Tapi, mungkinkah De Ligt akan bersedia bergabung dengan klub yang masih kesulitan menembus 4 besar di Liga Champions secara konsisten? Memang di Prancis, PSG dapat disebut tim kuat. Namun, bagaimana dengan di Liga Champions? Sudahkah mereka mampu menjadi salah satu tim kuat -favorit juara?
Beralih ke klub ketiga yang cukup unik. Karena sudah selama lebih dari lima musim secara beruntun mampu memenangi gelar di liga domestik, yaitu Juventus. Situasi yang nyaris 11-12 dengan Ajax yang juga bisa disebut sering menjadi juara di liga domestik. Memang ada PSV Eindhoven, namun nama Ajax tetap selalu difavoritkan untuk juara seperti Juventus yang selalu difavoritkan untuk juara di Serie A (Liga Italia).
Berita terbaiknya dari Juventus adalah salah satu bek kuatnya memilih untuk pensiun di akhir musim kemarin; Andrea Barzagli. Sehingga dapat dipastikan bahwa satu slot kosong untuk bek tengah Juventus. Namun, ini dengan catatan jika Juventus menggunakan formasi 3 bek.
Situasi yang tidak lagi sering terjadi di Juventus sejak Antonio Conte tak lagi melatih Juventus, begitu pula ketika Andrea Barzagli mulai tidak mampu rutin untuk bermain lagi. Maka, Juventus tak lagi memiliki trio BBC (Barzagli, Bonucci, Chiellini) di lini belakang. Namun, jika Juventus ingin menghidupkan kembali formasi 3 bek itu, maka peluang untuk mendatangkan De Ligt akan sangat bagus.
Masih padunya kerja sama Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini akan semakin bagus ketika dilengkapi dengan ketahanan stamina yang stabil dari De Ligt. Tapi, apakah tampil di Serie A adalah hal yang bagus bagi De Ligt? Apakah tantangannya keluar dari Belanda adalah untuk bergabung dengan tim yang nyaris selalu difavoritkan juara di kompetisi domestik?
Apalagi Juventus di musim depan sudah berganti pelatih. Kini, allenatore (pelatih) Juventus adalah Maurizio Sarri, bukan lagi Masimilliano Allegri. Sehingga, kemungkinan besar, Juventus akan bermain dengan formasi 4 bek dibandingkan 3 bek. Jadi, akankah De Ligt akan berkemas ke Turin dan menggusur satu di antara Bonucci ataupun Chiellini?
Kini kita sampai ke klub keempat, Manchester United.
Klub raksasa yang masih tidur pulas ini digadang-gadang akan menjadi klub yang tepat bagi De Ligt. Mengapa?
Karena, tim ini sudah dipastikan sangat membutuhkan sosok bek tengah yang tangguh. Sejak ditinggal oleh duet bek tengah legendaris mereka; Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic, MU seperti kesulitan untuk memiliki bek tengah yang mampu tampil konsisten menjaga garis pertahanan di setiap laga. Bahkan ketika MU bermain dengan duet Chris Smalling dan Phil Jones, MU selalu kesulitan menang.
Keduanya sebenarnya belumlah terlalu tua untuk ukuran bek tengah. Namun, performanya yang tidak pernah konsisten, membuat lini pertahanan MU selalu dihiasi oleh kegusaran. Inilah yang membuat potensi De Ligt untuk dapat langsung meraih satu tempat di musim perdananya dapat terbuka lebar.
Satu hal yang mungkin membuat kaki De Ligt tertahan adalah peluangnya untuk dapat merasakan prestasi bersama MU akan mengecil. Karena, dengan pengalaman si pelatihnya yang masih perlu kepercayaan (proses) besar, maka, De Ligt harus rela membuang dulu asanya untuk dapat berprestasi dalam jangka pendek. Namun dengan adanya empat kompetisi yang bakal dilakoni MU dalam satu musim, mungkin MU dapat meraih gelar juara di salah satu kompetisi tersebut -entah Piala Liga ataupun Piala FA.