Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Berpisahnya Djadjang Nurdjaman dengan Persebaya

11 Agustus 2019   19:25 Diperbarui: 11 Agustus 2019   19:31 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Djajang Nurjaman di suatu konferensi pers sebagai pelatih klub kebanggaan Surabaya. (Beritajatim.com)

Cukup mengejutkan ketika terdengar kabar jika pelatih Persebaya, Djadjang Nurdjaman dipecat. Pemecatan itu terjadi pasca laga Persebaya menjamu Madura United di Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya. Rendi Irwan dkk gagal meraih kemenangan, karena ditahan imbang 2-2 oleh skuad asuhan Dejan Antonic.

Hasil imbang ini sepertinya menjadi faktor penyebab Djadjang dilengserkan dari kursi kepelatihan. Ironis, namun sepertinya itu sudah menjadi keputusan bulat bagi manajemen Persebaya dan harus diterima secara lapang dada oleh sang pelatih asal Bandung tersebut. Eks pelatih Persib itu akhirnya resmi berpisah dan telah menyatakannya ke awak media.

Kini, Persebaya dipastikan mengarungi sisa paruh pertama (dan paruh kedua) musim 2019 tanpa sosok pelatih kepala. Kemungkinan ada pelatih interim dari tubuh tim kepelatihan (eks asisten Djadjang) yang ditunjuk untuk memimpin skuad Bajul Ijo. Nama yang paling diunggulkan untuk mengisi sementara kursi kepelatihan itu adalah Bejo Sugiantoro.

Karena, mantan bek Persebaya era 2000-an itu tidak jarang menggantikan posisi Djadjang ketika mantan winger kanan itu sempat meninggalkan Persebaya untuk menimba ilmu kepelatihan di luar negeri. Hal ini tidak begitu mengejutkan, namun akan menimbulkan pertanyaan. Mampukah Bejo membawa Persebaya lebih baik dari apa yang dilakukan Djadjang Nurdjaman di paruh kedua musim lalu?

Perlu diketahui, bahwa Djadjang Nurdjaman hadir ke Surabaya sebagai juru selamat Persebaya. Tim yang identik dengan warna hijau itu awalnya berada di zona merah. Hingga akhirnya menarik si peraih gelar juara ISL pamungkas itu (bersama Persib) untuk merapat.

Hasilnya positif dan membuat Persebaya optimis di musim 2019 -akan lebih baik lagi. Hal ini dapat diperlihatkan dari keberhasilan mereka menjadi runner-up Piala Presiden 2019 dan sempat tampil mengesankan di lanjutan Piala Indonesia 2018. Maka, di Liga 1 Persebaya juga ingin mencari target paling maksimal bagi mereka.

Idealnya adalah juara. Hal ini dapat diindikasikan melalui perekrutan pemain yang nyaris seimbang antara skuad langganan starting line-up dengan cadangan. 

Adanya dua kiper yang mencuat namanya selama musim lalu; Miswar Saputra dan Abdul Rohim, dapat menjadi bagian dari sinyal bahwa Persebaya serius untuk mengejar target tinggi. Begitu pula ketika lini depan mereka diterpa permasalahan (seret gol) di beberapa laga awal liga, maka tim manajemen langsung memulangkan striker musim lalu, David Da Silva.

Keberadaan David Da Silva dapat menimbulkan pertanyaan. Apakah tim manajemen akan memutus kontrak Amido Balde atau ingin menduetkan Amido dengan David. 

Menduetkan dua penyerang asing memang bukanlah hal baru di klub Liga 1. Karena, Persib juga memiliki cara yang sama di musim lalu (Ezechiel N'Douassel dan Jonathan Bauman) dan musim ini (Ezechiel dan Arthur Gevorkyan). Sehingga, Persebaya juga dapat menggunakan cara yang sama agar lini depan mereka semakin produktif.

Namun yang menjadi titik utama yang perlu diperhatikan oleh Persebaya adalah tentang pelatihnya. Apakah ada pelatih yang bisa memimpin skuad Persebaya yang sudah menambah pemain untuk paruh kedua itu? Apakah ada pelatih berkualitas yang free agent dan bersedia memberikan jaminan untuk membawa Persebaya berprestasi dalam jangka pendek?

Tetap bersama Djadjang memang tidak serta-merta akan memberikan jaminan kepada Persebaya untuk dapat meraih gelar juara (khususnya Liga 1 2019). Namun, bersama Djadjang, Persebaya dapat memiliki kepastian bahwa tim ini akan berada di zona aman untuk tim sekelas "The Green Force". Bersama Djadjang dan kembalinya David Da Silva, ada peluang bagi Persebaya untuk menyodok ke 4-5 besar klasemen atas.

Namun ketiadaan Djadjang akan membuat Persebaya akan seperti membangun ulang tim. Khususnya dalam hal penyamaan misi. Tidak banyak pelatih yang dapat merealisasikan misi dengan situasi dirinya sudah menerima skuadnya tanpa ada ide yang murni dari pelatih tersebut. Artinya, tim ini akan menjadi realistis.

Yaitu, memilih bertahan sebagai tim yang tidak akan terdegradasi dan membangun ulang tim untuk musim 2020. Padahal jika masih ada Djadjang Nurdjaman, tim ini bisa melanjutkan komposisi 2019 dengan paduan pemain baru yang dapat menaikkan kualitas permainan.

Lalu apa yang membuat tim manajemen Persebaya tetap memecat Djadjang?

Ada kemungkinan bahwa, antara tim manajemen dengan sang pelatih tidak memiliki kecocokan dalam hal kualitas dan target. Bukan berarti Djadjang Nurdjaman tidak berkualitas. 

Justru Djadjang Nurdjaman adalah salah satu pelatih di Indonesia yang berkualitas. Buktinya, dirinya mampu memberikan trofi juara liga untuk Persib di musim 2014.

Bersama Persib pula, Djadjang dapat menunjukkan bahwa untuk menjadi juara harus dengan proses. Terbukti keberhasilan itu ditempuh oleh Persib dan Djadjang dengan kebersamaan yang tidak hanya semusim saja (2012-2016).

Inilah yang seharusnya dilakukan oleh Persebaya. Mereka harus berani mencanangkan target jangka panjang, bukan jangka pendek. Jangka panjang yang dimaksud ini adalah tim tetap percaya pada kualitas Djajang meski mereka tidak kunjung juara. 

Mereka harus berani membiarkan diri mereka berkutat di zona papan tengah maupun zona 6 besar. Mengapa? Karena dengan kepastian mereka ada di zona tersebut, maka di musim-musim selanjutnya akan ada peluang bahwa tim mereka dapat menyodok naik ke posisi lebih baik -bahkan menjadi juara.

Memang, Bhayangkara FC dapat menjadi juara meski baru berkiprah secara profesional di Liga 1 2017. Namun, jika melihat apa yang terjadi dengan Persija yang juara Liga 1 2018 dapat dilihat bahwa mereka juara dengan persiapan yang jelas sejak awal musim tersebut. Ini dapat dilihat dengan keberhasilan mereka menjuarai Piala Presiden 2018.

Hal ini juga terjadi di PSM. Mereka dapat menjadi jawara di Piala Indonesia 2018 juga dengan melalui ujian selama beberapa musim -mereka konsisten di zona papan atas liga dalam dua musim terakhir. Memang pelatihnya telah berganti (dari Robert Rene Alberts ke Darije Kalezic) namun perubahan itu tidak terjadi di pertengahan musim.

Sehingga, pelatih baru dapat mengetahui apa yang sudah ada di (skuad) klub itu dan apa yang tidak ada di klub itu. Sedangkan di Persebaya, skuadnya akan sama seperti yang dilatih Djadjang Nurdjaman, namun kualitas kepelatihan yang dimiliki Djadjang tidak akan dapat disamakan oleh pelatih penggantinya.

Mungkin jika pelatihnya seperti Ivan Kolev atau Widodo C. Putro, Persebaya dapat lebih baik. Namun, kemungkinannya cukup kecil -untuk menggaet pelatih seperti itu. Kecuali jika tim manajemen berani memberikan target realistisnya kepada pelatih baru tersebut. Jika mereka tetap mematok target tinggi, kemungkinan akan sulit bagi pelatih manapun untuk bersedia menduduki kursi yang ditinggalkan Djadjang Nurdjaman.

Ketika kualitas sudah "disingkirkan" oleh tim manajemen, maka yang tersisa kini adalah target. Apa yang ingin dicapai Persebaya pasca perpisahannya dengan Djanur? Apakah mereka masih menginginkan juara, runner-up, atau 4-5 besar?

Pertimbangan tentang target inilah yang akan sedikit ambigu ketika mereka mengalami pergantian pelatih. Karena, mereka akan seperti Persib dan Persija. Mungkin kedua klub itu sudah memiliki target yang jelas (menjauhi zona degradasi). Apalagi Persija yang saat ini tak kunjung mampu keluar dari zona degradasi.

Namun, hal ini yang tidak terjadi pada Persebaya. Mereka secara perjalanan di beberapa pekan ini belum dapat disebut buruk. Memang dapat diprediksi jika target awal mereka adalah berada di zona papan atas. 

Namun ketika tanpa Djanur, maka target itu sudah pasti terlepas. Kecuali jika mereka berhasil menaikkan kualitas permainan mereka (bersama pelatih baru) dengan memenangkan seluruh pertandingan sisa, maka mereka bisa juara -setidaknya berada di zona papan atas.

Namun, situasi itu nyaris mustahil. Apalagi jika sudah berganti pelatih. Karena, keberadaan pelatih itu juga harus menyesuaikan dengan komposisi pemain. Bahkan tidak jarang kita melihat pelatih-pelatih di Eropa sangat berhati-hati dalam memilih pemain. Karena, mereka (pelatih) sangat memperhatikan adanya sinkronisasi dalam bekerja sama (antara pelatih dengan pemain) untuk meraih hasil maksimal. Inilah yang sepertinya tidak diperhatikan oleh Persebaya, bahkan klub-klub lain yang telah membongkar-pasang pelatihnya (Persija, Persib, PSIS, Semen Padang, dll).

Dari sini kita dapat mengetahui bahwa untuk mencapai target terkadang tidak dapat serta-merta melihat kualitas. Karena kualitas juga dapat disingkirkan ketika kualitas itu tidak mampu menyesuaikan dengan target. Sehingga, yang menjadi tonggak penting dalam meraih target adalah mengubur target idealis dan kembali menata ulang tim. Artinya, Persebaya harus rela berada di posisi manapun di akhir musim nanti.

Mereka (mau/tidak mau) harus segera memikirkan musim 2020 dengan tatanan yang baru bersama pelatihnya yang entah apakah merupakan pelatih pengganti Djanur, ataupun pelatih baru lagi yang menggantikan si pengganti sementara Djanur tersebut.

Keputusan tim manajemen Persebaya memang berat untuk diterima gibolers secara umum, namun masyarakat penikmat sepakbola Indonesia pada akhirnya juga harus menghargai keputusan tersebut. 

Semoga, Persebaya dapat tampil lebih baik, ataupun setidaknya sesuai dengan target mereka. Selamat berjuang Persebaya dan selamat mencari tantangan baru Coach Djanur! Tetap semangat!

Malang, 11 Agustus 2019
Deddy Husein S.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun