Maka, orang-orang yang demikian itu boleh-boleh saja berutang. Karena, orang-orang tersebut biasanya selain memiliki keberanian mengambil risiko, juga sanggup menghitung beban dan modal dengan cermat.
Jika seseorang kurang memiliki ketrampilan dalam berbisnis, maka alangkahbaiknya tidak mencoba berutang jika dirinya tidak dapat memastikan keesokan hari ada pemasukan apalagi keuntungan.
Selain itu, orang yang pandai berbisnis selalu dapat memutar roda perekonomiannya dengan baik dibandingkan orang-orang yang cenderung bertipikal pekerja saja.
Karena, orang yang bertipikal pekerja biasanya hanya fokus mencapai kebutuhan jangka pendek. Kalaupun dapat mencapai kebutuhan jangka panjang, biasanya kebutuhan itu berupa objek-objek yang awalnya kurang berguna (saat itu).
Sedangkan untuk orang-orang yang bertipikal pebisnis, akan mampu mencukupi kebutuhan jangka pendek dan panjang sama baiknya, meski tidak secara total langsung ada. Biasanya mereka lebih suka menyicil kebutuhannya dibandingkan langsung berwujud konkrit.
Selain itu, mereka juga punya kemahiran dalam berhemat dan menabung. Sehingga orang-orang seperti ini ketika berutang biasanya tidak akan kesulitan untuk melunasinya.
Perihal kedua adalah kepercayaan. Orang-orang yang boleh berutang adalah mereka yang memiliki jaringan relasi yang baik dan dapat melahirkan kepercayaan antara satu dengan yang lainnya. Ketika seseorang mendapat kepercayaan, maka orang itu boleh berutang.
Kepercayaan ini juga perlu diimbangi dengan kepastian tentang masa depan. Bahwa, orang yang berutang tetap sedang berusaha dan nantinya akan dapat melunasi di kemudian hari.