Judul ini sangat menyiratkan apa yang sedang terjadi di salah satu grup band terkenal di Indonesia, NOAH. Grup band yang dulunya bernama Peterpan ini kini beranggotakan 4 orang setelah ditinggal pergi drummer-nya, Reza yang juga merupakan bagian dari era Peterpan. Kini, personilnya adalah Ariel sebagai vokalis, Lukman sebagai gitaris melodi, Uki sebagai gitaris ritem, dan David sebagai keyboardis.
Keberadaan David disinyalir menjadi warna baru dan simbolisasi terkuat dari perubahan Peterpan ke NOAH. Inilah yang membuat karakter musik yang dibawakan NOAH terasa berbeda dibandingkan karakter musik Ariel dkk di era 2000-an yang mana saat itu sangat digandrungi oleh kawula muda-mudinya. Kini, era musik di Indonesia sudah banyak dihiasi oleh musik digital dan itu mampu dibawakan sangat bagus oleh NOAH bersama David.
Kedatangan David tentu sangat berarti, meski awalnya terasa tidak terduga, dan bersama David pula NOAH mampu bertahan di belantika musik Indonesia dengan terus berkarya. Memang secara "real", NOAH baru meluncurkan satu album; "Seperti Seharusnya". Namun, NOAH mampu mempertahankan produktivitas pasca album itu dengan mencoba mengaransemen ulang lagu-lagu Ariel dkk era Peterpan ke era NOAH. Ini dapat dibuktikan dengan keberadaan (yang dapat disebut album) "Second Chance".
Uniknya, pasca peluncuran album "Seperti Seharusnya", NOAH harus menghadapi kenyataan berpisah dengan drummer-nya. Reza memilih resmi pensiun dari NOAH setelah ikut berpartisipasi di album "Second Chance". Album yang berisi lagu-lagu lama Peterpan itu menjadi kado perpisahan NOAH dengan Reza.
Formasi NOAH resmi berubah ketika NOAH meluncurkan (album) "Sings Legends". Album yang berisi lagu-lagu lawas dari para musisi legenda tanah air yang teraransemen ulang itu menjadi babak baru NOAH dengan 4 personil. Hal ini membuat album pertama NOAH (Seperti Seharusnya) adalah karya pertama dan terakhir NOAH dengan 5 personil (4 eks Peterpan dan 1 anggota baru NOAH).
Kedatangan dan kepergian yang dialami NOAH itu pada akhirnya harus kembali terulang. Tepatnya di tahun 2019 ini, NOAH yang akan meluncurkan album keduanya itu diisukan akan kembali memberikan salam perpisahan dengan personil eks Peterpan lainnya, Uki Kautsar. Album yang bertajuk "Keterkaitan Keterikatan" itu pun disebut-sebut akan menjadi album terakhir NOAH bersama Uki.
Tentunya ini menjadi kabar yang penuh rasa campur aduk bagi Sahabat NOAH (julukan penggemar NOAH). Karena, mereka harus melihat NOAH tanpa Uki yang artinya, mereka akan melihat NOAH semakin menipis personilnya -secara kuantitas. Tentunya pemandangan ini bukanlah hal yang membahagiakan. Namun, di sisi lain, Sahabat NOAH akan berbahagia untuk menyambut album terbaru dari NOAH.
Tentunya penantian 5 tahun bagi penggemar sebuah band yang sedang bertransformasi secara karakter musik tersebut, terasa terbayarkan ketika dapat melihat band favoritnya berhasil kembali menghasilkan karya. Namun, di sisi lain ada isu tentang "pensiunnya" Uki di NOAH yang tentunya menjadi kabar yang kurang menyenangkan.
Selentingan praduga pun muncul. Dari yang menduga tentang chemistry berkarya yang mulai hilang antara ketiga personil dengan Uki. Hingga perihal hijrahnya Uki seperti yang disebut-sebut (oleh masyarakat-net) sebagai alasan dari pensiunnya Reza dari NOAH.
Jika Uki hengkang karena chemistry dalam berkarya itu lebih dapat diterima dibandingkan alasan hijrah. Karena, hijrahnya seseorang itu seharusnya tidak merubah gaya luar yang dibutuhkan oleh NOAH. Apalagi perihal hijrah itu lebih menuju pada sentimental pribadi, bukan soal kebutuhan kolektif. Sehingga, alasan hijrah terasa unik jika itu menjadi faktor dari keputusan Uki hengkang dari NOAH.
Karena, musisi yang hijrah tidak akan menutup kemungkinan untuk terus berkarya. Seperti Apoy dan Aang "Wali Band" yang tetap berada di grup band-nya meski mereka memiliki karakter (semakin) religius. Memang, pada akhirnya karakter berkaryanya menjadi sedikit berubah. Namun, hal itu tidak menyurutkan keduanya untuk berada di Wali. Contoh ini seharusnya dapat diterapkan juga di NOAH.
Jika merujuk pada konten-konten pemberitaan tentang NOAH, sebenarnya tidak menunjukkan bahwa NOAH memiliki permasalahan di luar panggung. Masing-masing personilnya juga tidak terendus menghadirkan sensasi-sensasi yang merugikan nama besar NOAH. Sehingga, alasan hijrah seharusnya bukan menjadi patokan dasar dari bertahan dan hengkangnya personil pada suatu band, termasuk NOAH.
Karena, jika hengkangnya personil band dikaitkan dengan hijrah, itu sama saja secara tersirat menjadikan grup band tersebut seolah-olah tidak bisa dibawa ke arah "positif". Jadi, alangkah menariknya jika hengkangnya Uki dari NOAH lebih mengarah pada prinsip berkarya saja. Sehingga masih ada koridor yang jelas dan dapat diatasnamakan sebagai bagian dari profesionalitas dalam berkarya.
Hal itu juga membuat keputusan hengkangnya Uki tidak akan dikaitkan dengan tingkat kereligiusan individu ketika individu itu ada di dalam lingkup musisi. Karena jika masyarakat menilai setiap musisi hengkang dari kelompok musisinya dengan mengaitkan pada kehijrahan, maka sama saja masyarakat telah menyampuradukkan antara kebutuhan publik (di atas panggung) dengan kehidupan pribadi (karakter) dari seseorang tersebut di dunia musisi.
Begitu pula pada keputusan hengkangnya Uki dari NOAH yang seharusnya dapat ditanggapi secara wajar. Karena, kedatangan dan kepergian itu selalu terjadi di setiap ruang dan waktu. Seseorang bisa berada di tempat A di satu waktu dan seseorang itu pula bisa pergi dari tempat A tersebut di satu waktu berikutnya.
Apalagi jika dikaitkan dengan dunia profesionalitas seperti grup band sebesar NOAH. Maka, dapat dibuka kemungkinannya bahwa mereka tidak akan selamanya berada di meja yang sama. Karena, di suatu waktu nanti setiap individunya pasti akan memiliki urusan pribadi yang akan terasa lebih besar dibandingkan urusan kolektif yang mengatasnamakan NOAH.
Jadi, mari kita ucapkan "good luck" untuk Uki, agar dia tetap dapat mengarungi kehidupan barunya sebagai eks NOAH. Semoga NOAH pun dapat memiliki penggantinya atau jika memang pada akhirnya tetap bertahan dengan formasi tiga personil, tidak masalah. Asalkan mereka tidak segera berhenti berkarya di belantika musik Indonesia.
Selain itu, Sahabat NOAH tetaplah harus bersuka cita. Karena, NOAH masih tetap mampu melahirkan karyanya dan itu dapat dilihat dari peluncuran dua single terbaru dari album "Keterkaitan Keterikatan". Dua single itu berjudul "Wanitaku" dan "Kupeluk Hatimu" (Audio Music-nya ada di bawah). Judul kedua itu bahkan baru meluncur beberapa hari lalu, atau jika dihitung dengan waktu peluncuran judul pertama, maka NOAH meluncurkan keduanya dengan jeda (sekitar) satu bulan.
Jadi, akankah kita harus menunggu satu bulan lagi untuk mendengarkan judul ketiga?
Tulungagung, 29-30 Juli 2019
Deddy Husein S.
