Terkhusus di Liga Europa, Arsenal bahkan pernah terbantai oleh klub asal Prancis, Rennes. Sehingga, kerapuhan lini belakang Arsenal benar-benar menjadi permasalah besar di laga ini.
Faktor kedua, kekalahan Arsenal juga dikarenakan mereka harus menghadapi pola serangan yang kolektif dengan melibatkan semua pemain tengah dan depan termasuk menjadikan Giroud sebagai pemain penting untuk membongkar pertahanan Arsenal.Â
Chelsea rupanya tahu jika pertahanan Arsenal tidak sangat bagus dalam menghadapi striker besar, maka, Giroud dipasang sebagai target-man sekaligus pemantul bola. Hal ini dapat dilihat dari gol pertama dan gol terakhir Chelsea. Termasuk gol penalti yang terjadi karena Giroud dilanggar oleh pemain Arsenal saat menguasai bola.
Di sini, Giroud menjadi sosok penting dan menjadi penentu. Karena, berkat keberadaannya, tiga gol The Blues dapat menghujam ke gawang Petr Cech yang di laga ini gagal memberikan kado perpisahan terbaik (pensiun) dengan trofi juara. Arsenal kian merana.
Faktor ketiga, ini kembali pada permasalahan Arsenal yang juga sudah sedikit disinggung di artikel sebelumnya. Yaitu, Arsenal hanya bergantung pada kreativitas Mesut Oezil. Ketika si pemain gagal tampil bagus, maka, Arsenal pun gagal tampil bagus. Di laga ini, Oezil tidak memberikan permainan terbaiknya dan membuat Arsenal tidak mampu menyerang dengan baik. Alhasil dua penyerang terbaik The Gunners, Aubameyang dan Lacazette tak mampu berbuat banyak.
Di sinilah letak kekurangan Arsenal selain rapuhnya pertahanan mereka. Unai Emery tidak memiliki pemain bernaluri menyerang yang lebih baik dibandingkan Oezil untuk mendukung pergerakan lincah duet strikernya. Sehingga, ketika Oezil flop, Arsenal pun flop, dan Emery tidak memiliki pilihan lain. Karena, memang tidak ada pilihannya.
Aaron Ramsey, Denis Suarez, dan Henrikh Mkhitaryan absen di laga ini. Sehingga, tidak ada opsi bagi Emery untuk memainkan pemain lini kedua yang kreatif dan pekerja keras. Rupanya permasalahan ini begitu besar bagi Arsenal dan membuat Arsenal harus mengubur mimpi mereka segera kembali ke Liga Champions setelah dua musim berturut hanya tampil di kompetisi kasta kedua.
Di sini, Arsenal mengirimkan sinyal bahaya ke diri mereka sendiri. Yaitu, harus mendatangkan pemain kreatif sebagai pelapis maupun pengganti Mesut Oezil ketika si pemain Jerman ini tak mampu tampil di performa terbaiknya. Syarat ini harus terpenuhi jika mereka ingin menjadi tim penantang dalam perebutan juara dengan para rivalnya. Jika mereka tak bergerak positif di bursa transfer musim panas nanti, mungkin kisah menyedihkan ini akan kembali terjadi dan akan menjadi penghalang utama mereka untuk berprestasi.
Kekalahan Arsenal di laga final ini pada akhirnya membuat Liga Europa tak lagi identik dengan Unai Emery. Karena, Unai Emery ternyata masih bisa dikalahkan. Sedangkan pada Chelsea, gelar juara ini tak hanya menjadi yang kedua kalinya, namun juga menjadikan gelar juara ini sebagai gelar pertama Maurizio Sarri sebagai pelatih. London Barat pun berpesta!
Selamat Chelsea!
Dan segera berbenah, Arsenal!
Tulungagung, 30 Mei 2019
Deddy Husein S.