Hasil imbang memang cukup adil bagi kedua tim. Karena, kedua tim sama-sama memiliki beberapa peluang untuk mencetak gol. Namun, jika dihitung dari peluang on target yang berbahaya, maka Persela adalah tim yang lebih layak untuk menang meskipun hanya dengan satu gol saja.
Persija di laga ini patut bernafas lega. Karena pertahanan mereka masih cukup kokoh dan Persela juga cenderung kurang beruntung dalam memanfaatkan peluang-peluang terakhir di menit-menit kritis.
Skor 0-0 seolah-olah menjadi penggambaran yang tragis bagi kedua tim, khususnya bagi Persija. Karena, dengan kembalinya Marko Simic, Persija nyatanya tak segera mendapatkan momentum kebangkitan. Pergantian pelatih pun sedikit mempersulit model permainan Persija yang cenderung kurang mampu mengelola tempo permainan.
Begitu pula dalam strategi pergantian pemain yang cenderung sedikit terlambat dalam memasukan Fitra Ridwan ke babak kedua. Hal ini membuat permainan Persija tidak segera padu dalam mengoordinir penyerangan yang sebenarnya mulai terbentuk dengan baik.Â
Namun, hasil seri ini patut disyukuri oleh Bambang Pamungkas dkk. Karena, mereka masih mampu memberikan hadiah satu poin untuk ulangtahun kota Jakarta ke-492. Jakarta berpesta, namun urung untuk dirayakan oleh Persija. Karena mereka harus fokus untuk berevaluasi pasca laga ini.
Persija masih harus bekerja keras untuk bangkit, dan laga selanjutnya akan menjadi misi penting bagi Si Oranye untuk mencari tiga poin. Hal ini sangat penting untuk mengawali misi mereka bangkit dan kembali di zona papan atas. Di sanalah mereka seharusnya berada dan kembali membuka asa untuk mempertahankan mahkota juaranya musim lalu.
Ayo, bangkit Persija!
Tulungagung, 22 Juni 2019
Deddy Husein S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H