Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Upacara Kemerdekaan di Keboen Kopi Karanganjar Blitar yang Mengesankan

18 Agustus 2019   15:56 Diperbarui: 18 Agustus 2019   20:56 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari sejarah hingga fenomena masa kini diulas dengan santai oleh Pak Wima. (Dokpri/DeddyHS_15)

Kebetulan juga Indonesia baru saja melalui praktik pemilu dan pilpres untuk 5 tahun ke depan. Sehingga, dialog-dialog tentang kenegaraan sangat relevan khususnya untuk mengingatkan bagaimana negara ini tumbuh (sejarah) dan berkembang sampai seperti saat ini.

Dari sejarah hingga fenomena masa kini diulas dengan santai oleh Pak Wima. (Dokpri/DeddyHS_15)
Dari sejarah hingga fenomena masa kini diulas dengan santai oleh Pak Wima. (Dokpri/DeddyHS_15)

Dari acara ini pula, penulis kembali mendapatkan poin penting bahwa diskusi politik dan pemerintahan itu tidaklah buruk, alih-alih "haram" bagi kaum pemuda. Karena, selama argumentasi-argumentasinya berdasarkan teori dan fakta yang sudah ada, maka, tidak akan pernah terjadi persinggungan-persinggungan negatif didalamnya.

Bahkan, materi yang ada di acara malam renungan tersebut bisa dibawakan dengan sangat santai. Sehingga, tidak menimbulkan suatu hal yang tidak baik ketika harus diikuti oleh orang-orang dari luar -komunitas ataupun daerah, maupun yang biasanya berpemahaman berbeda.

Di sini penulis mengamini pula bahwa pemikiran-pemikiran yang global dan tidak menjurus pada personalitas dapat diambil sebagai landasan yang tepat, ketika harus berbicara tentang politik maupun pemerintahan. Hal ini perlu dilakukan, agar interaksi selama acara itu berlangsung -maupun pasca acara itu berlangsung- tetap dapat kondusif. Apalagi jika ditemani dengan suguhan segelas kopi. (hehehe)

Situasi pasca upacara kemerdekaan yang diselenggarakan di depan kantor Keboen Kopi Karanganyar. (Dokpri/DeddyHS_15)
Situasi pasca upacara kemerdekaan yang diselenggarakan di depan kantor Keboen Kopi Karanganyar. (Dokpri/DeddyHS_15)

Pasca malam renungan itulah, penulis keesokannya (17/8) mengikuti upacara kemerdekaan bersama Wima Brahmantya yang didapuk sebagai pembina upacara. Di pidato singkatnya, beliau mengatakan bahwa mengikuti upacara kemerdekaan di Keboen Kopi Karanganjar adalah suatu hal yang menarik dan unik.

Pak Wima berpidato. (Dokpri/Panitia)
Pak Wima berpidato. (Dokpri/Panitia)

Salah satunya dengan bukti adanya rekaman lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan saat proses pengibaran sang Merah Putih. Rekaman itu merupakan rekaman masa WR. Soepratman. Sehingga, terdengar klasik dan sesuai dengan latar tempat upacara kemerdekaannya.

Barisan perempuan dan tim upacara. (Dokpri/Panitia)
Barisan perempuan dan tim upacara. (Dokpri/Panitia)

Selain itu, di upacara kemerdekaan tersebut telah dihadiri pula oleh orang-orang dari negara lain, salah satunya adalah dari Prancis. Mereka hadir ke Keboen Kopi Karanganjar sebagai bentuk apresiasi (terhadap kemerdekaan Indonesia) dan bukti adanya hubungan yang baik antar negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun