Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Penyebab Kekalahan Arema FC di Laga Pembuka Liga 1 2019

16 Mei 2019   10:56 Diperbarui: 16 Mei 2019   11:02 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertandingan perdana Liga 1 2019 di Stadion Maguwoharjo, menghasilkan kemenangan bagi PSS Sleman atas Arema FC (15/5). (Twitter.com/Liga1Match)


Suatu kegembiraan bagi penikmat sepakbola nasional ketika Liga 1 kembali bergulir. Musim kompetisi 2019 resmi dibuka (15/5) dengan pertandingan perdana yang digelar di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Betul, di laga tersebut mempertemukan tim tuan rumah, PSS Sleman yang menjamu Arema FC.

Pertandingan ini sangat dinantikan, karena Arema FC merupakan juara pramusim di turnamen Piala Presiden 2019, sedangkan PSS Sleman adalah jawara Liga 2 musim 2018. Namun, fokus publik tentunya akan mengarah ke kubu 'Singo Edan'. Karena, mereka diprediksi akan menjadi salah satu tim kandidat juara Liga 1 2019. Namun, sebelum melangkah jauh, kita akan melihat dulu prospek Hamka Hamzah dkk dari pertandingan pertama mereka di musim ini.

Melakoni laga pertama dan bertandang ke markas tim promosi, tentunya bukan suatu hal yang 100% mudah---di atas lapangan mereka akan saling meraba peta kekuatan masing-masing. Memang, secara prediksi di atas kertas, Arema FC diunggulkan akan menang. Namun, sebagai tim promosi, biasanya momen partai pertama seperti ini tidak akan disia-siakan untuk dapat unjuk gigi terlebih dahulu. Apalagi mereka mendapat kesempatan untuk melakoni partai pertama sebagai tim tuan rumah. Maka, tak ada beban berlebih selain berupaya untuk memberikan permainan yang terbaik untuk para pendukungnya.

Pertandingan yang seru rupanya memang tersajikan di partai pembuka Liga 1 2019 ini. Bahkan, pertandingan yang baru melalui 1 menit, sudah tercipta gol dan itu berasal dari tim tuan rumah. PSS unggul cepat 1-0 atas tim raksasa asal Jawa Timur tersebut.

Perlu banyak waktu bagi tim tamu untuk menyamakan kedudukan dan itu berasal dari tandukan kepala pemain asing baru rasa lama, Sylvano Comvalius. Gol itu sukses menjadikan dirinya sebagai pemain kedua yang mampu mencetak gol di awal tergelarnya musim 2019 setelah Ferreira, si pemain asing milik PSS Sleman---yang mencetak gol keunggulan PSS sebelumnya.

Gol dari Comvalius juga menandakan sebagai gol 'selamat datang kembali' ke Liga 1 pasca dirinya hengkang dari Bali United yang pernah diperkuatnya saat berada di kompetisi Indonesia. Namun, sangat disayangkan bahwa gol tersebut adalah satu-satunya gol dari Arema FC di laga ini dan gagal membawa 'pasukan biru' asal Malang meraih poin. Karena, skuad 'Elang Jawa' sukses menambah dua gol di babak kedua.

Skor 3-1 sukses mengantarkan PSS Sleman untuk menang dan sementara berada di puncak klasemen sebelum laga tim-tim lainnya digelar di hari selanjutnya (16/5). Hasil ini tentunya di luar dugaan publik gibol nasional. Karena, melihat komposisi pemain Arema FC, mereka terlihat jauh lebih kuat dan berpengalaman. Salah satu alasannya juga karena keberhasilan Milomir Seslija mendatangkan Comvalius ke Kanjuruhan. Tentu bukan suatu rahasia lagi jika bersama Comvalius, Arema FC bisa dijagokan sebagai kandidat jawara di Liga 1 musim ini.

Namun, mengapa Arema FC bisa kalah di laga ini?

Menurut Bung Koesnaeni, seorang komentator sepakbola senior yang kebetulan menjadi komentator di laga tersebut menyatakan bahwa, Arema FC (sepertinya) masih berada di zona tekanan dari publik untuk dapat menjadi juara di Liga 1 pasca keberhasilan mereka juara di Piala Presiden. Bukan suatu hal yang berlebihan, karena Persija juga mampu melakukannya di musim lalu. Yaitu, menjadi juara di Piala Presiden 2018 dan Liga 1 2018. Artinya, Arema FC juga diharapkan dapat menyamai torehan apik klub ibukota tersebut.

Memang pernyataan Bung Koesnaeni bisa jadi ada benarnya, namun, di sini penulis juga memiliki analisis yang dapat dijadikan sebagai bagian dari penyebab kekalahan Arema FC dari PSS Sleman.

Pertama, Arema FC dikejutkan oleh permainan praktis dan ofensif dari tim tuan rumah. Permainan itulah yang kemudian melahirkan sebuah peluang dan kemudian menghasilkan sepak pojok. Dari sepak pojok itulah, gol cepat dari tuan rumah sukses membuat Arema FC mulai berada di bawah tekanan---untuk segera mencetak gol.

Memang, pasca gol cepat itu, permainan mulai berimbang bahkan Arema FC mulai mampu mengontrol jalannya pertandingan. Berbagai inisiatif serangan diperagakan oleh Makan Konate cs. Namun, ada satu ganjalan lagi di pertandingan tersebut.

Yaitu, keberadaan penjaga gawang PSS Sleman yang ternyata sangat tangguh dalam mengawal gawangnya. Keberadaan Ega Rizky patut disebut sebagai penyebab kedua yang mampu menggagalkan beberapa peluang emas di babak pertama, khususnya sebelum gol penyama kedudukan dari Arema FC tercipta.

Bahkan, penampilan Ega terus terjaga sampai di babak kedua dan membuat para pemain Arema FC semakin frustrasi. Sepertinya, faktor kedua ini sangat layak dijadikan sebagai batu sandungan yang besar bagi Arema FC tadi malam.

Penyebab ketiga adalah momentum yang terputus.
Betul sekali jika ada yang menyebut bahwa pertandingan terasa usai bagi Arema justru pasca keberhasilan mereka mencetak gol penyeimbang. Mengapa?
Karena, pasca gol tersebut lahir, pertandingan dihentikan oleh wasit setelah diketahui adanya kisruh di tribun tempat adanya pendukung Arema atau yang biasa disebut Aremania. Insiden itu memaksa pertandingan tertunda nyaris setengah jam lebih dan membuat kondisi para pemain kembali 'dingin'. Sehingga, ketika pertandingan ini dilanjutkan, maka, para pemain Arema sudah kehilangan momentum. Karena, mereka seperti memulai lagi laga tersebut dari nol.

Tentunya, hal ini sangat disayangkan bagi para pemain Arema yang tentunya lebih tahu tentang faktor teknis tersebut dibandingkan para pendukungnya maupun para oknum yang berulah di laga tersebut.

Dari sini, kita mulai melangkah ke faktor keempat yang menjadi penyebab kekalahan Arema. Yaitu, permainan Nerius Alom cs sukses menghadirkan antitesis bagi permainan Arema. Kubu PSS mampu memainkan permainan kolektif yang cukup rapi dan bahkan beberapa aksi kerja sama para pemainnya terlihat seperti permainan kelas atas di Eropa---bisa dilihat di babak kedua. Sehingga, kita seperti melihat PSS Sleman bukan tim yang hanya mengandalkan permainan pragmatis, namun juga adanya permainan kompak dalam membangun serangan dan mereka tidak membutuhkan lebih dari tiga pemain untuk merangsek ke pertahanan Arema.

Jika permainan PSS sedikit dibedah, maka, kita dapat melihat bahwa permainan mereka di babak pertama, cenderung sabar dalam mengelola permainan. Operan pendek dan tak terburu-buru, sukses membuat mereka memiliki tempo permainan tersendiri.

Sedangkan di babak kedua, PSS mampu mengimbangi tempo cepat yang diperagakan oleh Arema---untuk mengejar ketertinggalan---dengan tempo yang tak kalah cepat pula dalam bertransisi dari bertahan ke menyerang. Hal ini terlihat dari gol kedua PSS yang tercipta melalui serangan cepat nan kolektif, lalu diakhiri dengan eksekusi manis dari Bokhashvili, penyerang asing milik PSS.

Pasca kedudukan 2-1 tersebut, permainan Arema semakin keluar untuk menyerang total. Namun, ternyata strategi tersebut berhasil diantisipasi dengan pola permainan PSS yang tidak memilih untuk seratus persen menunggu serangan, melainkan tetap bergerak mengejar bola dan menutup ruang dari permainan Arema di segala penjuru.

Di sinilah letak petaka bagi Arema. Karena, dengan permainan dari lawan yang tetap percaya diri untuk menyerang membuat konsentrasi mereka buyar. Gol ketiga PSS yang dicetak Rangga Muslim ini hadir karena lini pertahanan Arema sudah sangat tak siap untuk menerima serangan cepat Ferreira cs.

Gol ketiga ini pula yang sebenarnya dapat disebut 'killing the game', meski Arema FC dikenal pula sebagai tim yang pantang menyerah. Namun, kisah heroik bagi tim asuhan Milomir ini---seperti yang mereka peragakan selama Piala Presiden 2019 kemarin---tak terjadi di laga ini.

Keberadaan antitesis yang berhasil dijalankan oleh PSS Sleman membuat Arema FC kelimpungan. Antitesis itu berupa dua strategi yang tetap berjalan selama 90 menit. Yaitu, tetap menjaga bentuk permainan di lapangan (pergantian pemainnya tidak merubah formasi) dan tetap bertarung selama 90 menit (tidak hanya fokus bertahan saja).

Inilah yang kemudian menjadi poin keempat sekaligus inti dari permainan apik PSS yang mewarnai pertandingan fantastis tersebut. Empat gol tercipta di partai pertama tentu tidaklah berlebihan jika disebut sebagai pertandingan yang fantastis, bukan?

Melalui hasil ini, kita (boleh sedikit) mulai mencoba kembali menengok bagaimana prospek Arema untuk dapat berbicara soal gelar juara Liga 1. Memang kompetisi masih sangat panjang. Namun, dengan laga pertama ini, kita dapat memprediksi secara sederhana jika Arema akan mengevaluasi secara besar tentang taktik bermain. Karena, melihat keberhasilan mereka menjuarai Piala Presiden kemarin tentunya akan mengundang ketertarikan bagi tim-tim lawan untuk mencari antitesis dari strategi Milomir Seslija.

Lalu, bagaimana dengan PSS Sleman?
Kira-kira, apa misi mereka di musim ini sebagai pendatang baru di level tertinggi Indonesia?
Mampukah mereka tetap bertahan di Liga 1---tak terdegradasi?

Malang, 15-16 Mei 2019
Deddy Husein S.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun