Ada apa dengan Arsenal?
Pertanyaan ini muncul ketika musim ini, The Gunners kembali kesulitan untuk berprestasi pasca pergantian manajer (pelatih). Tidak ada lagi nama Arsene Wenger di line-up Arsenal ketika tim asal London Utara ini bertanding. Musim 2018/19 adalah babak baru bagi Arsenal untuk menjalani setiap pertandingan bersama manajer barunya, Unai Emery.
Proses! Itulah kata praktis yang dapat menjawab segala pertanyaan yang dilayangkan pada Tim Meriam London tersebut ketika gagal finish 4 besar di Premier League dan menjadi juara di Liga Europa. Apakah benar jika ini terjadi karena Arsenal murni butuh proses bersama pelatih barunya? Atau jangan-jangan Arsenal sedang dinaungi ketidakberuntungan seperti di musim-musim sebelumnya, khususnya untuk meraih gelar bergengsi.
Memang dalam 5 musim terakhir, Arsenal tak lagi paceklik gelar. Hal ini dapat dibuktikan dengan raihan gelar juara di Piala FA dan memenangkan Community Shield. Terkhusus pada Piala FA, gelar ini memang bukanlah hal yang dapat dipandang sebelah mata. Konon, riwayatnya kompetisi ini merupakan kompetisi sepakbola tertua di dunia dan Arsenal adalah tim yang memiliki koleksi juara yang banyak di sini. Namun, sebagai tim besar, mereka seharusnya tidak hanya berbicara soal trofi FA dan apalagi Piala Liga. Mereka harus berani mencanangkan target untuk juara Liga Inggris (Premier League) dan Eropa.
Namun, hal ini terasa sulit untuk direalisasikan oleh Arsenal pasca final Liga Champions 2006. Praktis, Arsenal hanya berkutat di posisi 4 besar dan menghiasi 16 besar Liga Champions yang pada akhirnya menjadi capaian terbaik Arsenal, karena, mereka kini justru terlempar dari 4 besar---di Premier League. Sehingga habitat Arsenal yang awalnya berada di Liga Champions menjadi berubah.
Bahkan, musim depan adalah musim ketiga secara beruntun bagi tim asal London Utara untuk berkompetisi di Liga Europa pasca menempati posisi 5 di Premier League dan gagal juara Liga Europa musim 2018/19. Terkhusus untuk musim ini, Arsenal berada di kompetisi level kedua sebenua Eropa ini dengan hanya mampu dituntaskan sebagai finalis---lebih baik dibandingkan musim lalu yang hanya menjadi semifinalis. Memang ini dapat disebut perbaikan, namun tetap menjadi kekecewaan bagi para pendukung Arsenal karena gagal menjadi juara saat menghadapi rival sekota, Chelsea.
Semakin ironis lagi, ketika di klub tersebut terdapat mantan pemain Arsenal yang baru saja pindah Januari tahun lalu. Betul sekali jika Anda menggumamkan nama Olivier Giroud. Pemain asal Prancis ini rupanya hanya butuh 1,5 musim untuk dapat meraih trofi Eropa dan itu dilakukan justru bersama klub barunya. Hal ini bagus bagi Giroud namun menjadi kurang bagus bagi mantan klubnya, Arsenal yang telah membesarkan namanya di tanah Inggris dan tentunya di Eropa.
Lalu, apakah hanya Olivier Giroud yang mengalami fenomena menarik ini?
Tentu saja, masih ada banyak pemain Arsenal yang justru berhasil berprestasi kala hijrah dari Emirates Stadium. Namun, di antara pemain-pemain yang 'menyeberang' tersebut, di artikel ini hanya akan menyantumkan 5 pemain saja.
Pertama, seorang legenda yang sangat dielu-elukan namanya tatkala masih menjadi pemain Arsenal maupun ketika hijrah ke klub besar lainnya. Yaitu, Thierry Henry. Mantan penyerang Arsenal ini rupanya memilih hijrah ke Barcelona pasca kegagalannya membawa Arsenal menjadi jawara di Liga Champions tahun 2006. Uniknya tidak butuh waktu lama bagi Henry untuk merasakan gelar juara Liga Champions dan itu dilakukan bersama Barcelona.
Memang di klub barunya itu, Henry tidak sebesar Henry-nya Arsenal. Bukan karena kualitasnya menurun, namun di Barcelona, Henry harus bersaing dengan pemain-pemain hebat lainnya. Salah satunya adalah pemain muda Lionel Messi. Pemain yang pada akhirnya menjadi pemain hebat sekaligus menjadi tumpuan Barcelona sampai saat ini.