Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Dunia Seolah Berduka Karena Arsenal Gagal Juara

30 Mei 2019   07:02 Diperbarui: 30 Mei 2019   10:18 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ide pembuatan judul pada artikel ini muncul ketika melihat ekspresi seorang komentator bola senior, Weshley Hutagalung. Bung Wes---sapaan akrabnya---kebetulan menjadi komentator di laga final Liga Europa dini hari tadi (30/5). Sepertinya itulah ekspresi yang tepat untuk menggambarkan bagaimana kekecewaan publik pecinta sepakbola (netral) yang mengharapkan Arsenal juara Liga Europa musim ini.

Alasannya bukan karena tim ini bagus, dan juga bukan karena Arsenal dilatih oleh Unai Emery yang memiliki tiga gelar juara Liga Europa bersama Sevilla. Namun, dikarenakan adanya keinginan publik gibol untuk melihat dominasi tim Inggris di Liga Champions musim depan dengan keberadaan lima tim asal Premier League. Tentunya, hal ini dapat terjadi jika Arsenal yang keluar sebagai sang jawaranya, alih-alih Chelsea yang sudah menempati jatah bermain di Liga Champions---finish ketiga.

Dari sinilah publik memprediksikan bahwa Arsenal akan tampil hebat dan mampu mengalahkan Chelsea. Bahkan hal ini juga terjadi pada penulis yang memprediksi jika Arsenal akan menang. Termasuk skor akhir yang nyaris mendekati kenyataan, yaitu 3-1 (skor di final adalah 4-1). Namun, skor telak itu ternyata bukanlah untuk Arsenal, melainkan untuk Chelsea yang di laga ini mampu bermain lebih cair dibandingkan Arsenal.

Ekspresi para pemain Arsenal. (Epa.eu)
Ekspresi para pemain Arsenal. (Epa.eu)
Mencairnya permainan Chelsea sudah terlihat sejak awal babak kedua dimulai dan dikukuhkan oleh gol pembuka yang dicetak oleh mantan pemain Arsenal, Olivier Giroud. Gol itu tak hanya menandai torehan 11 gol striker timnas Prancis ini di Liga Europa 2019, namun juga menjadi pembuka keran gol-gol Chelsea lainnya. Tiga gol menyusul dan Arsenal hanya mampu mencetak sebiji gol melalui tendangan keras Alex Iwobi.

Derby London inipun berakhir 4-1 dan Chelsea merayakan juara Liga Europa untuk kedua kalinya sepanjang sejarah. Dunia bersuka cita namun juga berduka. Karena, Premier League gagal mengirimkan lima klubnya untuk berjibaku di Liga Champions musim depan.

Hasil ini juga membuat Arsenal kembali berkompetisi di Liga Europa untuk ketiga kalinya secara beruntun---finish kelima di Premier League---dan membuat Unai Emery harus mencari cara terbaik untuk membuat Arsenal mampu menebus kegagalannya di musim ini. Lalu, apa yang membuat Arsenal gagal di final?

Sebenarnya di artikel sebelumnya*, sudah disebutkan bahwa Arsenal memiliki kekurangan yang artinya, Arsenal tidak sepenuhnya mampu menjadi juara di final dengan mengalahkan Chelsea yang sebenarnya juga memiliki kekurangan. Kedua tim ini memang memiliki kekurangan. Namun, kekurangan Arsenal nyatanya jauh lebih menganga khususnya saat babak kedua berlangsung.

Duel para pemain di laga yang berlangsung di Baku Olympic Stadium. (Epa.eu)
Duel para pemain di laga yang berlangsung di Baku Olympic Stadium. (Epa.eu)
Faktor penyebab Arsenal kalah telak di laga ini adalah pertama, Arsenal gagal tampil hebat---mencetak gol---di babak pertama. Sedangkan di babak kedua, mereka gagal tancap gas terlebih dahulu dan pertahanan Arsenal mulai tereksploitasi oleh permainan cepat Chelsea dalam menyusun serangan. Rapuhnya pertahanan Arsenal sebenarnya menjadi penyakit menahun bagi Arsenal, termasuk di musim ini. Inilah yang membuat Arsenal kesulitan untuk menang di laga ini.

Hal yang paling disorot di pertahanan Arsenal adalah ketika berduel dengan penyerang bertubuh jangkung, dan ini dimanfaatkan Chelsea dengan keberadaan Olivier Giroud yang memiliki prosentase unggul duel udara di atas rata-rata. Bahkan, gol pertama The Blues hadir dengan gol sundulan Olivier Giroud.

Dua gol Chelsea lainnya juga tak lepas dari peran Giroud. Pertama, adalah kegagalan pemain belakang Arsenal untuk tidak melanggar Giroud di dalam kotak penalti, dan dituntaskan dengan eksekusi yang baik oleh Hazard. Lalu gol kedua Hazard juga tak lepas dari assist yang diberikan Giroud di dalam kotak penalti.

Artinya, lini pertahanan Arsenal gagal membendung serangan-serangan Chelsea dengan baik di laga ini. Situasi yang sebenarnya sudah menjadi sinyal berbahaya ketika Arsenal tidak pernah benar-benar menjalani pertandingan tanpa kebobolan di musim ini. 

Terkhusus di Liga Europa, Arsenal bahkan pernah terbantai oleh klub asal Prancis, Rennes. Sehingga, kerapuhan lini belakang Arsenal benar-benar menjadi permasalah besar di laga ini.

Faktor kedua, kekalahan Arsenal juga dikarenakan mereka harus menghadapi pola serangan yang kolektif dengan melibatkan semua pemain tengah dan depan termasuk menjadikan Giroud sebagai pemain penting untuk membongkar pertahanan Arsenal. 

Chelsea rupanya tahu jika pertahanan Arsenal tidak sangat bagus dalam menghadapi striker besar, maka, Giroud dipasang sebagai target-man sekaligus pemantul bola. Hal ini dapat dilihat dari gol pertama dan gol terakhir Chelsea. Termasuk gol penalti yang terjadi karena Giroud dilanggar oleh pemain Arsenal saat menguasai bola.

Giroud berduel dengan Sokratis. (Epa.eu)
Giroud berduel dengan Sokratis. (Epa.eu)
Di sini, Giroud menjadi sosok penting dan menjadi penentu. Karena, berkat keberadaannya, tiga gol The Blues dapat menghujam ke gawang Petr Cech yang di laga ini gagal memberikan kado perpisahan terbaik (pensiun) dengan trofi juara. Arsenal kian merana.

Faktor ketiga, ini kembali pada permasalahan Arsenal yang juga sudah sedikit disinggung di artikel sebelumnya. Yaitu, Arsenal hanya bergantung pada kreativitas Mesut Oezil. Ketika si pemain gagal tampil bagus, maka, Arsenal pun gagal tampil bagus. Di laga ini, Oezil tidak memberikan permainan terbaiknya dan membuat Arsenal tidak mampu menyerang dengan baik. Alhasil dua penyerang terbaik The Gunners, Aubameyang dan Lacazette tak mampu berbuat banyak.

Di sinilah letak kekurangan Arsenal selain rapuhnya pertahanan mereka. Unai Emery tidak memiliki pemain bernaluri menyerang yang lebih baik dibandingkan Oezil untuk mendukung pergerakan lincah duet strikernya. Sehingga, ketika Oezil flop, Arsenal pun flop, dan Emery tidak memiliki pilihan lain. Karena, memang tidak ada pilihannya.

Aaron Ramsey, Denis Suarez, dan Henrikh Mkhitaryan absen di laga ini. Sehingga, tidak ada opsi bagi Emery untuk memainkan pemain lini kedua yang kreatif dan pekerja keras. Rupanya permasalahan ini begitu besar bagi Arsenal dan membuat Arsenal harus mengubur mimpi mereka segera kembali ke Liga Champions setelah dua musim berturut hanya tampil di kompetisi kasta kedua.

Di sini, Arsenal mengirimkan sinyal bahaya ke diri mereka sendiri. Yaitu, harus mendatangkan pemain kreatif sebagai pelapis maupun pengganti Mesut Oezil ketika si pemain Jerman ini tak mampu tampil di performa terbaiknya. Syarat ini harus terpenuhi jika mereka ingin menjadi tim penantang dalam perebutan juara dengan para rivalnya. Jika mereka tak bergerak positif di bursa transfer musim panas nanti, mungkin kisah menyedihkan ini akan kembali terjadi dan akan menjadi penghalang utama mereka untuk berprestasi.

Kekalahan Arsenal di laga final ini pada akhirnya membuat Liga Europa tak lagi identik dengan Unai Emery. Karena, Unai Emery ternyata masih bisa dikalahkan. Sedangkan pada Chelsea, gelar juara ini tak hanya menjadi yang kedua kalinya, namun juga menjadikan gelar juara ini sebagai gelar pertama Maurizio Sarri sebagai pelatih. London Barat pun berpesta!

Selamat Chelsea!
Dan segera berbenah, Arsenal!

Tulungagung, 30 Mei 2019
Deddy Husein S.

Tambahan:
* Ini adalah artikel sebelumnya (klik tautannya) yang mengulas prediksi final Liga Europa 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun