Melihat komposisi pemain di antara PSIS dan Persija, publik tentunya lebih menjagokan Persija untuk meraih kemenangan. Apalagi PSIS di laga pertama kalah, sedangkan Persija berhasil mengantongi satu poin untuk laga pertama yang juga merupakan laga tandang. Sehingga, prediksi kemenangan lebih dekat ke tim tamu dibandingkan tim tuan rumah.
Prediksi kian mendekati kenyataan setelah Persija unggul 0-1 melalui gol dari Ryuji Utomo. Bahkan, kedudukan ini masih bertahan sampai menit 70-an. Sehingga, publik pendukung Persija pun dapat bergembira sedangkan publik tuan rumah mulai ketar-ketir. Meski, mereka tetap menggelorakan stadion dengan chant menarik yang mereka miliki.
Harapan PSIS untuk dapat mencetak gol pada akhirnya terwujud dan bahkan dalam waktu berdekatan gol kedua juga tercipta. Uniknya, keduanya diciptakan oleh penyerang sekaligus kapten tim, Hari Nur Yulianto. Penyerang yang musim lalu juga merupakan pemain yang subur bagi PSIS, rupanya ingin memberikan pembuktian bahwa performanya di musim lalu bukanlah suatu kejutan. Sehingga, dua gol yang diciptakan dalam kurun 2-3 menit itu sudah cukup untuk membawa PSIS membalikkan keadaan dan keluar sebagai pemenang.
Lalu, apa yang membuat PSIS mampu mengalahkan Persija yang sebelumnya lebih diunggulkan?
Pertama, permainan Persija di musim ini cukup berbeda dibandingkan di musim lalu. Faktor utamanya adalah pergantian pelatih dari Stefano 'Teco' Cugurra ke Ivan Venkov Kolev. Dari sinilah kemudian gaya main Persija yang lebih atraktif dan direct menjadi kurang terlihat.
Karena, di musim lalu permainan Persija tidaklah terlalu mengandalkan pemain tengah yang berperan sebagai playmaker. Itu terbukti dari peran Renan Silva yang tidak lebih baik daripada Riko Simanjuntak yang di musim lalu justru menjadi  pemain yang sangat banyak berperan terhadap gol-gol yang diciptakan oleh Persija. Layanan bola matang kepada Marko Simic justru dilakukan oleh pemain sayap ini dibandingkan Renan Silva ataupun Ramdani Lestaluhu.
Di musim lalu, Macan Kemayoran memiliki gaya main dengan transisi cepat dari bawah ke depan yang kemudian seringkali diarahkan ke kanan atau kiri---dua sisi tersebut diisi oleh dua pemain cepat Riko dan Novri. Sedangkan di musim ini, hal ini kurang terlihat. Satu faktor yang membuat hal ini terjadi adalah karena Persija memiliki pemain yang diplot sebagai playmaker, yaitu Bruno Matos.
Keberadaan Bruno Matos yang sempat dijadikan andalan ketika Persija tanpa Marko Simic di awal tahun 2019 membuat Persija mengalami perubahan permainan. Karena Matos berbeda dengan Renan yang cukup statis berada di tengah menggalang permainan bersama Ramdani ataupun dua sayap tengah. Sedangkan Bruno Matos terkadang malah menunggu bola untuk sampai di depan, seolah Bruno adalah penyerang lainnya selain Simic.
Hal ini cukup terlihat di pertandingan melawan PSIS, khususnya di babak kedua. Pergerakannya memang cenderung positif karena semakin menambah jumlah pemain di daerah pertahanan PSIS. Namun, ketika si pemain ini tidak memiliki sentuhan dan performa yang baik, maka, perannya yang terlalu banyak di depan itu malah membenamkan Marko Simic yang biasanya akan selalu menerima bola dari pemain tengah Persija.
Inilah yang tersorot dari permainan Persija di awal musim ini, yaitu tidak murni lagi mengandalkan Riko ataupun permainan sayap, melainkan cenderung bermain konservatif dengan terlalu mengandalkan Bruno yang sedang tidak terlalu baik sejak Simic bergabung kembali ke Persija.
Selain itu, ada faktor kedua dari Persija yang membuat mereka kalah dan menurun performanya di babak kedua. Yaitu, ketiadaan Ismed Sofyan dan memilih memainkan Maman Abdurahman di bek kanan. Ini yang kemudian membuat Persija semakin tidak mampu berbuat banyak untuk menyerang. Karena permainan menyerang mereka praktis hanya dijalankan oleh Riko dan Novri yang baru bermain bersama di babak kedua---Novri menggantikan Heri Susanto.