Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Perjuangan Dedik Setiawan di Tengah Penyerang Asing Liga 1 2019

16 Juli 2019   11:58 Diperbarui: 17 Juli 2019   00:43 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Awal musim yang bagus untuk penyerang "Singo Edan". (vivagoal.com)

Lagi-lagi publik penikmat sepakbola Indonesia merasa bahwa sepakbola Indonesia terlalu didominasi oleh pemain asing. 

Lalu, disusul dengan pertanyaan klise yang selalu bernada menuntut seperti, ada apa dengan pemain lokal? Mengapa mereka tidak mampu bersaing sengit dengan para pemain asing? Apakah Liga 1 perlu ada sistem baru?

Pemikiran logisnya dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan itu adalah dengan pertanyaan balik; untuk apa pemain asing datang ke Liga 1, jika kualitas bermainnya sama seperti pemain lokal kita? Inilah yang seharusnya perlu ditekankan pada realitas yang terjadi di sepakbola kita dari masa ke masa bahkan sampai detik ini.

Bukan suatu hal yang buruk-buruk amat, ketika sepakbola Indonesia diwarnai oleh pemain asing dan kemudian mereka berhasil meraih kesuksesan di sepakbola Indonesia. Karena mereka dibayar mahal dan melebihi gaji para pemain lokal memang untuk itu. Jika mereka tampil biasa saja, alangkah-baiknya tim tersebut merekrut para pemain lokal terbaik saja, bukan?

Jika memang pada akhirnya ada yang seratus persen menggunakan pemain lokal, apakah kemudian mampu menjamin klub tersebut dapat bersaing sengit di kompetisi yang sepanjang Liga 1? Belum lagi jika kembali digelarnya Piala Indonesia 2019. 

Pasti akan perlu tim yang besar (banyak pemain) dan struktur pemain di dalam tim tersebut pasti harus memiliki kualitas yang tidak beda jauh. Inilah poin krusialnya, kualitas.

Sepakbola Indonesia perlu kualitas. Bukan hanya sekadar simbolisasi kelokalan saja yang dikedepankan. Namun juga perlu ada kesadaran diri terhadap kebutuhan mengenai kualitas.

Kritikan dan dorongan para pendukung klub-klub sepakbola terhadap para pemain lokal memang patut diapresiasi. Karena, dengan tindakan semacam itu, para pemain juga (pasti) akan berupaya besar untuk dapat mengasah kualitasnya dan membuka peluang untuk dapat bersaing dengan legiun asing. Idealnya memang demikian.

Namun, bagaimana dengan klub-klub yang berhasil mendatangkan pemain-pemain asing yang bergaji mahal, lalu mereka (para pemain asing itu) tidak memberikan sumbangsih besar? Pasti akan sangat rugi. Begitu pula jika pemain-pemain asing itu tidak mendapat kesempatan main yang lebih banyak, maka, keuntungan klub dalam memiliki pemain asing tersebut juga akan kian mengecil. 

Inilah yang sebenarnya menjadi faktor penting di balik dominasi pemain asing dan biasanya dipikirkan oleh orang-orang yang "menggerakkan" langsung sepakbola tersebut. Masyarakat biasa (seperti kita) pasti hanya mengejar kebanggaan namun bagaimana dengan hukum timbal-balik (dalam roda bisnis di sepakbola)?

Awal musim yang bagus untuk penyerang "Singo Edan". (vivagoal.com)
Awal musim yang bagus untuk penyerang "Singo Edan". (vivagoal.com)
Jika berbicara khusus tentang pemain lokal, sebenarnya pemain lokal itu tetaplah berkualitas. Pemain lokal juga tetap memiliki menit bermain yang banyak (seperti pemain-pemain yang akan disebutkan di artikel ini). 

Namun, pemain lokal itu juga merupakan pesepakbola biasa yang memiliki siklus performa yang tidak selamanya stabil. Ketika hal itu terjadi, siapakah yang disalahkan? Para pemain? Pelatih? Pemilik klub? Atau (kembali ke) mafia?

Tentu saja tidak ada yang salah di sana (kecuali mafia). Karena, ketidakstabilan performa itu adalah bagian dari kewajaran -manusiawi. Namun dikarenakan siklus ketidakstabilan itu terjadi di dunia profesional maka perlu adanya rencana berlapis-lapis (back up/alternatif). 

Tidak bisa sebuah klub sukses secara terus-menerus hanya dengan mengandalkan pemain yang sama apalagi pemain lokal saja.

Kita bisa menengok liga lain seperti Premier League (Inggris), Bundesliga (Jerman), Eredivise (Belanda), Serie A (Italia), dan apalagi La Liga (Spanyol). Jika perlu membandingkan dengan La Liga, hampir tak ada bedanya dengan Liga 1 soal siapa yang lebih sering meraih gelar individu; pemain asing. 

Bahkan di beberapa musim terakhir gelar individu (khususnya di topskor) di La Liga selalu bergantian diraih oleh Lionel Messi (Argentina) dan Cristiano Ronaldo (Portugal). Hanya sesekali diganggu oleh Luis Suarez (Uruguay) dan Diego Costa (naturalisasi).

Hanya yang menjadi perbedaannya adalah para pemain Spanyol masih ada yang terlihat sumbangsihnya. Namun ketika dibandingkan dengan sumbangsih dari Messi kepada klubnya jelas terlihat (sangat jauh) berbeda. Itulah yang disebut pemain asing dan pemain lokal.

Mereka tidak bisa disamakan dan pastinya pemain asing harus menunjukkan kualitas mereka di atas pemain lokal. Mengapa? Karena, jika pemain asing tidak mampu menunjukkan kualitas terbaiknya, otomatis mereka harus angkat kaki. 

Artinya, mereka tidak memiliki zona nyaman. Berbeda dengan para pemain lokal. Ketika mereka tidak mampu tampil bagus, mereka akan tetap berada di negaranya dan tentunya akan selalu mendapatkan tawaran bermain di banyak klub. Mereka tidak memiliki klausa gaji yang tinggi dan selama ada bayaran, kenapa tidak?

Inilah yang membuat mengapa para pemain asing di Liga 1 berlomba untuk tampil lebih baik dibandingkan pemain lokal. Mereka tentunya ingin menunjukkan kepantasan mereka berada di kompetisi ini dan tentunya untuk mendapatkan kepercayaan sekaligus memiliki basis pendukung tersendiri. Setiap orang tentu membutuhkan dukungan, apalagi jika harus berada di tempat yang jauh dari asalnya. Betul?

Lalu, bagaimana dengan nasib para pemain lokal dan bagaimana nasib timnas Indonesia?

Sebenarnya di setiap musim para pemain lokal di Liga 1 sudah berupaya tampil maksimal, khususnya di lini depan. Sebut saja Syamsul Arif (Barito), Zulham Zamrun (PSM), Riko Simanjuntak (Persija), Irfan Jaya (Persebaya), Febri Hariyadi (Persib), Hari Nur (PSIS), hingga Dedik Setiawan (Arema FC). Bahkan, nama terakhir kini sedang berada di zona pacuan menjadi topskor sementara liga dengan kemasan 5 golnya.

Bersama penyerang timnas Indonesia lainnya, Beto, Dedik berpacu di jalur topskor Liga 1. (Screenshots/StatistikLiga12019)
Bersama penyerang timnas Indonesia lainnya, Beto, Dedik berpacu di jalur topskor Liga 1. (Screenshots/StatistikLiga12019)

Performa ini juga tidak lepas dari kepercayaan tim terhadap Dedik ketika mereka belum segera mendapatkan sumbangsih besar dari Sylvano Comvalius sebagai ujung tombak penyerangan. 

Meski demikian, Sylvano tetap tidak absen di daftar pemberi kontribusi kepada tim "Singo Edan" dengan koleksi 3 assist-nya. Sebagai striker yang seharusnya menjebol gawang lawan namun mampu memberikan assist tentu adalah nilai tersendiri yang tetap berarti bagi klub asal Malang tersebut.

Lalu, akankah Dedik akan mampu terus mencetak gol?

Inilah yang perlu dipertanyakan. Karena, musim masih panjang dan semua pemain wajib menjaga konsistensi performa sekaligus menghindari cedera serius. 

Apalagi untuk seorang penyerang, cedera biasanya sering menghampiri akibat dari intensitas bentrokan si pemain dengan bek-bek lawan yang biasanya bertubuh besar (apalagi jika berduel dengan bek asing).

Harapannya, Dedik dapat menjaga performanya dan terus mencetak gol. Hal ini tak hanya penting bagi dirinya, namun juga untuk klub dan tentunya untuk timnas di kemudian hari. 

Jika Dedik mampu konsisten dan bahkan mungkin dapat meraih bola emas (menjadi topskor di akhir musim), mungkin masa depan timnas akan baik-baik saja di sektor depan. Begitu pula bagi klubnya, Arema FC. Jika Dedik mampu mencetak banyak gol (ditambah gol Sylvano) maka Arema FC diprediksi akan memiliki peluang untuk menjuarai kompetisi.

Jadi, akankah Dedik Setiawan mampu bertahan di tengah kepungan para pemain asing di klasemen topskor Liga 1 2019 ini? Mari kita saksikan hingga akhir musim nanti. (hehehe)

Tulungagung, 15-16 Juli 2019
Deddy Husein S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun