Tentunya semua orang tahu bahwa di kala Ramadan, masyarakat muslim akan menunaikan ibadah puasa. Ibadah tersebut secara sederhana terlihat dari tidak adanya aktivitas makan-minum. Namun, ketika sudah berada di tataran remaja dan dewasa, berpuasa tidak hanya sekadar menahan diri dari makan-minum namun juga berperilaku dan bertutur kata.
Dua hal itu masih bersangkut paut pada nafsu. Nafsu yang menggiring kita untuk bertindak baik secara non-verbal maupun verbal. Artinya, berpuasa itu tidak hanya makan dan minum---yang juga bagian dari nafsu---namun, lebih dari itu.
Lalu, bagaimana hubungan antara berpuasa dengan berinteraksi?
Ketika sudah disebut masyarakat, maka di dalam masyarakat tersebut terdapat komunikasi dan interaksi. Dua hal tersebut tidak akan pernah berhenti meskipun di kala Ramadan. Atau di kala perut sedang tidak diisi dan tenaga tidak seratus persen besar. Artinya, interaksi tetap diperlukan demi kehidupan tetap dapat berlangsung dengan baik.
Berbicara tentang kehidupan, maka tak melupakan pula pada perkembangan. Kehidupan masyarakat yang semakin berkembang, akan membuat dunia interaksi juga turut berkembang. Keduanya saling terikat dengan rantai sebab-akibat, dan kemudian kita dapat melihat bentuk konkritnya berupa media sosial.
Media sosial hadir mengiringi perkembangan teknologi yang menjembatani kebutuhan interaksi masyarakat yang semakin tak terbatas oleh ruang dan waktu. Masing-masing orang dapat menghubungi teman ataupun saudara yang sedang di luar kota bahkan luar negeri. Termasuk tentang waktu. Masyarakat masa kini dapat berkomunikasi dan mengetahui segala hal yang terjadi kapan saja ketika mereka mengaktifkan paket data internetnya.
Perkembangan interaksi yang kemudian mengarah pada kebebasan dalam berinteraksi, pada akhirnya memunculkan permasalahan baru. Yaitu tentang norma berinteraksi. Dewasa ini, sudah tak bisa dipungkiri bahwa cakupan interaksi yang bebas juga akan berpotensi untuk menyingkirkan norma-norma dalam berinteraksi seperti di kehidupan nyata.
Mengapa?
Karena, ketika masyarakat berinteraksi 'by social media', maka, mereka tidak akan seratus persen saling mengetahui siapa yang terlibat di dalam lingkaran interaksi tersebut. Jika tidak percaya, silakan buktikan sendiri dengan menyebutkan siapa (jati diri/statusnya) dan berapa umur teman Anda (yang diketahui khusus) di media sosial. Tahukah Anda secara pasti tentang dua hal itu?
Dari sini, kemudian kita melangkah pada pokok permasalahannya. Yaitu, bagaimana ketika puasa dan berinteraksi di media sosial sama-sama sangat penting di dalam kehidupan masyarakat masa kini---khususnya bagi yang muslim?
Jawabannya adalah gunakan mindset berpuasa (menahan diri dari nafsu) untuk berinteraksi di kala Ramadan.
Pertama, jauhkan upaya untuk menggoda orang (misalnya mengunggah gambar makanan dan minuman di siang hari) dan kemudian membuat orang tersebut marah---meski 'marah online'.
Kedua, jauhkan diri dari tutur kata yang dapat memicu perdebatan dan prasangka buruk. Upaya untuk menyebarkan isu-isu gosip harus dihindari.
Ketiga, jauhkan diri dari kebiasaan bercanda dengan teman sebaya ketika berinteraksi dengan teman online yang berusia di atas maupun di bawahnya. Menerapkan 'unggah-ungguh' atau bertata-krama juga tidak hanya berlaku untuk ditujukan kepada orang yang lebih tua, namun juga kepada orang yang lebih muda. Tujuannya adalah memberikan contoh yang baik, agar orang yang lebih muda juga meniru yang baik.
Dari ketiga hal ini, kita dapat melihat bahwa bermedia-sosial bukanlah hal yang terlarang saat berpuasa, jika kita tahu bagaimana cara yang tepat untuk membangun interaksinya. Toh, dewasa ini, pekerjaan-pekerjaan kita biasanya juga mengharuskan kita untuk membuka interaksi di media sosial, dan itu tak mengenal kapan. Apakah di saat Ramadan ataupun tidak. Tetap saja, kita perlu menjaga diri dengan baik. Sebisa mungkin kita menerapkan perilaku bermedsos seperti saat kita mampu menahan diri dari lapar, dahaga, dan keinginan untuk menggunjing orang lain di kala Ramadan.
Jadi, selamat berpuasa dan bermedsos!
Malang, 17 Mei 2019
Deddy Husein S.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H