Ditambah dengan keberdukaan terhadap tak adanya lagi sahabat yang biasanya ada di sekitarnya dan sama-sama senasib dan ingin berjuang bersama, membuat Goo Hara semakin besar peluangnya untuk mengulangi upaya bunuh dirinya. Lalu, apa yang membuat Goo Hara harus meregang nyawa?
Jika memang dikarenakan bunuh diri, maka ada penyebab besar yang sudah dapat diprediksi. Yaitu, adanya perundungan -dari netizen. Sebagai figur publik yang banyak disorot masyarakat (netizen), tidak mengherankan jika segala tindak-tanduk Goo Hara mendapat penilaian, baik dan buruk. Terkhusus pada penilaian buruk dari netizen, Goo Hara dikabarkan oleh manajernya telah mengalami tekanan mental.
Selain itu, Goo Hara juga sempat memiliki pengalaman buruk dengan mantan kekasihnya yang telah berupaya melakukan pemerasan pada dirinya. Ini juga membuat Goo Hara semakin kesulitan untuk baik-baik saja. Sebagai figur publik, tentu dia berupaya untuk tidak banyak melakukan kesalahan. Namun, ketika terdapat hal-hal yang membahayakan nama baiknya, Goo Hara akan merasa tertekan secara masif.
Meski Goo Hara sudah berupaya terlihat lebih tegar dari sebelumnya, kekhawatiran terhadap pengulangan upaya bunuh diri tetap berada di "alarm waspada". Namun, sayangnya tidak ada indikasi perangkulan dari orang-orang terdekatnya yang mampu mencegah Goo Hara untuk tidak mengulangi aksinya lagi. Termasuk G-Dragon yang sempat dikabarkan dekat dengannya.
Kini, Goo Hara sudah tiada dan meninggalkan banyak kecemasan bagi netizen termasuk orang-orang yang mungkin sedang merasa berada di fase-fase genting. Karena, depresi tidak mengenal siapa. Siapapun bisa mengalaminya dan siapapun dapat hancur maupun berhasil untuk bangkit dari keterpurukan.
Lalu, bagaimana caranya untuk bangkit?
Meski tulisan ini tidak memberikan jaminan seratus persen pada keberhasilan bagi siapa saja yang membaca dan sedang merasa "jatuh". Namun, kita perlu mencoba satu saran berikut ini:
Terdengar sederhana, namun tidak mudah untuk dilakukan. Karena, ada orang-orang yang terlampau insecure, ada pula yang terlampau over confident. Sedangkan yang kita perlukan adalah tetap berada di tengah-tengah. Itulah kesulitannya.
Tidak semua orang mampu mengontrol diri ketika dipuji maupun ketika dikritik habis-habisan. Untuk itulah ketika kita tidak mampu menemukan orang yang dapat dikeluh-kesahi, carilah usaha lainnya. Yaitu, dengan mengapresiasi sendiri apa yang sudah dilakukan.
Mungkin bagi orang lain upaya ini akan terdengar sebagai bagian dari representasi tindakan narsistik. Namun, ketika yang kita lakukan tidak berlebihan dan cenderung sebagai langkah untuk mengobati diri sendiri dari keterjatuhan, maka itulah yang perlu dilakukan.