Justru yang perlu diragukan itu adalah ketika lagu-lagu itu dinyanyikan oleh penyanyi yang hanya manggung di panggung-panggung kondangan lingkup RT-RW. Karena, mereka pasti "tidak perlu" untuk membayar sekian persen pendapatannya untuk si pemilik karya. Terlepas dari penghasilannya yang tidak sebesar si pemilik karya, si pemilik karya juga sudah cukup senang ketika karyanya masih "dilestarikan" oleh masyarakat.
hiburan untuk masyarakat (baca: kita). Semakin banyak lagu yang dinyanyikan ke dalam berbagai genre (pastinya dengan kualitas yang bagus), tentu semakin membuat lagu itu tak mudah punah dari telinga masyarakat.
Jadi, jika si pemilik karya saja sudah selow, kenapa kita sebagai orang yang belum tentu tahu proses produksi karya-karya cover tersebut harus ngedumel online? Lebih baik kita fokus mendukung saja karya-karya terbaik itu. Karena, mereka membuat karya-karya itu juga tak hanya untuk memperoleh penghasilan, namun juga untuk memperkaya "sarana"Malang, 7 Oktober 2019
Deddy Husein S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H