Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kesehatan Jantung Kita dan Kenaikan Cukai Rokok

29 September 2019   19:01 Diperbarui: 29 September 2019   19:09 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jantung dan rokok. | Detik.com

Sudah banyak artikel yang mengulas tentang pro-kontra atau plus-minus (dampaknya) keberadaan rokok terhadap kehidupan kita. Dari situ pula kita dapat melihat bahwa rokok tidak akan segera punah, meski kita berupaya untuk hidup tanpa melihat rokok dan asap rokoknya. Namun, apakah dengan kenaikan cukai rokok, keinginan itu akan terwujud?

Jawabannya adalah tidak. Dewasa ini dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin cepat, maka, setiap orang mulai tak lagi berpengetahuan terbatas. Kita yang awalnya hanya memikirkan kehidupan diri sendiri atau paling jauh adalah kehidupan tetangga, kini sudah dapat ngepoin kehidupan orang lain yang belum tentu saling mengenal.

Keberadaan media sosial adalah salah satu faktor besar dalam membuat banyak orang saat ini dan di masa depan akan lebih sering mengalami sakit hati (hingga stress) karena merasa orang lain hidupnya lebih enak. 

Daya pikir negatif yang berlebihan semacam inilah juga akan memicu kinerja jantung kita semakin tidak nyaman. Inilah yang membuat kita akan bertanya-tanya, apakah dengan minimnya peredaran rokok -harapan dari kenaikan cukai- akan menyehatkan jantung kita (dan keturunan kita)?

Baca lagi: Pengendalian Rokok dalam Kalkulasi Ekonomi Nasional

Jawabannya tentu saja tidak. Karena, seperti yang di atas, bahwa perkembangan (zaman) juga akan membuat kita dan generasi terbaru nanti akan sering sakit-sakitan. 

Salah satunya adalah sakit jantung. Mereka yang sering tertekan oleh tuntutan pekerjaan (juga tugas sekolah/kuliah) dan life style -termasuk berjejaring di media sosial- akan berpotensi juga untuk terkena sakit jantung atau istilah "populernya" gagal jantung. Padahal mereka belum tentu perokok, bukan?

Inilah yang kemudian menjadikan rokok (produsen dan konsumennya) bimbang. Mereka yang belum tentu sepenuhnya salah, tetap mendapatkan tekanan. Bahkan, mereka juga pada akhirnya harus tetap berada di tengah-tengah, di antara rasa bangga karena menjadi pemasok dana negara tertinggi. Namun, juga merasa sedih, karena sering mendapatkan diskriminasi atas nama kesehatan.

Begitu pula jika persoalan rokok dapat dihadapi dengan kenaikan cukai, maka yang menjadi pekerjaan rumah selanjutnya (bagi pemerintah) adalah menghadapi candu yang baru. Karena, kehadiran rokok sama seperti kehadiran game, film, serial drama, anime, hingga buku dan lain-lain. 

Mereka sama-sama menghasilkan candu bagi pecintanya masing-masing. Jadi, akankah kemudian pemerintah memberikan peraturan-peraturan baru untuk menghambat candu-candu lainnya?

Baca lainnya lagi: Dilema Rokok Antara Upaya Pemerintah dan Iklan yang Menggugah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun