Suatu pergerakan yang sangat serius dilakukan oleh Persija di paruh musim 2019 ini. Mereka melakukan transfer pemain dengan membeli pemain dari klub lain. Itu dilakukan dengan keberhasilan mereka mendatangkan Alexandre Luiz Reame.Â
Pemain yang berposisi sebagai bek tengah itu didatangkan tim manajemen dengan pembelian. Hal ini perlu dilakukan karena terkait kontrak si pemain dengan eks klubnya yang ternyata masih berlaku sampai akhir musim kompetisi di Brazil.
Faktor inilah yang membuat Ferry Paulus dkk rela mengeluarkan banyak uang. Suatu pergerakan yang dapat dikatakan berani namun juga dapat disebut positif. Karena, dengan langkah transfer (pembelian) tersebut, ada indikasi jika Persija sangat menghargai kontrak pemain dan klub secara profesional.
Selain itu, praktik pembelian ini mengindikasikan jika pemain yang didatangkan adalah pemain yang berkualitas. Jika merujuk pada rekam jejak si pemain, pemain ini juga pernah berada di kompetisi Eropa dengan bermain di klub Sporting Lisbon (Portugal) dan Sporting Gijon (Spanyol). Bahkan di Brazil (negara asalnya) dia pernah memperkuat Sao Paulo dan Fluminense.
Kini, dia tercatat sebagai eks pemain Guarani. Klub itulah yang mengikat kontrak pemain yang akrab dipanggil Xandao itu. Guarani juga merupakan klub Seri BÂ atau divisi kedua di persepakbolaan Brazil. Artinya, Xandao masih berada di level yang bagus.
Inilah yang mungkin membuat Persija tidak gentar untuk melakukan pembelian terhadap pemain. Lalu apakah transfer dengan pembelian ini akan menguntungkan atau malah merugikan?
Jika merujuk pada gambaran di atas, apa yang dilakukan Persija sudah benar. Menebus pemain yang masih terikat kontrak dan juga mengincar pemain yang masih berkompetisi di level yang tak jauh dari level tertinggi di Brazil. Maka, keputusan Persija dapat diprediksi akan membuahkan hasil yang positif terlepas dari bagaimana performa dan adaptasi cepat dari Xandao.
Poin adaptasi inilah yang kemudian membuat kita berpikir tentang kerugian yang mungkin dapat menaungi Persija ketika bersama Xandao. Karena dengan rekam jejaknya yang belum pernah bermain di Asia, membuat si pemain dapat disebut masih "buta" terhadap peta persaingan yang terjadi di Asia khususnya di Indonesia.
Namun, perkembangan dunia informasi dan komunikasi seharusnya dapat dimanfaatkan oleh Xandao dengan baik. Toh, melalui teknologi informasi dan komunikasi pula Xandao memberikan alasan persetujuannya untuk bergabung ke Persija. Seharusnya cara ini pula dapat dilakukannya untuk beradaptasi di lapangan bersama klub barunya.
Selain itu, gaya permainan di sepak bola Indonesia khususnya di Liga 1, dapat dikatakan tidak terlalu berbeda jauh dengan sepak bola Brazil. Kita melihat gaya main klub-klub Liga 1 lebih mengandalkan kecepatan (transisi permainan) dan paduan skill individu. Ini yang membuat Xandao seharusnya tidak begitu kagok di lapangan.