Final Copa America 2019 sudah tergelar dan Brazil keluar sebagai pemenangnya. Selecao sukses merayakan juara di depan publiknya sendiri. Ini tentunya menjadi momen spesial, karena mereka dapat menjadi juara sebagai penyelenggara (host). Sesuatu yang tidak terjadi pada Piala Dunia 2014 yang menempatkan Brazil juga sebagai tuan rumah. Alih-alih menjadi finalis, mereka justru menorehkan sejarah kelam karena digebuk Jerman dengan skor telak.
Waktu terus berlalu, dan Brazil berusaha sekuat mungkin untuk tampil lebih baik. Sinyal perbaikan sudah cukup terlihat di Piala Dunia 2018. Memang mereka gagal ke final, namun sebagai wakil dari Amerika, mereka adalah yang mencapai tangga lebih baik dibandingkan para kompetitor dari benua yang sama.
Hal ini juga kemudian terlihat di Copa America. Tidak ada hambatan yang begitu besar dan publik secara umum memang lebih menjagokan Brazil dibandingkan tim-tim lain. Argentina mungkin masih diperhitungkan, mengingat mereka adalah finalis dua kali beruntun di turnamen tersebut (2015 dan 2016-Piala Emas). Namun, secara performa tim, Brazil lebih siap bermain di level tertinggi dibandingkan Albiceleste.
Hal ini juga terlihat saat keduanya bentrok di semi final. Brazil sukses mengandaskan asa sang rival dengan skor cukup meyakinkan, 2-0. Memang, secara permainan kedua tim tergolong berimbang, namun Brazil lebih kompleks dibandingkan Argentina yang masih one show man. Siapa lagi kalau bukan karena Argentina memiliki Lionel Messi yang selalu menjadi daya utama permainan timnya.
Usut punya usut, penampilan skuad asuhan Tite ini yang sedemikian rupa, dapat terjadi karena tidak adanya Neymar di skuad Brazil. Neymar diketahui harus absen di turnamen ini karena cedera saat mengikuti training camp bersama skuad Brazil. Hal ini membuat pemain PSG itu harus merelakan tempatnya untuk diisi pemain lain.
Inilah yang membuat Brazil mampu tampil lebih baik dibandingkan saat di Piala Dunia kemarin. Tanpa adanya Neymar semua pemain memiliki kepercayaan diri lebih untuk berkreasi. Beruntungnya, Brazil memiliki pemain yang kreatif seperti Phillipe Coutinho, Willian, dan didukung oleh akselerasi bagus dari pemain yang menyita perhatian di turnamen ini; Everton.
Absennya Neymar juga membuat slot depan diisi secara reguler oleh Roberto Firmino dan Gabriel Jesus. Komposisi yang pasti akan tidak terjadi jika di situ masih ada Neymar. Begitu pula dengan permainan Brazil yang lebih terlihat praktis; kerja sama antar pemain terlihat lebih menarik untuk disaksikan.
Memang tanpa Neymar, Brazil sempat diragukan akan dapat berprestasi. Namun tanpa Neymar, Brazil mampu menunjukkan pada publik bahwa mereka adalah tim yang memiliki banyak pemain bertalenta. Semua pemain Brazil berhak untuk berseragam timnasnya dan membuktikan diri dapat bermain sebagai tim. Inilah yang mungkin dapat menjadi kunci kesuksesan Brazil dan akan menjadi pembelajaran bagi tim-tim lain yang mulai memiliki pemain-pemain hebat seperti timnas Kolombia, Uruguay dan Chile.
Tim-tim ini mulai terlihat biasa saja karena disinyalir beberapa pemainnya tidak lagi mampu bermain kompak. Sehingga permainan mereka menjadi kurang maksimal. Hal ini juga terjadi pada Argentina yang masih sangat respek dengan Lionel Messi. Meski sangat diakui pula bahwa kehilangan Messi juga akan menjadi petaka bagi Argentina. Namun, Argentina harus siap jika itu memang terjadi. Sama seperti Brazil, mereka juga harus siap jika tanpa Neymar.
Jika Brazil tanpa Neymar saja bisa juara, mengapa yang lain tidak?
Tulungagung, 8 Juli 2019
Deddy Husein S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H