal di usia 88 tahun. (Okezone.com)
Pendiri Ciputra Group meninggal di usia 88 tahun. (Okezone.com)
Selamat jalan Pak Ciputra! Tenang di sana bersama segala hasil jerih payahmu. Semoga kami bisa meneladanimu.

Malang, 28 November 2019
Deddy Husein S.

Berita terkait:

Kompas.com 1, Merdeka.com, Liputan6.com, Antaranews.com, Tirto.id, Cnnindonesia.com, Kompas.com 2, Kontan.co.id.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun