Inilah yang kemudian perlu dipahami oleh suporter yang juga dapat menyuarakan kerugian bagi mereka atas kekalahan klub dukungannya.
Dari sini, kita dapat melangkah ke bagian yang paling dinantikan. Yaitu, beberapa faktor penyebab di balik terjadinya kerusuhan suporter.
Pertama, kerusuhan suporter dapat terjadi ketika tim yang didukung kalah. Faktor ini sudah sering terjadi dan antara lumrah dan tidak lumrah. Karena, seperti yang sudah disebut sebelumnya, bahwa dampak dari kekalahan itu juga tidak hanya dirasakan oleh suporter tapi juga timnya.Â
Mereka juga merugi dalam banyak hal dan hitungannya juga sangat banyak -jika dibandingkan dengan level kerugian suporter.
Kedua, kerusuhan suporter terjadi karena suporter merasa merugi atas kekalahan tersebut. Misalnya kerugian atas waktu dan uang. Waktu bisa saja berkaitan dengan jam kerja mereka yang harus berbenturan dengan jam bertanding tim kesayangannya.Â
Meski jam kerja saat ini rata-rata selesai pukul 4 sore, namun dengan jam tanding yang dimulai sejak pukul 3.25 sore sudah membuat mereka tidak bisa hadir ke stadion sejak awal.
Begitu pula dengan kemacetan dan pasca pertandingan. Biasanya, mereka yang sudah bekerja juga harus kembali menyiapkan badan dan pikiran mereka untuk segera rileks demi keesokan harinya.Â
Aspek-aspek internal ini bisa saja menjadi beban bagi mereka yang memang sudah terlanjur fanatik dengan klub dukungannya.
Sedangkan untuk uang, tidak menutup kemungkinan bahwa ini dapat dirasakan oleh mereka yang tidak memiliki standar ekonomi yang cukup untuk dapat menyisihkan sebagian pendapatannya untuk rutin membeli tiket pertandingan tersebut.Â
Lagi-lagi ini juga dipengaruhi oleh fanatisme tinggi yang membuat mereka "berjuang" meski mereka juga tidak tahu pasca pertandingan akan makan apa.
Situasi semacam ini sebenarnya sering terjadi pada zaman dulu di negara-negara luar yang menjadikan sepakbola sebagai sarana liburan bagi masyarakat kelas pekerja.Â