Bagi beberapa orang, melihat muda-mudi berusia 20-30 tahun menjadi bagian dari pemerintahan akan terasa menarik. Bahkan, tak jarang dihebohkan. Namun, jika boleh jujur, fenomena itu seharusnya sudah wajar. Mengapa?
Menemukan orang-orang muda dapat menjadi bagian dari suatu hal yang besar sudah bukan lagi hal baru. Apalagi dalam kurun waktu 2-5 tahun ini. Bahkan, nama-nama yang membanjiri trending topic dalam waktu 1 tahun ini kurang lebih didominasi oleh figur muda.
Dimulai dari politikus muda yang banyak diperbincangkan, seperti Tsamara Amany Alatas bersama Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Di Malang pun ada politikus muda yang sudah terpilih menjadi bagian legislatif daerah, meski masih menjadi mahasiswa. Dilanjutkan oleh sosok rektor muda di Perguruan Tinggi ASIA Malang yang masih berusia 27 tahunan. Luar biasa!
Melalui contoh-contoh itu dan sebenarnya masih banyak lagi. Belum lagi jika harus menyentuh ranah entertainment dan creativity, maka akan lebih banyak lagi orang-orang hebat yang dapat kita kenal yang ternyata masih sangat muda.
Dari sini, kita dapat mengetahui bahwa fenomena muda-mudi menjadi bagian dari punggung pembangunan negara sudah biasa. Bahkan, jika merunut pada sejarah, Indonesia dapat merdeka juga tak lepas dari keterlibatan generasi muda. So, why not to do it again?
Begitu pula jika kita harus melihat nama-nama yang masuk ke daftar staf khusus Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Sebenarnya, mereka adalah orang-orang yang memang mampu untuk beraksi lebih, khususnya dalam upaya memajukan negeri ini.Â
Jika negara ini terbangunkan oleh generasi muda, maka bukanlah suatu keajaiban untuk melihat negara ini termajukan oleh generasi muda. Lagi, pertanyaan yang sama: mengapa?
Generasi muda selalu berani menghadapi kesalahan. Generasi muda juga masih memiliki rentang waktu untuk memperbaiki kesalahan. Generasi muda juga masih sangat optimis untuk masa depan.
Tiga poin ini sangat berguna untuk membuat negeri ini tidak hanya berbicara soal bagaimana cara bertahan hidup. Tetapi, bagaimana pula cara melangkah maju. Situasi ini sebenarnya dapat dilakukan oleh generasi tua yang mana kaya akan pengalaman.
Namun, kita harus mawas diri terhadap apa yang sering terjadi dalam kehidupan kita. Yaitu, mengulangi apa yang sudah pernah terjadi. Entah sadar atau tidak. Itulah yang biasanya terlihat ketika kita harus bertemu dengan orang-orang lama.
Baca juga: Kebiasaan Kita. (DeddyHS_15/Kompasiana)